Sosiopat, Antisosial yang Terbentuk karena Trauma Masa Lalu
Reporter
Tempo.co
Editor
Bram Setiawan
Minggu, 23 Januari 2022 19:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1930-an, para peneliti mulai menggunakan kata sosiopat merujuk pada seseorang yang memiliki kepribadian antisosial. Mengutip situs web Verywell Health, merujuk buku pedoman profesional untuk mengamati gejala gangguan kesehatan mental.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mendefinisikan gejala sosiopat itu sebagai pengabaian tatanan sosial atau berulang-ulang melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain.
Seseorang dengan kondisi antisosial tampak karismatik. Tapi, biasanya merasa kesulitan untuk memahami orang lain. Sosiopat memang tak seperti psikopat yang mengabaikan perasaan hati. Sosiopat masih bisa menunjukkan sikap merasakan penyesalan. Tapi, seseorang yang sosiopat memahami kelakukan yang salah sebagai perilaku biasa sehingga terasa benar dalam pikirannya.
Ciri sosiopat, ketika muncul ketakpedulian terus-menerus terhadap keselamatan orang lain. Misalnya, penipuan dan manipulasi merupakan karakteristik utama jenis gangguan kepribadian ini. Para ahli menilai perilaku sosiopat cenderung terbentuk karena faktor lingkungan, salah satunya pola asuh orang tua.
Anak-anak yang kurang mendapat pengasuhan orang tua cenderung merasa tak ada yang peduli pada dirinya. Faktor lainnya juga bisa terbentuk, karena riwayat pelecehan maupun kekerasan yang dialami semasa anak-anak.
Trauma bisa menyebabkan gangguan di otak besar bagian depan yang berfungsi untuk pengendalian diri dan mengatur emosi (lobus frontal). Itu sebabnya, salah satu yang mendorong perilaku antisosial atau sosiopat.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca: Perbedaan Psikopat dan Sosiopat, Keduanya Memiliki Empati yang Lemah