Bedakan antara Reinfeksi Covid-19 dengan Repositif Covid-19

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 18 Juli 2021 16:40 WIB

Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pasien Covid-19 perlu mengidentifikasi apakah ini kali pertama dia terinfeksi atau sudah kedua kali, bahkan kesekian kali terpapar virus corona. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Primaya Evasari Hospital, Yoga Fitria Kusuma mengatakan ada perbedaan antara pasien Covid-19 yang mengalami reinfeksi dengan repositif Covid-19.

"Reinfeksi Covid-19 terjadi ketika seseorang yang sudah sembuh terinfeksi lagi oleh struktur virus corona yang berbeda dengan infeksi virus corona sebelumnya," kata Yoga Fitria Kusuma dalam keterangan tertulis Primaya Hospital yang diterima Tempo. Reinfeksi ini berbeda dengan repositif atau reaktivasi virus.

Kondisi repositif berarti virus corona yang masih tersisa dalam tubuh menginfeksi orang itu lagi. "Artinya ini infeksi yang disebabkan oleh virus dengan struktur yang sama," kata Yoga. Untuk mengetahui apakah seorang pasien Covid-19 mengalami reinfeksi atau repositif, menurut dia, adalah dengan mengambil sampel untuk mengurutkan genome atau informasi genetik virus.

Sampel berasal dari tes pada kasus positif yang pertama dan kedua. Peneliti mengurutkan kedua sampel itu dan membandingkannya untuk mengetahui apakah ada kesamaan struktur atau varian. "Bila berbeda, berarti pasien mengalami reinfeksi Covid-19," kata Yoga.

Hanya saja, pengurutan genome virus bukanlah pekerjaan ringan. Harus ada tenaga terlatih, perlengkapan, dan laboratorium dengan standar tertentu. Pengurutan genome juga membutuhkan waktu lama. Di Indonesia, Yoga melanjutkan, belum ada panduan khusus untuk menangani kasus reinfeksi dan repositif. "Pasien yang positif Covid-19 untuk kedua kali ditangani dengan cara sama ketika pertama kali positif," ujar Yoga.

Advertising
Advertising

Sebuah penelitian di Nuffield Department of Medicine di University of Oxford, Amerika Serikat, menemukan banyak kasus Covid-19 kedua dan selanjutnya kemungkinan besar adalah repositif. Musababnya, virus corona bisa menyebabkan infeksi dalam waktu lama dan struktur genome-nya membuat virus mampu bertahan di dalam tubuh. Virus ini pun bisa tak terdeteksi dalam tes dan bersiap menyerang lagi.

Yoga melanjutkan, pada dasarnya reinfeksi Covid-19 jarang terjadi. Berdasarkan penelitian Public Health England Colindale di Inggris dan Statens Serum Institut di Denmark, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 mendapat perlindungan hingga 80 persen dari infeksi kedua.

Adapun penelitian di Denmark menunjukkan perlindungan terhadap orang lanjut usia (di atas 65 tahun) hanya 47 persen. "Dengan demikian, manula lebih berisiko mengalami reinfeksi," katanya.

Analisis dari riset tersebut menunjukkan di antara orang yang positif pada gelombang pertama Covid-19, sebanyak 0,65 persen kembali positif pada gelombang wabah kedua. Orang yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid juga lebih mungkin terkena infeksi kedua.

#CuciTangan #JagaJarak #PakaiMasker #DiamdiRumah

Baca juga:
Tingkatkan Saturasi Oksigen dengan Latihan Pernapasan bagi Pasien Covid-19

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

12 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

15 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

9 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

13 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

15 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya