Mengenal TB Laten, Penyakit TBC Tanpa Gejala

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Kamis, 17 Februari 2022 15:19 WIB

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan sepertiga polusi dunia mengidap Laten Turberculosis (TB). Mengutip dari Infectiousdisease Specialists, TB Laten adalah suatu kondisi di mana seseorang terinfeksi TBC namun tanpa ada bukti klinis bakteri aktif. Sehingga TB Laten bisa disebut sebagai kasus TBC tanpa menunjukkan gejala-gejala pada umumnya.

Kondisi tersebut juga disebut sebagai TB non-aktif. Seseorang yang mengidap TB Laten tidak mengetahui dirinya terkena TBC. Hal itu lantaran pengidap tidak merasakan sakit atau mengalami gangguan pernapasan seperti halnya penderita TB aktif.

TB Laten dipengaruhi oleh respons imun penderita yang tahan terhadap infeksi bakteri. Sehingga mereka tidak bisa merasakan gejala-gejala tertentu. Selain itu, orang yang mengidap TB nonaktif tidak bisa menularkan bakterinya kepada orang lain.

Tuberkulosis tanpa gejala atau TB Laten disebabkan oleh bakteri tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut berada dalam keadaan dorman atau tidak aktif menginfeksi. Sehingga bakteri tidak memperbanyak diri dan mengakibatkan kerusakan sel paru-paru yang sehat. Medis menyebut kondisi ini dengan istilah bakteri tidur.

Menurut WHO, orang yang berstatus TB Laten berisiko berkembang menjadi TB aktif. Hal ini bisa terjadi apabila imun seseorang yang mengidap TB Laten mengalami penurunan. Sehingga memberi ruang bagi bakteri untuk berkembang.

Advertising
Advertising

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, untuk mengetahui seseorang terinfeksi TB Laten, maka harus dilakukan beberapa tes. Tes itu meliputi tes kulit yang disebut dengan uji tuberculin dan tes darah yang disebut dengan tes pelepasan interferon-gamma atau IGRA.

Beberapa kelompok orang yang perlu melakukan pemeriksaan TB Laten yaitu orang yang berisiko terkena TBC dan setelah berkontak dengan pengidap TBC. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Balita dan anak-anak yang berusia di bawah lima tahun
  • Pengidap diabetes
  • Orang dengan sistem imun lemah
  • Tenaga kesehatan yang merawat pasien TBC
  • Pengguna narkoba, imigran, narapidana dan kelompok lainnya yang berinterkasi pada lingkungan pengidap TBC.

Karena itu, meskipun seseorang tidak merasakan gejala tuberkulosis, namun pemeriksaan terkait ada tidaknya TB Laten sesuai dengan kategori kelompok berisiko tersebut perlu untuk dilakukan. Hal itu untuk mencegah semakin parahnya penyebaran TBC. Langkah ini juga menjadi cara untuk mencegah aktifnya virus tuberkulosis.

RISMA DAMAYANTI

Baca juga: Penyakit TBC, Perhatikan Penyebab, Penularan, dan Gejalanya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

4 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

22 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

24 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

27 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya