WHO dan ILO Ingatkan Efek Tekanan Kerja Berlebihan dan Durasi Kerja yang Panjang

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 11 November 2021 08:33 WIB

ilustrasi stres (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Situasi kerja telah berubah selama pandemi Covid-19. Orang-orang bekerja dari rumah, anak-anak sekolah di rumah, siapapun mengalami pembatasan pergerakan demi mencegah penyebaran virus corona.

Sekilas, bekerja di rumah mungkin terdengar simpel. Tak perlu repot berpakaian, makeup, menghadapi kemacetan, berdesakan di angkutan umum, dan sebagainya. Cukup menyediakan tempat yang nyaman untuk bekerja di rumah, dan semua berjalan seperti seharusnya.

Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu lama, orang tentu menjadi bosan. Terlebih saat tugas terus bertambah sehingga terpaksa bekerja dalam jangka waktu lama. Studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan, terjadi peningkatan kematian sebesar 29 persen di 194 negara karena tekanan kerja yang berlebihan dan jam kerja yang panjang selama pandemi Covid-19.

WHO dan ILO membuat pedoman jam kerja maksimal seseorang adalah 40 jam seminggu. Lebih dari itu, maka termasuk berlebihan dan berbahaya untuk kesehatan. Dan semakin banyak keluhan pekerjaan tambahan serta tekanan selama bekerja dari rumah di masa pandemi Covid-19.

Dua organisasi ini menyatakan, sebagian besar karyawan di seluruh dunia tengah menghadapi masalah kesehatan yang ekstrem. Dan dalam beberapa kasus, memicu kematian. Terlalu banyak bekerja akan mengakibatkan stres. Dan jika hal ini terjadi dalam waktu lama, maka bertubi dan bertumpuklah tekanan yang dia alami.

Advertising
Advertising

Apabila stres ini tidak dilepaskan atau hormon stres kian memuncak, maka akan mempengaruhi kerja jantung. Tekanan pekerjaan atau tenggat yang kian singkat membuat detak jantung kian cepat, tekanan darah naik, kurang tidur, dan umumnya diiringi dengan pola makan yang tidak sehat.

Orang yang stres cenderung mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat dan lemak. Tubuhnya juga tidak bugar karena tak punya waktu berolahraga. Pada beberapa kasus, orang yang mengalami stres memilih 'pelarian' ke minuman beralkohol hingga obat-obatan terlarang untuk meredakan tekanan yang dia rasakan.

Sebab itu, penting untuk memperhatikan masalah pekerjaan berlebih karena tidak hanya mempengaruhi kualitas kerja, namun juga pada kesehatan secara holistik. Perusahaan, karyawan, dan siapapun sebaiknya meningkatkan kesadaran tentang bahaya tekanan pekerjaan serta menciptakan lingkungan kerja yang bebas stres.

YINOLA CRISSY ELENROSE HADRIAN | TIMES OF INDIA

Baca juga:
Bagian Tubuh Sering Bergerak Sendiri, Mungkin Ini Sebabnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

13 jam lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

3 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

3 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

3 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

5 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

6 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

7 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya