7 Ekspektasi yang Bakal Membunuh Kebahagiaan, Jangan Tersiksa Harapan Semu

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Senin, 22 Februari 2021 08:10 WIB

Ilustrasi wanita berpikir. Unsplash.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ekspektasi adalah harapan. Semua orang pasti pernah berharap kepada diri sendiri maupun orang lain. Ketika memiliki ekspektasi, sebaiknya kita juga memperhatikan takaran harapannya.

Mengutip laman Human Psychology, tak semua ekspektasi berakhir dengan bahagia. Justru ada tujuh jenis ekspektasi yang bakal membunuh kebahagiaan. Hal ini mungkin saja terjadi apabila kamu tak memperhitungkan risiko dari harapan tadi.

Berikut detail 7 ekspektasi yang berpotensi membuat kita kecewa dan sedih:

  1. Ekspektasi hidup harus adil
    Berpikir bahwa hidup harus adil untuk semua orang, itu adalah cita-cita semu. Sebab keadilan itu sendiri bersifat relatif. Jika kamu merasa hidup tidak adil kepadamu, perhatikan sisi positifnya dulu. Contoh, teman sekantor mendapatkan promosi lebih dulu, padahal kalian satu tim dan sama-sama bekerja keras. Kamu merasa ini tidak adil. Kamu marah dan kecewa. Sisi positif yang dapat kamu ambil adalah, setidaknya kamu tahu siapa pemenang dalam kompetisi ini. Setelah itu, kamu dapat menentukan langkah berikutnya, apakah mencari cara lain atau jalan yang benar-benar baru.

  2. Semua orang pasti menyukai saya
    Kamu tidak dapat mengendalikan persepsi orang lain terhadapmu. Kamu juga tak bisa membuat atau memaksa setiap orang menyukaimu. Pakemnya adalah mulai dari niat baik dan wujudkan dalam perilaku yang baik pula. Bahkan makna baik pun bagi setiap orang bisa berbeda-beda kadarnya. Jadi, jangan terjebak dengan penilaian orang lain tentang kamu.

  3. Orang harus setuju dengan saya
    Hampir sama seperti poin dua, kamu pun tak dapat memaksa orang lain untuk sepakat dengan pendapatmu. Sebab, mungkin yang kamu sampaikan bukan satu-satunya jawaban benar. Dan menjadi benar itu tidak selalu benar. Jadi, jangan berharap orang lain berpikir dan bertindak seperti kita. Sebab jika kamu tidak menerimanya, kamu akan merasa sakit hati atau marah.

  4. Orang-orang memahami apa yang saya katakan
    Tak semua orang memahami apa yang kamu sampaikan jika hanya melalui ucapan. Ada orang-orang yang benar-benar butuh empati, langkah konkret untuk menyelesaikan masalah mereka.

  5. Saya berharap mampu melakukan semuanya dengan baik
    Jangan ada dikotomi berhasil dan gagal dalam hidupmu. Apabila kamu menerapkan itu, maka bersiaplah berada dalam titik ekstrem kehidupan: terlampau bahagia dan kelewat kecewa. Semua orang punya batas kemampuan yang berbeda, termasuk kamu. Tak perlu memaksakan diri, melainkan berdamai, berkompromi, dan menikmati apa yang mampu kamu lakukan.

  6. Ekspektasi pada apa yang dapat membuatku bahagia
    Apa yang kamu inginkan saat ini? Segera menikah dengan pacar, beli mobil baru, punya rumah baru, dan beragam harapan dalam daftar impian. Tapi kamu melupakan satu pertanyaan besar terkait itu semua. Apakah kamu pantas memilikinya?

  7. Mampu mengubah dunia
    Jika menyaksikan cerita pahlawan super, begitu mudah mereka membangun citra diri sebagai penjaga kedamaian dan mengubah dunia menjadi lebih baik. Tapi itu kan cerita, tak ada di dunia nyata. Sebelum berpikir jauh dengan ekspektasi mampu mengubah dunia, ubah dulu dirimu menjadi pribadi yang baik. Menularkan hal-hal baik ke orang-orang di sekitar dan bermanfaat.

Psikolog Albert Ellis punya rumus sederhana untuk hidup bahagia dan terlepas dari jerat ekspektasi. Lepaskan pikiran yang 'harus' untuk harapan yang tidak realistis. "Berpikir baik, bertindak baik, maka kamu akan merasa baik," katanya.

Advertising
Advertising

Berita terkait

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

1 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

4 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

4 hari lalu

Saran Psikolog buat Pasangan yang akan Menikah, Perhatikan Hal Ini

Perhatikan hal ini sebelum menikah mengingat penyebab perceraian dalam masyarakat biasanya multifaktor.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

8 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

9 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

9 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Marshanda Bersyukur Bisa Merasa Penuh

20 hari lalu

Marshanda Bersyukur Bisa Merasa Penuh

Aktris Marshanda merasa bersyukur atas semua yang dia miliki sekarang. Ia merasa penuh.

Baca Selengkapnya

Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

53 hari lalu

Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog

Sikap beracun orang tua sulit diubah. Lalu, bagaimana cara menghadapi hidup yang penuh tekanan dari orang tua? Berikut beberapa yang bisa dilakukan.

Baca Selengkapnya

Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

53 hari lalu

Mendidik Anak Memahami Puasa, Ini Saran Psikolog

Pemahaman terkait makna puasa disertai penjelasan mengenai manfaat seperti kesehatan dan mengendalikan diri

Baca Selengkapnya

Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

25 Februari 2024

Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

Perbedaan mendasar antara perundungan dengan bercanda yakni pada niat atau intensi pelaku kepada korban. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya