Gejala COVID-19 Juga Bisa Berawal di Mata, Simak Kata Dokter

Reporter

Antara

Jumat, 16 Juli 2021 14:47 WIB

Ilustrasi mata wanita. Unsplash.com/Alexandra Gorn

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus ikut bertanggung jawab atas keselamatan diri dan orang lain di masa pandemi COVID-19. Terkait dengan gejala awal, ada sejumlah keluhan yang memang identik dengan COVID-19, seperti demam, batuk, radang tenggorokan, mual, hingga sesak napas.

Namun, keluhan pada mata diremehkan dan tidak dianggap sebagai gejala COVID-19. Keluhan seperti apa yang harus diwaspadai sebagai gejala awal COVID-19 dan apakah gejala pada mata terkait COVID-19 berbeda pada kelompok usia anak-anak, dewasa, maupun lansia?

Spesialis mata dari Universitas Airlangga, dr. Sekar Ayu Sitoresmi SpM, memaparkan sejumlah kondisi terkait keluhan pada mata yang rupanya menjadi salah satu gejala awal kasus COVID-19 ini. Para ahli sudah sejak lama memaparkan gejala COVID-19 sangat bervariasi namun yang tersering adalah gangguan saluran pernapasan sehingga sebagian besar pasien dengan gejala berat mengalami sesak napas dan meninggal karena gagal napas.

Meskipun transmisi virus corona melalui mata sangat rendah, penelitian yang dilakukan Muyldermans, et al. menyebutkan pada 26,9 persen sampel air mata pasien COVID-19 tanpa manifestasi pada mata ditemukan RNA virus corona. Sementara pada penelitian lain yang dilakukan oleh Wong, et al., ditemukan virus SARS-CoV-2 pada sepertiga swab konjungtiva pasien COVID-19 dengan manifestasi mata.

"Kesimpulannya, meskipun tidak didapatkan gejala pada mata terkait COVID-19, mata tetap berpotensi menjadi pintu masuk penularan virus SARS-CoV-2," ujar Sekar Ayu.

Advertising
Advertising

Hal ini disebabkan kornea dan konjungtiva pada mata memiliki reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2) yang merupakan target dari virus SARS-CoV-2. Ayu mengungkapkan sejumlah penyakit mata yang dapat dijumpai pada penderita COVID-19 dari yang paling sering sampai paling jarang dijumpai antara lain konjungtivitis, keratitis, Bull’s eye maculopathy, dan drug induced uveitis.

"Manifestasi COVID-19 pada mata yang tersering adalah konjungtivitis atau radang selaput lendir mata, yang tidak jarang disertai pula dengan radang selaput bening mata (keratitis). Seperti yang telah disebutkan, hal ini disebabkan kornea dan konjungtiva memiliki reseptor ACE-2 yang merupakan target dari virus SARS-CoV-2," jelas Ayu.

Adapun, gejala yang harus diwaspadai terkait konjungtivitis, keratitis, maupun keratokonjungtivitis adalah mata merah, bengkak pada selaput lendir maupun kelopak mata, silau dan sulit membuka kelopak mata, mata terus mengeluarkan air atau kotoran. Gejala ini dapat muncul mendahului atau beberapa hari setelah mengalami gejala-gejala COVID-19 lain, seperti hilangnya penciuman, batuk, pilek, sesak, diare, dan lain sebagainya.

Gejala pada mata dapat timbul pada seluruh kelompok usia, mulai anak-anak sampai lansia, pada penderita baru maupun yang telah beberapa hari mengalami gejala COVID-19 lain, juga pada penderita long COVID-19 yang masih dapat mengalami gejala-gejala tersebut sampai lebih dari dua minggu. Jadi, apa yang bisa kita lakukan bila mengalami keluhan pada mata saat isolasi mandiri?

"Pada gejala yang ringan, kita dapat memberikan tetes air mata buatan yang bisa didapatkan di toko obat terdekat karena pada dasarnya radang selaput lendir yang disebabkan virus dapat sembuh sendiri," jelas Ayu.

Namun, Ayu menambahkan apabila gejala yang dialami pasien termasuk berat dan sangat mengganggu aktivitas karena nyeri maupun gangguan penglihatan, manfaatkan fasilitas konsultasi online (telemedisin) dengan dokter spesialis mata (dalam hal ini adalah teleoftalmologi) dari klinik mata maupun rumah sakit yang menyediakan fasilitas tersebut.

Selain kaitan dengan penyakit COVID-19, banyak sekali aspek kesehatan mata yang terdampak oleh pandemi COVID-19 yang bahkan telah dinyatakan sebagai ancaman untuk kesehatan masyarakat akibat penggunaan perangkat digital atau gawai di era pandemi, baik itu untuk sekolah, bekerja, membaca berita di internet, dan menonton film, yaitu mata lelah dan sindrom mata kering.

Mata kering sering juga disebut dengan sindrom visi komputer, yang disebabkan kelelahan otot-otot akomodasi mata akibat bekerja dalam jarak dekat dalam waktu yang lama. Gejala yang timbul pada orang dewasa antara lain penglihatan kabur, mata terasa lelah, hingga pusing atau nyeri kepala. Sementara anak-anak biasanya memicingkan mata, mengucek-ucek mata, dan mendekatkan atau menjauhkan mata dari layar.

Mata lelah dapat dicegah dengan membatasi waktu yang dihabiskan di depan layar per hari selama 2-4 jam sehari dan pada anak-anak batasi sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pencegahan juga dapat dilakukan dengan melakukan sistem 20-20-20 saat bekerja menggunakan perangkat digital. Sistem ini dilakukan dengan cara istirahat 20 detik, setiap 20 menit, dengan melihat sejauh 6 meter.

"Latihan ini penting dibiasakan untuk mencegah mata lelah karena pada jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah penderita rabun jauh dan ukuran kacamata minus," papar Ayu.

Pada sindroma mata kering, gejala yang lazim dialami antara lain rasa kering, pedih, panas, gatal, maupun mata berair. Hal ini disebabkan karena berkurangnya frekuensi berkedip seseorang saat menggunakan perangkat digital dan diperberat dengan berada di ruangan ber-AC.

Bila mengalami gejala sindroma mata kering yang ringan, kita dapat meneteskan tetes air mata buatan secara rutin untuk memperbaiki fungsi lapisan air mata kita, namun bila keluhan sangat mengganggu, berkonsultasilah kepada dokter spesialis mata untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

Baca juga: Waspadai Gejala Covid-19 Varian Delta yang Mirip Flu Biasa

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

23 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

6 hari lalu

7 Tips Jaga Kualitas Hidup dengan Glaukoma

Setiap individu harus memahami tantangan yang dihadapi saat didiagnosis glaukoma dan harus mempertahankan kualitas hidup dengan manajemen tepat.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

11 hari lalu

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.

Baca Selengkapnya