Depresi di Lingkungan Kerja, Siapa yang Paling Berisiko?

Reporter

Antara

Rabu, 11 Maret 2020 14:55 WIB

Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan lebih rentan mengalami depresi di lingkungan kerja dibandingkan laki-laki. Begitu kata Psikolog Lyly Puspa Palupi S. dari Sub Bagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar.

"Stres kerja bisa dialami oleh siapa saja, karyawan laki-laki atau perempuan, bisa usia muda maupun yang lebih tua. Yang juga menjadi faktor yang mempengaruhi ketahanan menghadapi stres adalah karakteristik kepribadian individu. Untuk depresi, penelitian-penelitian memang menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk mengalaminya," kata Lyly.

Ia mengatakan pekerja laki-laki maupun perempuan memiliki kemungkinan mengalami stres kerja yang sama. Hal tersebut bergantung dari cara masing-masing individu mengelola diri saat menghadapi tekanan, ketidaknyamanan, dan tantangan di tempat kerja.

"Untuk jumlah karyawan yang stres cenderung meningkat. Estimasi saya, karena tekanan kerja juga bertambah, kemungkinan pendapatan dan kebutuhan juga kurang seimbang pada beberapa segmen atau jenis pekerjaan,"jelasnya.

Ia mengatakan faktor-faktor yang bisa menimbulkan depresi pada karyawan, yang disebabkan faktor pekerjaan, bisa bermacam-macam, di antaranya beban kerja yang terlalu berat, persaingan atau kompetisi antarkaryawan, relasi yang kurang kondusif antar karyawan, atau karyawan dengan atasan dan lingkungan kerja yang kurang kondusif, atau berbahaya.

Advertising
Advertising

"Untuk sampai pada kondisi depresi, biasanya ketika karyawan mengalami kondisi stres tak tertangani. Karyawan tidak mendapatkan coping stress atau manajemen stres yang baik, kemudian bisa berlanjut menjadi depresi atau masalah psikologis yang lain," jelasnya.

Lyly menjelaskan untuk mengatur mental seseorang saat mengalami tekanan di kantor yaitu dengan menyeimbangkan diri dan waktu antara pekerjaan dan hal-hal lain. Selain itu, menjalin relasi yang positif dan komunikasi dengan banyak orang, baik di tempat kerja, dengan keluarga, lingkungan di rumah, dan lainnya.

Pihaknya menyampaikan jika keluhan terus berlanjut, segera lakukan konsultasi dengan konselor di bagian SDM perusahaan, atau tenaga kesehatan jiwa seperti psikolog dan psikiater.

"Jika sampai pada kondisi ingin bunuh diri, faktor penyebabnya biasanya kompleks, antara lain faktor eksternal dan internal dari individu itu sendiri. Setiap individu punya daya tahan dan kerentanan yang berbeda dengan individu lain dalam menghadapi situasi sulit. Ada yang easy going, tegar, santai, tidak terlalu memikirkan masalah , cepat menemukan solusi dari masalah," katanya.

Di sisi lain, ada individu yang cukup rentan merasa terpuruk, sedih, kecewa jika menghadapi masalah, lebih fokus pada masalah dibandingkan dengan solusinya, tidak memiliki dukungan, kelompok yang memadai, yang bisa mendukungnya menghadapi saat sulit, sehingga berpotensi bunuh diri.

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

3 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

3 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

4 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

5 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

6 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

6 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

6 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

9 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

9 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

10 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya