Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Menjaga Kualitas Hubungan dengan Pasangan Pasca Melahirkan Anak Pertama

image-gnews
Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon
Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi orang tua untuk pertama kalinya merupakan transisi kehidupan yang krusial dan memicu emosi yang kompleks. Meskipun menyenangkan, pasca melahirkan anak pertama juga disertai dengan tantangan besar yang dapat membuat hubungan pasangan menjadi tegang.

Pergeseran peran dan tanggung jawab yang tiba-tiba ditambah dengan tuntutan merawat bayi yang baru lahir sering kali menyebabkan berkurangnya waktu bagi pasangan untuk berhubungan.

Dikutip dari Psychology Today, studi berjudul Sexuality in the perinatal period: A systematic review of reviews and recommendations for practice yang terbit pada 2021 menemukan bahwa salah satu efek samping menjadi orang tua adalah menurunnya kesejahteraan seksual pasangan. 

Para peneliti menemukan bahwa selama kehamilan, perilaku seksual menurun, terutama pada trimester ketiga dengan pasangan perinatal mengalami penurunan hasrat dan kepuasan seksual.

Pasangan menghadapi “kemerosotan seks” hingga tiga bulan pascapersalinan dan baru dapat melanjutkan aktivitas seksual sepenuhnya setelah enam bulan atau lebih.

Dampak fisik saat melahirkan, fluktuasi hormonal, kurang tidur, dan stres emosional dapat menurunkan libido dan membuat keintiman menjadi tidak menarik atau tidak nyaman. Kurangnya waktu dan privasi untuk aktivitas seksual serta nasihat medis untuk tidak melakukan aktivitas seksual pasca melahirkan juga dapat membuat pasangan waspada terhadap keintiman seksual.

Namun, dengan kesabaran, kasih sayang, dan saling menghormati, pasangan dapat membangun kembali keintiman saat mereka bersama-sama menghadapi kompleksitas peran sebagai orang tua. Sebuah studi berjudul Connecting through touch: Attitudes toward touch in pregnancy are associated with couples’ sexual and affectionate behaviors across the transition to parenthood yang terbit pada 2024 menemukan bahwa sikap terhadap sentuhan berdampak pada pasangan dalam transisi menjadi orang tua.

Peneliti menemukan bahwa perilaku afeksi seperti sentuhan, belaian, dan kecupan cenderung menurun sejak pertengahan kehamilan hingga satu tahun pascapersalinan. Para peneliti menemukan bahwa ketika kedua pasangan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sentuhan, memandangnya sebagai cara untuk mengekspresikan kasih sayang, mengatasi stres, dan mengatur emosi yang sulit selama kehamilan, hal ini menyebabkan frekuensi dan variasi perilaku seksual dan afeksi yang lebih tinggi pada masa tiga bulan pasca melahirkan anak pertama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Sentuhan penuh kasih sayang adalah cara penting bagi pasangan untuk mengomunikasikan dukungan, ketersediaan, dan keintiman. Pasangan yang percaya bahwa sentuhan membantu mereka mengatur emosi yang sulit dapat menumbuhkan lingkungan di mana orang tua dalam masa kehamilan juga merasa lebih dipahami dan diperhatikan dan yang, pada gilirannya, lebih cenderung mempertahankan perilaku penuh kasih sayang selama kehamilan,” jelas para peneliti.

Penting bagi pasangan untuk berhadapan pada periode yang cenderung memisahkan mereka dan memprioritaskan keintiman dan kedekatan emosional. Berkomunikasi secara terbuka tentang kebutuhan, keinginan, dan kekhawatiran terkait keintiman dapat menumbuhkan pemahaman dan empati, sehingga mendekatkan keduanya.

Orang tua yang baru pertama kali menjadi orang tua juga dapat memberikan lebih banyak sentuhan mesra dengan memprioritaskan momen-momen kecil kedekatan fisik sepanjang hari, seperti pelukan, kecupan, dan berpegangan tangan, bahkan saat sedang merawat bayi.

Pasangan dapat mengeksplorasi bentuk keintiman non-seksual, seperti berpelukan, pijat, dan obrolan intim untuk menjaga hubungan tanpa tekanan aktivitas seksual. Menjadwalkan kencan malam yang teratur atau waktu sendirian jauh dari bayi juga dapat membantu menghidupkan kembali romansa.

Terakhir, mencari dukungan dari teman dan anggota keluarga yang tepercaya dapat meringankan beban sehingga pasangan dapat fokus pada hubungan dan juga menjadi orang tua. Seorang terapis atau konselor yang berspesialisasi dalam tantangan pasca melahirkan anak pertama juga dapat memberikan kepastian dan membimbing pasangan dalam membangun kembali hubungan seksual mereka ketika mereka merasa siap.

Pilihan editor: Lindsay Lohan Melahirkan Anak Pertama, Namanya Penuh Arti dalam Bahasa Arab

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

21 jam lalu

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.


Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

3 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.


Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

3 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.


Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

3 hari lalu

Menulis jurnal setiap hari bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan kecemasan. (Pexels/Alina Vilchenko)
Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.


Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

5 hari lalu

Ilustrasi lansia bersama cucunya. shutterstock.com
Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

Psikolog mengingatkan kakek atau nenek memahami jenis-jenis pola asuh ketika mengasuh cucu. Apa saja yang perlu dilakukan?


Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

6 hari lalu

Nirina Zubir mendapatkan kembali sertifikat tanah milik keluarganya yang sempat dikuasai oleh mafia tanah, Selasa, 13 Februari 2024. Foto: Instagram/@nirinazubir_
Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

Duel aktris Nirina Zubir melawan mafia tanah bekas asisten mendiang ibunya, Riri Khasmita, patut menjadi contoh orang ramai yang menghadapi kasus serupa.


12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

6 hari lalu

Ilustrasi ciri-ciri kolesterol tinggi pada wanita. Foto: Canva
12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.


Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

7 hari lalu

Ilustrasi wanita menyikat gigi. Foto: Unsplash.com/Diana Polekhina
Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

8 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

8 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.