4 Obat Diuji Coba untuk Mengatasi Virus Corona, Yuk Cari Tahu

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 24 Maret 2020 22:25 WIB

Ilustrasi klorokuin. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan uji coba obat internasional untuk menemukan vaksin terbaik bagi virus corona baru atau COVID-19.Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan ada empat obat yang sudah digunakan untuk mengobati dan sedang diuji coba pada pasien yang terinfeksi corona.

Uji coba tersebut akan berlangsung di lebih dari 10 negara dengan rumah sakit di setiap negara dapat merawat pasien dengan salah satu dari empat obat yang sedang diuji. Setelahnya, rumah sakit yang berpartisipasi akan melaporkan kemajuan pasien langsung ke WHO. Ghebreyesus mengatakan uji coba ini dirancang untuk memberi prosedur yang efisien bagi rumah sakit.

“Studi internasional besar ini dirancang untuk menghasilkan data kuat yang kami butuhkan, untuk menunjukkan perawatan mana yang paling efektif,” katanya seperti dikutip Sky.

Keempat obat yang dipilih oleh WHO untuk dilakukan uji coba lebih lanjut adalah yang dikembangkan untuk mengobati ebola, antimalaria, dan dua obat yang dikembangkan untuk HIV. Berikut informasi yang diketahui untuk masing-masing obat.

Remdesivir
Remdesivir adalah obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk penyakit ebola. Akan tetapi, obat ini terbukti tidak efektif melawan penyakit tersebut. Selanjutnya pada 2017, para peneliti dari Universitas Carolina Utara menemukan obat itu dapat menghambat virus corona yang menyebabkan wabah SARS dan MERS.

Advertising
Advertising

Oleh sebab itu, para peneliti saat ini berharap obat tersebut juga akan memiliki dampak untuk menghambat virus corona baru yang telah menyebabkan pandemi COVID-19. Remdesivir bekerja dengan menargetkan enzim yang digunakan oleh virus corona untuk mereplikasi diri karena virus tidak tidak dapat menyebar begitu enzimnya dinonaktifkan.

Sejauh ini, bukti pasien COVID-19 yang telah menggunakan menunjukkan bahwa obat itu memang membantu beberapa orang. Uji klinis telah dilakukan di Cina dan Amerika Serikat. Akan tetapi, uji coba yang kini dilakukan oleh WHO akan menggunakan lebih banyak data dari negara-negara di seluruh dunia sehingga akurasi potensi efektivitasnya akan dikumpulkan dan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas.

Klorokuin
Chloroquine (klorokuin) dan Hydroxychloroquine (hidroksiklorokuin) adalah obat antimalaria yang telah digunakan selama beberapa dekade di banyak negara. Hydroxychloroquine merupakan turunan dan chloroquine yang memiliki keuntungan karena tingkat toksis yang lebih rendah.

Seperti remdesivir, kedua obat ini terbukti efektif pada virus corona yang menyebabkan SARS, di mana mereka bekerja dengan mencegah virus memasuki sel dan bereplikasi. Penelitian oleh sekelompok ahli virologi di Akademi Sains Cina dan diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan bahwa obat ini berhasil menghentikan penyebaran virus corona baru dalam sel manusia di dalam tes laboratorium.

Adapun, tes pada pasien COVID-19 sudah dilakukan di beberapa rumah sakit di Cina dan Prancis. Akan tetapi, percobaannya kecil dan belum banyak informasi lebih lanjut dirilis sehingga tidak diketahui seberapa efektifnya obat ini.

Ritonavir dan Lopinavir
Ritonavir dan Lopinavir adalah dua obat antivirus yang dikombinasikan untuk menghasilkan obat bagi penyakti HIV kaletra. Lopinavir bekerja dengan cara menghambat enzim HIV yang penting, tetapi dipecah dengan cepat dalam tubuh lalu dikombinasikan dengan ritonavir yang membantunya bertahan lebih lama di dalam tubuh manusia. Obat ini juga dilaporkan telah bekerja untuk menghambat enzim virus corona dan telah berhasil memerangi virus yang menyebabkan penyakit MERS.

Sebuah percobaan kecil telah dilakukan di Cina dengan angka keberhasilan yang juga kecil. Namun, uji coba itu hanya digunakan pada pasien yang sakit parah sehingga ada kemungkinan berhasil lebih tinggi ketika diberikan ke pasien setelah beberapa waktu didiagnosis.

Kombinasi Lopinavir, Ritonavir, dan Interfereon Beta
Uji coba yang dilakukan oleh WHO ini juga akan melihat apakah obat HIV dapat ditingkatkan dengan penambahan interferon beta, sebuah molekul yang terlibat dalam mengatur peradangan di dalam tubuh. Obat tambahan telah digunakan dalam kombinasi dengan lopinavir dan ritonavir untuk mengobati monyet yang terinfeksi penyakit MERS.

Adapun, kombinasi tiga obat itu sedang dilakukan terkait dengan pandemi COVID-19 tetapi belum ada informasi lebih lanjut terkait uji coba dan dampak yang dihasilkan.

Berita terkait

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

2 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

3 hari lalu

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.

Baca Selengkapnya

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

3 hari lalu

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

25 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

25 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

26 hari lalu

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

28 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

29 hari lalu

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

34 hari lalu

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

Empat macam obat umum ini disebut berpeluang membuat orang panjang umur. Simak sebabnya dan penjelasan peneliti.

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

38 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya