Mengenal Cancel Culture dalam Kehidupan Bersosial Media

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Jumat, 22 Oktober 2021 15:57 WIB

Kim Seon Ho dan berita yang menjelaskan aktor K disebut paksa mantan kekasihnya untuk aborsi. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Budaya cancel culture ada dan semakin berkembang seiring dengan meluasnya penggunaan sosial media. Budaya ini "membatalkan" atau memboikot seseorang dari platform publik akibat kesalahan yang pernah mereka perbuat. Pada umumnya, cancel culture berarti berhenti memberikan dukungan pada perbuatan maupun karir seseorang tersebut.

Publik figur dengan kedudukan penting di mata publik rentan akan skandal dan pemberitaan kontroversial. Ketika publik figur tersebut melakukan kesalahan atau mengucapkan sesuatu yang salah, budaya cancel culture bisa saja muncul di saat-saat seperti ini meskupun si publik figur telah meminta maaf.

Dilansir dari laman Vox, pola munculnya budaya ini hampir selalu sama. Seseorang melakukan kesalahan, publik menyadarinya, publik menyuarakan dan menyebarkan kesalahan orang tersebut, kemudian hal tersebut secara efektif dapat mempengaruhi karir mereka.

Bagi sebagian besar orang, budaya ini dianggap efektif untuk meminta pertanggungjawaban pihak yang bersalah. Tindakan kolektif ini dianggap sebagai alat keadilan sosial yang penting untuk memerangi pihak yang memiliki kekuatan dan posisi tawar yang tinggi.

Dilansir dari laman Time, cancel culture dan call out culture muncul pertama kali saat kasus rasisme yang dilakukan The Colbert Report terhadap masyarakat Asia terjadi di Maret 2014. Tagar #cancelCobert kemudian muncul akibat skandal ini. Budaya ini kemudian semakin dikenal setelah adanya pergerakan #MeToo yang diinisiasi Tarana Burke. Pergerakan ini merupakan seruan terhadap banyaknya kasus pelecehan seksual terutama terhadap perempuan.

Advertising
Advertising

Sebenarnya, sulit untuk mengakhiri karir seseorang yang memiliki kekuatan dan posisi penting meskipun telah melalui tindakan kolektif publik. Orang-orang di industri hiburan maupun tokoh masyarakat lainnya mungkin tetap mendapat kritik negatif dan permintaan pertanggungjawaban, meskipun begitu hanya sedikit dari mereka yang terdampak karirnya.

Tindakan mempermalukan seseorang karena kesalahannya memang dianggap dapat memperkecil kesempatan mereka untuk mengulang perbuatannya. Diskriminasi berupa seksisme dan rasisme dapat diperangi dengan adanya suara kolektif masyarakat. Meskipun demikian, cancel culture mirip dengan budaya perundungan secara kolektif.

Dilansir dari laman Vogue, budaya cancel culture dianggap mempolarisasi masyarakat hanya menjadi benar dan salah, sementara area abu-abu tidak diizinkan untuk ada. Budaya ini mendorong orang-orang untuk sulit memaafkan orang lain yang nantinya menciptakan lingkungan yang tidak mengizinkan seseorang untuk berubah dan belajar dari kesalahannya.

DINA OKTAFERIA

Baca juga: Publik Figur Harus Siap Diberitakan Miring Oleh Media

Berita terkait

Muncul Tulisan 'This Story is Unavailable' di Instagram, Ini Penyebabnya

2 hari lalu

Muncul Tulisan 'This Story is Unavailable' di Instagram, Ini Penyebabnya

Sering muncul tulisan 'this story is unavailable' di Instagram? Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti story sudah kadaluwarsa.

Baca Selengkapnya

PSSI Marah Suporter Timnas U-23 Indonesia Serbu Akun Instagram Guinea dengan Ujaran Rasis

8 hari lalu

PSSI Marah Suporter Timnas U-23 Indonesia Serbu Akun Instagram Guinea dengan Ujaran Rasis

Anggota Exco PSSI Arya Sinulingga minta suporter Timnas U-23 Indonesia yang menyampaikan ujaran rasis untuk berhenti melakukan tindakannya itu.

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

8 hari lalu

Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

Universitas Brawijaya akan membuka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin, China untuk mendorong pengenalan bahasa

Baca Selengkapnya

BRI Imbau Masyarakat Jangan Terpancing Isu Uang Hilang di Tabungan

10 hari lalu

BRI Imbau Masyarakat Jangan Terpancing Isu Uang Hilang di Tabungan

Kejadian uang hilang yang diviralkan merupakan kejadian lama dengan informasi yang tidak lengkap

Baca Selengkapnya

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

11 hari lalu

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

Pakar mengatakan kebaya bisa menjadi identitas budaya Indonesia berbasis kelokalan dengan sejarah panjang busana di Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

11 hari lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

11 hari lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

13 hari lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

15 hari lalu

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

Menurut media asal AS, Arab Saudi menangkap warganya karena mengkritik Israel di media sosial terkait perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Cara Mengembalikan Akun TikTok yang Ditangguhkan dengan Mudah

16 hari lalu

Cara Mengembalikan Akun TikTok yang Ditangguhkan dengan Mudah

Aplikasi TikTok bisa dibanned karena beberapa alasan, seperti kesalahan konten. Berikut ini cara mengembalikan akun TikTok yang ditangguhkan.

Baca Selengkapnya