Acrophobia, Ketakutan dan Gemetaran Berada Diketinggian

Reporter

Tempo.co

Senin, 17 Mei 2021 19:58 WIB

Ilustrasi fobia ketinggian. Andrea Piacquadio/Pexels

TEMPO.CO, Jakarta - Serasa jadi lunglai tak berdaya untuk berdiri di atas ketinggian, penderita acrophobia sebisa mungkin menghindari ketinggian yang menimbulKan kecemasan begitu hebat.

Tidak semua orang yang ngeri ketinggian memiliki fobia, dapat disebut mengidap acrophobia, sebab masih ada beberapa tingkat toleransi ketinggian yang berbeda yang masih digolongkan tahap wajar.

Mengutip dari Publikasi Anxiety and Depression Association of America (ADAA), fobia ketinggian ini hampir mempengaruhi populasi dunia hingga 5 persen banyaknya. Selain itu ketakutan yang digolongkan sebagai irasional reaksi sebab tidak proporsional terhadap ketakutan tinggi pada umumnya.

Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V), Acrophobia diklasifikasikan sebagai fobia spesifik dan dapat dicirikan sebagai ketakutan, yang dipicu oleh ruang yang tinggi atau antisipasinya. Lebih lanjut secara etiologinya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Phobia ini bisa saja mengakuisisi menjadi fobia yang lainnya, yang mungkin bisa dilakukan mediasi melalui jalur non-asosiatif, daripada mengkondisikan atau belajar dari pengalaman negatif atau traumatis.

Advertising
Advertising

Secara definisi acrophobia berasal dari bahasa Yunani "acron" untuk ketinggian, dan "phobos" berarti rasa takut. Penderita acrophobia juga akan turut merasakan penurunana kualitas hidup dan mengutip dari laman healhtyline.com bahwa penderita acrophobia ini lebih banyak didominasi oleh laki-laki hingga dua kali lipat daripada terjadi pada wanita.

Gejala acrophobia yang umum dirasakan adalah gemetar berkeringat, merasa lumpuh, mengalami jantung berdebar-debar, serangan panik besar-besaran lengkap dengan sesak napas, sampai sakit kepala. Maka tak jarang ketika penderita acrophobia merasakan gejala ini, penderita akan merasa perlu merangkak, berlutut, atau langsung turun.

Salah satu perawatan yang bisa dilakukan penderita acrophobia adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Teknik perilaku ini dapat digunakan secara bertahap atau cepat, dan pasien diajari cara menghentikan reaksi panik dan cara mendapatkan kembali kendali atas emosinya.

Selain itu ada juga realitas virtual, yang tak kalah efektif memebantu penderita acrophobia menenangkan diri, selain itu kelebihan dengan perawatan ini dapat menghemat uang dan waktu,

Beta blocker atau obat penenang dapat digunakan untuk menghilangkan rasa panik dan kecemasan dalam jangka pendek karena acrophobia. Misalnya saja D-sikloserin salah satu jenis obatan yang digunakan dengan CBT bersamaan, namun ini masih perlu banyak penelitian yang lebih dalam lagi.

TIKA AYU

Baca: Nyctophobia, Fobia Gelap Bisa Disebabkan Pola Asuh Orang Tua Pada Anak

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

2 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

3 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

8 hari lalu

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

9 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

12 hari lalu

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial

Baca Selengkapnya

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

25 hari lalu

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.

Baca Selengkapnya

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

27 hari lalu

Teknik Pernapasan 4-7-8 untuk Meredakan Stres dan Kecemasan, Begini Caranya

Berikut cara melakukan teknik pernapasan 4-7-8 untuk membantu meredakan stres dan mengurangi kecemasan. Bagaimana tahapannya?

Baca Selengkapnya

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

28 hari lalu

3 Jenis Tes Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu mempengaruhi kemampuan berpikir dan suasana hati yang berdampak terhadap perilaku

Baca Selengkapnya

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

29 hari lalu

Perempuan Lebih Rentan Terserang Burnout, Berikut Saran Psikoterapis

Perempuan disebut lebih rentan terserang burnout. Psikoterapis membagi tips untuk meredakannya.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

33 hari lalu

Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

Lebih dari 50 persen penderita penyakit autoimun juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Berikut penjelasan peneliti.

Baca Selengkapnya