Pusing Saat Ubah Posisi dari Duduk ke Berdiri, Ini yang Terjadi pada Tubuh

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 5 Desember 2021 07:32 WIB

Ilustrasi wanita pusing/darah rendah. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang mungkin pernah merasa keliyengan, pusing, sensasi jatuh, berputar, penglihatan kabur, bahkan pingsan saat berpindah posisi dari duduk ke berdiri atau berbaring lalu berdiri. Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Dito Anurogo mengatakan, kondisi itu terjadi karena tekanan darah turun.

"Hipotensi postural atau hipotensi ortostatik adalah menurunnya tekanan darah karena perubahan posisi," kata Dito kepada Tempo, Sabtu 4 Desember 2021. Pada kondisi normal, gravitasi menyebabkan darah mengalir ke kaki saat seseorang berdiri. Tubuh kemudian mengkompensasi dengan meningkatkan denyut jantung dan menyempitkan pembuluh darah.

Mekanisme tersebut memastikan tersedia cukup darah yang kembali ke otak. Sementara ada penderita hipotensi postural atau hipotensi ortostatik, mekanisme kompensasi ini tidak terjadi. Akibatnya, tekanan darah menurun, memicu terjadinya beragam gejala tadi.

Secara umum, menurut Dito, hipotensi dapat bersumber dari dua hal, yakni jantung dan pembuluh darah. Pada hipotensi yang pemicunya dari jantung atau cardiac, disebabkan output yang rendah. Hal ini terjadi pada keadaan aritmia atau ketidakteraturan ritme jantung, penyakit jantung struktural, dan hipovolemia. Pada aritmia, gejalanya adalah bradikardi (denyut jantung melambat), takikardi (denyut jantung bertambah cepat), dan fibrilasi.

Adapun penyakit struktural struktural, misalkan penyakit katub jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit perikardial, tamponade jantung, penyakit kongenital, kardiomiopati obstruktif, kardiomiopati dilatasi, hipertensi paru-paru primer. Hipovolemia adalah penurunan volume darah. Kondisinya berupa perdarahan (hemorrhage), diare, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), orthostatic volume shifts, dan obat golongan diuretik.

Sementara untuk hipotensi yang berasal dari pembuluh darah (vascular), terbagi menjadi dua, yakni vasodilatasi sistemik dan obstruktif. Vasodilatasi sistemik terjadi pada kondisi sepsis, anafilaksis, neurogenik, disfungsi otonomik, obat-obatan. Sedangkan obstruktif dijumpai pada emboli paru-paru.

Advertising
Advertising

Mengenai penanganannya, Dito mengatakan, penderita hipotensi dapat memilih dua pendekatan, yakni terapi farmakologis dengan cara mengkonsumsi obat-obatan dan non-farmakologis dengan mengubah gaya hidup. "Hipotensi perlu segera diatasi oleh dokter sebelum berlanjut menjadi komplikasi," kata Dito yang sedang menempuh S3 di International PhD Program for Cell Therapy and Regeneration Medicine (IPCTRM), College of Medicine, Taipei Medical University (TMU), Taiwan.

Baca juga:
8 Cara Meredakan Sakit Kepala Tanpa Obat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

1 hari lalu

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.

Baca Selengkapnya

Macam Perawatan Kulit untuk Rosacea, Suntik sampai Laser

7 hari lalu

Macam Perawatan Kulit untuk Rosacea, Suntik sampai Laser

Dermatolog mengatakan pengobatan penyakit kulit rosacea bisa dilakukan dengan beberapa modalitas seperti suntik atau laser.

Baca Selengkapnya

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

9 hari lalu

Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

Bedakan memar biasa dengan hematoma, yang biasanya lebih serius karena melibatkan lebih banyak darah dan pulih lebih lama.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

9 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

10 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

16 hari lalu

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

17 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Jarang Dianggap Serius, Ini Penyebab Memar dan Ada Orang yang Lebih Mudah Mengalaminya

21 hari lalu

Jarang Dianggap Serius, Ini Penyebab Memar dan Ada Orang yang Lebih Mudah Mengalaminya

Memar atau lebam biasanya muncul di kulit dalam warna merah, ungu kebiruan dan jarang dianggap serius. Padahal bisa jadi masalah kesehatan tertentu.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

22 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

23 hari lalu

Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

Penelitian baru-baru ini menemukan gejala penyakit jantung yang biasanya terjadi di pagi hari. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya