Tingkatkan Semangat saat Bekerja dari Rumah, Simak Saran Psikolog

Reporter

Antara

Selasa, 24 Maret 2020 12:38 WIB

Ilustrasi kopi. Unsplash.com/Kira Auf Der Heide

TEMPO.CO, Jakarta - Aturan untuk beraktivitas dan bekerja dari rumah membuat banyak orang bosan dan semangat pun menurun. Psikolog Lathifah Hanum mengatakan masyarakat dapat memperbanyak asupan yang dapat menambah semangat saat menjalani karantina mandiri dalam upaya mencegah penularan wabah COVID-19.

"Sediakan hal-hal yang biasanya menjadi mood booster kita sehari-hari," kata psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) tersebut.

Ia mengatakan cara meningkatkan semangat agar tidak jenuh saat menjalani karantina mandiri dapat dilakukan dengan banyak hal, salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan atau minuman kesukaan.

"Jika biasanya kita membeli kopi dalam perjalanan ke kantor untuk menemani pagi sebelum menjalani aktivitas, maka sekarang sediakan kopi tersebut di rumah. Tetap resapi rasa kopi tersebut seperti biasanya kita menyeruputnya setiap pagi," katanya.

Kemudian, jika terbiasa melakukan olahraga kecil di tengah pekerjaan, maka kebiasaan tersebut juga dapat tetap dilakukan saat menjalankan isolasi di dalam rumah. Selain itu, cara lain untuk mengurangi stres karena swa-isolasi adalah dengan tetap menjalin relasi dengan orang lain.

Advertising
Advertising

Meskipun sedang banyak mengalokasikan waktu di rumah, masyarakat tetap dapat menjaga relasi dengan orang lain dengan memanfaatkan media yang tersedia.

"Kita bisa juga mencoba media-media baru dalam interaksi tersebut, misalnya video call dengan fitur-fitur lucu yang disediakan oleh media tersebut," katanya.

Meski tidak bertatap muka secara langsung, interaksi sosial semacam itu dapat membantu mengekspresikan pikiran dan perasaan sehingga stres dapat berkurang. Dengan demikian, hal-hal yang menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam diri dapat diungkapkan. Bahkan, lawan bicara mungkin dapat membantu memulihkan rasa tidak nyaman secara psikologis.

Berikutnya, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan membatasi konsumsi berita. Di tengah wabah virus corona atau COVID-19 yang menjangkiti semakin banyak orang, mengurangi konsumsi berita dapat menjadi solusi yang tepat untuk menghindari kesalahpahaman dan kepanikan akibat membaca berita-berita yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Pada kondisi saat ini, berita merupakan salah satu hal penting karena kita perlu mengetahui kondisi dunia, terutama kondisi negara sendiri. Namun, jika terus mendengarkan berita tersebut selama 24 jam, maka kita pun bisa menjadi tertekan," katanya.

Untuk itu, masyarakat sebaiknya membatasi jumlah jam yang digunakan untuk mencari berita terkini. Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk membatasi akses terhadap berita-berita yang bersifat negatif.

"Utamakan untuk mencari berita dari website yang terpercaya dan mampu memberikan kita solusi terhadap situasi yang terjadi saat ini. Misalnya, website WHO," katanya.

Kemudian, yang terpenting dari semua upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan mental, masyarakat juga diimbau untuk tetap menjaga kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

"Beraktivitas di rumah bisa membuat kita terlena dengan waktu dan lupa waktu makan. Biasakan untuk tetap makan tepat waktu," jelasnya.

Selain menjaga kesehatan tubuh, asupan makanan yang sehat juga dapat menjaga kesehatan mental. Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk tetap menjaga asupan makanan agar tetap sehat secara jiwa dan raga.

Berita terkait

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

1 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

3 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

3 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

4 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

6 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

8 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

8 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

8 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

12 hari lalu

Mengapa Stres Bisa Sebabkan Sakit Punggung?

Stres sebabkan sakit punggung bisa terjadi lantaran tubuh Anda mengalami reaksi kimia sebagai respons terhadap stres.

Baca Selengkapnya

Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

13 hari lalu

Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

Studi menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua atau usai melahirkan anak pertama.

Baca Selengkapnya