Kenali Gejala Kanker Kepala dan Leher serta Pengobatan

Reporter

Antara

Selasa, 19 Oktober 2021 10:20 WIB

Waspadai Ancaman Kanker Kepala Leher

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker kepala dan leher merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sejumlah tumor ganas yang berkembang di dalam atau di sekitar tenggorokan, laring (kotak suara), hidung, amandel, sinus, dan mulut. Menurut data Globocan 2020, kejadian baru kanker kepala dan leher di dunia sebanyak 932.000 yang merupakan penjumlahan dari kanker bibir dan rongga mulut, lidah, orofaring, hipofaring, laring, nasofaring, dan kelenjar ludah.

Bukan hanya itu, kanker kepala dan leher tercatat menjadi penyebab kematian pada urutan ketujuh di dunia dan 5 persen dari seluruh kanker di dunia. Kanker kepala dan leher yang ganas dapat mengubah bentuk wajah secara fisik, baik karena perkembangan kanker maupun tindakan pengobatan. Demikian kata spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik dr. Rismauli Doloksaribu, Sp.PD-KHOM.

"Pasien akan mendapatkan keluhan berupa gangguan menelan, makan, bahkan gangguan berbicara. Oleh sebab itu masyarakat perlu mewaspadai penyebab kanker kepala dan leher agar terhindar dari penyakit yang mematikan ini," ujar Risma.

Kanker leher dan kepala biasanya ditemukan pada yang berusia di atas 50 tahun dan dua kali lebih banyak ditemukan pada pria. Adapun, faktor risiko terbesar adalah kebiasaan merokok dan minum alkohol. Orang yang biasa merokok dan minum minuman keras secara bersamaan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker kepala dan leher. Selain itu, orang yang terinfeksi human papillomavirus(HPV) atau yang ditularkan melalui hubungan seksual juga dapat berujung kanker kepala dan leher.

Faktor risiko lain meliputi paparan matahari yang berkepanjangan, virus Epstein-Barr, virus Human Immunodefeciency Virus (HIV), kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi, menghirup zat-zat beracun di lingkungan atau pekerjaan, dan kurang gizi.

Advertising
Advertising

Risma menjelaskan sangat penting untuk lebih peka dalam mengetahui dan merasakan tanda serta gejala kanker kepala dan leher sejak awal. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan termasuk benjolan pada leher yang tidak bergejala, adanya ulserasi mukosa yang menyakitkan, lesi mukosa pada daerah mulut yang terlihat, suara serak, atau sulit menelan.

Gejala selanjutnya tergantung pada lokasi dan luas tumor, termasuk rasa nyeri, kelumpuhan saraf, parestesia, yaitu kesemutan atau mati rasa, trismus atau kekakuan pada daerah rahang dan leher, yang menyebabkan sulit membuka mulut. Selain itu, bisa juga dijumpai halitosis atau bau mulut yang dapat disebabkan oleh kebersihan mulut yang tidak terjaga, penyakit yang diderita, atau gaya hidup yang tidak baik.

"Menimbang penderitaan yang berat terhadap kanker kepala dan leher, masyarakat diimbau untuk menerapkan pola hidup sehat dengan berhenti merokok, tidak minum alkohol, menggunakan tabir surya yang memadai, mengurangi risiko infeksi HPV dan HIV, menjaga kebersihan dan merawat gigi dan mulut," ujar Risma.

Pengobatan kanker kepala dan leher utamanya melalui bedah, radiasi dengan atau tanpa kemoterapi, terapi target, hingga imunoterapi. Pilihan perawatan ini akan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kanker (stadium) dan lokasi kanker yang dialami pasien.

Pelaksanaan terapi bagi pasien perlu direncanakan dengan seksama oleh tim dokter dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, seperti dokter THT, radioterapi, onkologi medik, yang di Indonesia dikenal sebagai konsultan penyakit darah dan kanker, bahkan diperlukan keterlibatan dokter ahli gizi serta rehabilitasi medik untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.

"Jika dideteksi dan dirawat sejak dini, kanker kepala dan leher seperti pada jenis kanker lainnya dapat memberikan hasil pengobatan yang lebih baik dan kualitas hidup pasien yang juga lebih baik," ujarnya.

Membiasakan diri menjalankan gaya hidup bersih dan sehat sangat penting untuk menghindari berbagai penyakit, termasuk kanker kepala dan leher, terutama kala pandemi COVID-19. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, aktif berolahraga, serta menjaga pola tidur yang cukup sangat penting.

Baca juga: Pentingnya Pemenuhan Nutrisi pada Pasien Kanker di Masa Pandemi

Berita terkait

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

3 hari lalu

Mengenal terapi Chiropractic, Apakah Pijat Kretek Aman Dilakukan?

Chiropractic merupakan salah satu metode pengobatan terapi manual yang awal mengenalnya sebagai pijat kretek. Amankah?

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

4 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

4 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

5 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

6 hari lalu

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

6 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

6 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

9 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

11 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya