Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penelitian Sebut Penyakit Autoimun Juga Memicu Depresi dan Kecemasan

Reporter

image-gnews
Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian yang dipublikasikan di Rheumatology menunjukkan lebih dari 50 persen penderita penyakit autoimun juga mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Dilansir dari Health, sekitar 13 persen perempuan dan 7 persen laki-laki mengalami gangguan autoimun dan hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh penderita jarang atau tidak pernah menyampaikan gangguan mental yang dialami ke penyedia layanan kesehatan.

"Rentang dan prevalensi gejala neurologis dan psikiatris ini lebih tinggi dari yang sebelumnya ditemukan dan jauh lebih tinggi dari perkiraan klinis," kata Melanie Sloan, peneliti utama studi tersebut dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan Primer Universitas Cambridge. "Bagi pasien, bagian pentingnya adalah mereka tidak sendirian jika merasakan jenis gejala ini dan hanya dengan memberi tahu dokter mereka bisa mendapatkan dukungan." 

Untuk lebih memahami korelasi kelainan autoimun dengan kondisi kesehatan mental, para peneliti melakukan survei pada hampir 1.900 orang dengan gangguan autoimun dan menanyakan gejala neurologis dan psikiatris mereka. Para peneliti juga melakukan survei pada hampir 300 penyedia layanan kesehatan. 

Sloan dan timnya menemukan di antara peserta survei, 55 persen di antaranya mengalami depresi, 57 persen mengalami kecemasan, 89 persen mengalami kelelahan parah, dan 70 persen mengalami disfungsi kognitif seperti masalah memori. Para peneliti mencatat penderita penyakit autoimun kecil kemungkinannya menyampaikan masalah kesehatan mental mereka atau meminta bantuan. Sebagian besar memilih diam karena takut menghadapi stigmatisasi.

"Banyak orang, bahkan tanpa penyakit rematik ini, ketakutan stigma gejala kesehatan mental karena mereka akan dihakimi," ujar Sloan.

Pengaruh otak
Dia menjelaskan lamanya waktu mendiagnosis penyakit autoimun membuat banyak pasien kehilangan kepercayaan pada penyedia layanan kesehatan dan dalam beberapa kasus menginterpretasi sendiri gejala mereka.

"Mereka takut jika melaporkan gejala kesehatan mental atau neurologis dapat menyebabkan kembali ke hari-hari pradiagnosis dan gejala penyakit masa depan akan diabaikan sebagai akibat dari kesehatan mental," papar Sloan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hambatan lain adalah gejala kesehatan mental tidak selalu terlihat atau bisa diuji. "Kami menemukan beberapa klinisi, terutama psikiater dan perawat, sangat menghargai laporan pasien. Tetapi beberapa penyedia layanan lain merasa lebih nyaman ketika melakukan tes darah atau hasil pemindaian atau bisa melihat sendiri gejala. Mereka menginginkan bukti objektif," jelasnya.

Namun, identifikasi kondisi kesehatan mental lebih bergantung pada mendengarkan dan mempercayai laporan seseorang. "Kebanyakan orang sangat ingin mendapat bantuan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan butuh dokter untuk memvalidasi gejala-gejala yang menyedihkan ini," tambah Sloan. "Bukan bekerja dengan model harus bisa dilihat agar dipercaya."

Brent Nelson, psikiater dan kepala informasi medis di PrairieCare, menyampaikan kaitan penyakit autoimun dan kesehatan mental kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Koneksi ini disebabkan permainan kompleks antara sel-sel sistem kekebalan tubuh dan sel-sel otak. Nelson menjelaskan penyakit autoimun menyebabkan sel-sel kekebalan tubuh menyerang dirinya sendiri dan mempengaruhi sel tubuh maupun otak.

"Beberapa faktor berkontribusi pada koneksi ini, termasuk peradangan dan komunikasi sistem imun otak," tuturnya. "Peradangan ini dapat menyebar ke otak dan dapat mempengaruhi neurotransmiter yang mengatur suasana hati, menyebabkan peningkatan risiko gangguan suasana hati." 

Pilihan Editor: Rheumatoid Arthritis Tak Bisa Disembuhkan, karena Keturunan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Orang Memiliki Sifat Toxic? Ini Penjelasannya

1 hari lalu

Ilustrasi orang tua dan anak. Freepik.com
Mengapa Orang Memiliki Sifat Toxic? Ini Penjelasannya

Pada dasarnya orang toxic merupakan individu yang baik. Namun, orang toxic biasanya mereka yang menyerah pada sisi gelap dirinya.


5 Cara Menghilangkah Sifat Toxic

1 hari lalu

Ilustrasi orang tua dan anak. Freepik.com
5 Cara Menghilangkah Sifat Toxic

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu seseorang menyembuhkan sifat toxic.


8 Tanda-Tanda Perlu Konsultasi Kesehatan Mental ke Psikiater

1 hari lalu

Ketahui tanda-tanda kita perlu konsultasi kesehatan mental ke psikiater. Salah satunya adalah gangguan tidur kronis yang sering dialami. Foto: Canva
8 Tanda-Tanda Perlu Konsultasi Kesehatan Mental ke Psikiater

Ketahui tanda-tanda kita perlu konsultasi kesehatan mental ke psikiater. Salah satunya adalah gangguan tidur kronis yang sering dialami.


Pakar Hubungan Ungkap Tipe Pasangan yang Senang Menghindar, Jangan Sampai Bikin Stres

3 hari lalu

Ilustrasi pasangan. Dok: StockXpert
Pakar Hubungan Ungkap Tipe Pasangan yang Senang Menghindar, Jangan Sampai Bikin Stres

Salah satu tipe hubungan yang dialami banyak pasangan adalah menghindar. Berikut beberapa tanda yang mungkin mengindikasikan pasangan punya gaya ini.


Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

4 hari lalu

Ilustrasi cewek pakai payung saat jalan di bawah matahari terik. shutterstock.com
Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

Penelitian menyebut cuaca panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Berikut berbagai dampaknya.


Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

4 hari lalu

Ilustrasi anak kecil pacaran. huffpost.com
Jaga Kesehatan Mental dengan Hindari Pacaran di Usia Anak

KemenPPPA meminta pacaran pada usia anak sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan mental.


Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

5 hari lalu

Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock
Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

7 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

8 hari lalu

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.


Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

9 hari lalu

Ilustrasi menyusui. factretriever.com
Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

Para ibu perlu menjaga kesehatan mental agar tetap nyaman ketika beraktivitas dan tenang ketika mengasuh anak.