Pakar Imbau Gaya Hidup Sehat Jalan Terus Bahkan setelah Tak Ada Covid-19

Reporter

Antara

Sabtu, 6 Februari 2021 20:30 WIB

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com

TEMPO.CO, Jakarta - Gaya hidup sehat yang sudah dikenal antara lain pola makan seimbang atau sesuai isi piringku seperti anjuran Kementerian Kesehatan, berolahraga rutin, beristirahat cukup, periksa kesehatan berkala, mengelola stres, mengenyahkan asap rokok, serta menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Kala pandemi COVID-19 melanda, pola hidup serupa tetap menjadi anjuran para pakar kesehatan, ditambah sejumlah hal yang kemudian disebut adaptasi kebiasaan baru.

Tujuan gaya hidup sehat pun kini menjadi lebih spesifik, yakni memutus rantai penularan penyakit akibat virus corona baru itu, yang pada akhirnya semua bisa hidup sehat. Perilaku masyarakat kini harus mengacu pada protokol kesehatan #pakaimasker, #cucitangan, dan #jagajarak, lalu ditambah 2M, yakni menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas sehingga menjadi 5M.

Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) sekaligus epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, berpendapat perubahan perilaku bisa terjadi karena paksaan.

"Ini perubahan perilaku bisa karena koersif atau bersifat paksaan. Jadi, di mana saja kita berada, perilaku ini harus disesuaikan dengan kondisi yang memutus mata rantai penularan, mulai dari orang sehat, orang bergejala," ujarnya.

"Berapa lamanya (perilaku berubah) sangat tergantung dari kesadaran kita. Sekarang yang dibutuhkan sense of crisis seluruh warga karena tidak ada orang yang tak mengambil peran dalam pengendalian COVID-19. Lengah sedikit, kita yang terpapar," tambahnya.

Advertising
Advertising

Baca juga: Tingkatkan Imunitas, Mulai Gaya Hidup Sehat Berikut

Ketua Terpilih PB IDI sekaligus Ketua Tim Mitigasi COVID-19 PB IDI, Dr. Muhammad Adib Khumaidi, mengatakan kunci memutus mata rantai penularan COVID-19 tak lain perubahan perilaku dalam segala aktivitas kehidupan. Saat berada di tempat bekerja, misalnya, sudah ada panduan yang perlu dilakukan, mulai dari mencuci tangan, mengganti baju (khusus untuk di kantor), dan melipat pakaian yang dipakai dari rumah dengan lipatan dalam menjadi sisi luar lalu menyimpannya di dalam tas tertutup.

Mendinsifeksi meja kerja sebelum dan sesudah bekerja juga disarankan, mencuci tangan dengan air dan sabun, memakai masker medis, membuka jendela di pagi hari agar udara segar dan sinar matahari masuk, dan menghindari makan bersama.

Pada gilirannya, orang-orang perlu membiasakan diri membawa perlengkapan pribadi saat keluar rumah, antara lain masker kain dan medis, pelindung wajah, baju seragam, jilbab, kotak penyimpanan masker, alat salat, perlengkapan mandi, tas daur ulang untuk menyimpan baju, handrub saku, makanan minuman dengan peralatan pribadi.

Bukan hanya untuk diri sendiri, orang-orang termasuk para tenaga medis bisa mencoba menjadi panutan bagi lingkungannya, termasuk dalam urusan bersosialisasi.

"Minimal di lingkungan RT. Kalau saya salat di mushala, saya paling tidak harus menjaga jarak, harus ada maskernya, harus ada hand sanitizer, atau fasilitas cuci tangan. Kalau bisa menjadi panutan, maka kita akan mencoba untuk mengubah di mana kita berada," tutur Adib.

Belakangan, saat vaksin COVID-19 ditemukan, orang-orang diminta menjalani vaksinasi untuk menurunkan risiko terkena COVID-19, walau memang tak ada jaminan 100 persen. Lalu, sampai kapan kebiasaan baru ini diterapkan? Ridwan menyebut sampai terkendalinya COVID-19 atau kekebalan kelompok sudah terbangun.

"Kalau berbicara kekebalan kelompok, ini sifatnya jangka panjang, mungkin masih butuh dua tahun atau tiga tahun terbentuk karena kita membutuhkan 70-80 persen populasi harus terbentuk imun atau mendapatkan vaksinasi," katanya.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

21 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya