Ancaman Ledakan Kasus Covid-19 di Akhir Tahun, Pakar Beri Solusi Pencegahan

Reporter

Antara

Senin, 7 Desember 2020 11:45 WIB

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19, Hidayatullah Muttaqin, mengatakan pemerintah harus membatasi mobilitas penduduk guna mencegah potensi ledakan kasus COVID-19 pada Desember 2020.

"Akhir tahun ini cukup banyak agenda seperti pelaksanaan pilkada, liburan panjang akhir tahun yang menimbulkan kegiatan pertemuan, dan kerumunan di tengah-tengah masyarakat. Jadi, potensi ledakan kasus itu sangat besar," katanya.

Untuk itu, menurut Muttaqin, pemerintah harus bertindak cepat memutus mata rantai pertumbuhan COVID-19 karena bukan tidak mungkin terjadi ledakan yang jauh lebih besar di Desember dengan pertumbuhan harian lebih dari 10 ribu kasus baru. Upaya mengendalikan pandemi tidak cukup hanya dengan melakukan edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat dan pelaksanaan 3T (testing, treatment, dan tracing). Namun, mengendalikan mobilitas penduduk jadi kunci utama dalam mematahkan laju pertumbuhan COVID-19.

COVID-19 tidak dapat bergerak sendiri dalam menginfeksi manusia. Virus ini menyebar melalui interaksi fisik dan pergerakan penduduk. Karena itu, untuk menurunkan pertumbuhan kasusnya, maka motornya harus dihentikan terlebih dulu dengan pembatasan mobilitas penduduk seraya memperketat penerapan protokol kesehatan.

Pada intinya, kata Muttaqin, pengendalian mobilitas penduduk di sini adalah warga diwajibkan dan dikondisikan untuk tinggal di rumah masing-masing, kecuali untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pokok dan kesehatan.

Advertising
Advertising

Tentu kebijakan tersebut harus dikaji secara matang strategi dan pelaksanaannya, namun harus dilakukan secepat mungkin guna menghindari potensi ledakan lebih besar lagi pada Desember ini. Seperti adanya paket kompensasi untuk masyarakat dan dunia usaha sebab kebijakan ini menuntut ditutupnya kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat, kecuali yang vital dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat.

Diakuinya, ongkos kebijakan ini memang tidak murah tetapi lebih baik daripada menjalankan strategi pelonggaran ekonomi di saat pandemi yang justru membuat penularan semakin menjadi-jadi dengan korban meninggal yang lebih banyak dan biaya ekonomi yang lebih tinggi. Dengan strategi ini, maka pemerintah lebih dapat mengukur kapan pandemi mulai terkendali dan kapan kegiatan masyarakat serta aktivitas ekonomi mulai dilonggarkan kembali secara lebih aman.

"Dengan strategi ini pula keberadaan penduduk yang terinfeksi dideteksi sebanyak-banyaknya melalui peningkatan 3T untuk dirawat atau diisolasi," ujarnya.

*Ini adalah artikel kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

13 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

16 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

9 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

13 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

15 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya