Belum Banyak yang Sadar Meningitis, Waspadai Bahaya Penyakit Ini

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 12 April 2020 21:00 WIB

Dua pekan sebelum wafat, Glenn Fredly sempat menggelar konser online untuk mengapresiasi para petugas medis, dokter, perawat serta relawan yang berjuang menangani wabah virus corona. Instagram/@Glennfredly309

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, banyak orang yang belum menyadari bahaya penyakit meningitis. Padahal, menurut Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Bekasi Utara yang sebelumnya bernama RS Awal Bros, Istiana Sari, meningitis adalah penyakit yang sangat menular.

Penyakit meningitis sempat menjadi buah bibir saat menjadi penyebab meninggalnya penyanyi Glenn Fredly pada Rabu 8 April 2020, pukul 18.00 di Rumah Sakit Mitra, Fatmawati, Jakarta Selatan. Penyanyi bernama lengkap Glenn Fredly Deviano Latuihamallo itu meninggal dalam usia 44 tahun.

Istiana Sari mengatakan penyakit meningitis adalah peradangan meningen yaitu peradangan yang terjadi pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. “Peradangan tersebut disebabkan oleh infeksi akibat virus, bakteri, atau jamur yang ditularkan melalui percikan cairan hidung dan tenggorokan yang terciprat saat batuk atau bersin dari penderita meningitis, “ ujar Istiana Sari dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 April 2020.

Menurut Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Karawang, Henny Herawati, menambahkan meningitis bisa disebabkan oleh penyakit primer pendahulu. Contohnya, pasien memiliki riwayat tuberkulosis paru, maka antibodi pasien akan melemah sehingga kuman dapat menyebar ke otak dan menyebabkan peradangan di selaput otak. "Kasus lain misalnya telinga membengkak, gigi berlubang hingga membengkak, atau terdapat infeksi daerah sinus namun tidak diobati hingga tuntas sehingga kuman dapat menyebar ke otak,” ujar Henny Herawati.

Istiana Sari menambahkan bahwa pada saat daya tahan tubuh menurun, sistem antibodi tidak dapat secara maksimal melawan infeksi sehingga kuman bisa menyebar ke sum sum tulang belakang dan selaput otak. Meningitis juga bisa terjadi bila seseorang mengalami kecelakaan atau benturan di bagian kepala yang menyebabkan tulang kepala retak atau terbuka sehingga bakteri masuk ke selaput otak. “Untuk kasus tertentu, proses operasi bagian otak yang tidak tepat dapat mengakibatkan bakteri masuk ke otak akibat terbukanya kepala saat operasi,” ujar Istiana Sari.

Advertising
Advertising

Meningitis bisa menyerang segala usia. Usia yang paling rentan terhadap meningitis adalah bayi di bawah usia 1 tahun dan dewasa usia lanjut. Alasannya, daya tahan tubuh kelompok masyarakat itu sangat rentan. Selain itu, usia remaja 15 - 24 tahun juga rentan terhadap meningitis jika menerapkan gaya hidup yang tidak sehat. "Seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau berpergian ke club di tengah orang banyak sehingga tanpa disadari memiliki potensi tertular meningitis,” ujar Istiana Sari.

Gejala awal yang timbul akibat meningitis dapat bermacam-macam seperti nyeri kepala, nyeri leher, nyeri otot, mual, muntah, nafsu makan menurun, lesu, dan cepat mengantuk. Gejala yang lebih parah yang dapat terjadi yaitu kejang, kaku kuduk (leher), penurunan kesadaran, nyeri kepala berat, demam tinggi di atas 38 derajat, gangguan penglihatan, kejang, gangguan konsentrasi, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh, atau lumpuh. “Biasanya, gejala-gejala ringan tersebut dapat terjadi sekitar 1 hingga 2 pekan. Jika dibiarkan, gejala-gejala berat dapat terjadi,” ujar Henny Herawati.

Jika seseorang terindikasi meningitis, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan analisis riwayat kesehatan. Seseorang yang terindikasi meningitis dapat di diagnosis melalui alat CT Scan atau MRI serta melakukan pengecekkan darah untuk mengetahui indikasi meningitis. Kemudian, pasien dapat dilakukan lumbal fungsi yaitu pengambilan cairan otak agar dapat memastikan penyebab terjadinya meningitis seperti virus, bakteri, atau jamur.

“Jika sudah ditemukan sumber penyebab meningitis, maka pasien tersebut akan diberikan pengobatan sesuai sumbernya. Jika karena bakteri, maka pasien akan diberikan antibiotik, jika karena virus akan diberikan antivirus, dan jika karena jamur akan diberikan anti jamur. Pasien juga dapat diberikan cairan melalui infus jika ia kekurangan cairan di dalam tubuh dan pemasangan oksigen jika diperlukan,” ujar Istiana Sari.

Menurut Henny Herawati, untuk kasus meningitis akibat penyakit primer pendahulu seperti TBC, pneumonia, pembengkakan gigi, atau penyakit pendahulu lainnya; maka pasien juga akan diberikan obat sesuai penyebab penyakit pendahulunya. Jangka waktu penyembuhannya sendiri sebenarnya tidak dapat diprediksi. Jangka waktu penyembuhan pasien meningitis tergantung kecepatan pasien membawa kasus ini ke tim medis. Jika diperiksa pada saat gejala ringan, maka pengobatan akan lebih cepat selesai. "Sebaliknya, jika dibawa ke rumah sakit ketika gejala yang terjadi cukup berat seperti kejang-kejang dan tidak sadarkan diri, maka tingkat penyembuhannya akan semakin lama atau bahkan semakin kecil. Tidak hanya itu, jangka waktu penyembuhan pasien juga bergantung pada kecepatan diagnosis dan ketepatan pemberian terapi,” kata Henny Herawati.

Ketika dalam masa pengobatan, pasien meningitis harus meningkatan daya tahan tubuh, jangan stres, ikuti petunjuk dokter, makan-makanan bergizi tinggi protein, dan jangan lupa untuk mencegah penularan ke orang lain. Menurut Istiana Sari, risiko kematian pasien meningitis yang sudah melakukan terapi dan pengobatan pada bayi dengan usia kurang 1 tahun adalah sebesar 20-30 persen, untuk usia anak yang lebih besar dari 1 tahun risiko kematiannya sekitar 2 persen, dan untuk orang dewasa risiko kematiannya sekitar 19-37 persen. “Data tersebut secara umum mengacu pada data Badan Kesehatan Dunia,” kata Istiana.

Jika pasien sudah sembuh dari meningitis, pasien harus tetap melakukan kontrol rawat jalan untuk mengindari adanya potensi komplikasi lanjutan. “Jika pasien mengalami cacat pasca meningitis, maka pasien dapat dilakukan fisioterapi atau terapi-terapi lainnya sesuai dengan kondisi pasien,” ujar Henny Herawati.

Perlu diperhatikan bahwa proses penyembuhan meningitis tidak dapat disembuhkan hanya dengan proses rawat jalan. “Perlu dilakukan pemeriksaan secara komprehensif pada penyakit meningitis sehingga sangat dianjurkan agar pasien melakukan rawat inap,” ujar Istiana.

Untuk menghindari penyakit meningitis, sebaiknya seseorang dapat menjaga daya tahan tubuh dengan mengikuti gaya hidup sehat seperti pola makan sehat, olahraga cukup, tidak merokok, rutin cuci tangan, hindari sharing barang dengan orang lain (karena kita tidak tahu apakah orang lain memiliki penyakit meningitis atau tidak), hindari daerah yang banyak terjadi kasus meningitis tinggi. “Untuk mencegah meningitis, bayi dapat melakukan imunisasi seperti MMR, cacar, dan PCV. Pada dasarnya, orang dewasa juga bisa melakukan vaksin meningitis, terutama untuk orang yang hendak melakukan ibadah haji,” ujar Istiana.

Berita terkait

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

18 jam lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

18 jam lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

20 jam lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

5 hari lalu

Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

Tak ada pedoman pasti kapan bayi mulai dapat dipijat untuk pertama kalinya.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

6 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

6 hari lalu

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan meninggal pada Kamis.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

7 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

7 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

7 hari lalu

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

Memijat bayi pun membutuhkan teknik dan cara tertentu. Salah memijat dapat berakibat fatal pada bayi.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

8 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya