Kisah Penyintas Tuberkulosis Mengalami Depresi Sampai Jadi Advokat

Kamis, 31 Maret 2022 09:52 WIB

Penyintas TBC, Meirinda Sebayang berbagi kisah berjuang melawan TBC di G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkulosis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" di Hotel Hyatt Yogyakarta, Rabu, 30 Maret 2022. TEMPO | Shinta Maharani

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penyintas Tuberkolusis atau TB, Meirinda Sebayang berbagi kisah perjuangannya melawan penyakit mematikan tersebut selama bertahun-tahun.

Di depan forum internasional G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkolusis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" di Hotel Hyatt Yogyakarta, Meirinda Sebayang meminta komitmen politik dan langkah konkret dari negara-negara anggota G20 untuk mengatasi tuberkulosis. Ketua Jaringan Positif Indonesia itu memberikan masukan agar pemerintah melibatkan komunitas penyintas karena mereka yang mengetahui apa saja kebutuhan pasien TBC.

"Hilangkan stigma dan sedikan pelayanan berbasis kesetaraan gender," kata Merinda pada Selasa, 29 Maret 2022. Pelayanan kesehatan, menurut dia, seharusnya memberdayakan dan menghargai hak-hak dan kebebasan individu. Dia juga menekankan stigma terhadap penyintas juga menghambat penanganan TBC.

Perempuan berusia 44 tahun itu menceritakan pengalamannya terinfeksi bakteri TBC dan cara bangkit dari depresi secara lebih detail pada Rabu, 30 Maret 2022. Pada 2006, Merinda menjalani skrining x-ray dan dokter memvonis dia terkena TBC. Meirinda mengalami gejala berat badan turun dan berkeringat pada malam hari. Tubuhnya sangat lemah dan kondisinya semakin memburuk.

Meirinda kemudian datang ke sebuah klinik swasta di Bandung, Jawa Barat. Saat itu, dia tidak tahu tentang program nasional penanganan TBC. Satu hari, dia tidak sadarkan diri dan orang tua membawa Merinda ke rumah sakit. Rupanya ada pembengkakan kelenjar. Dokter menyerah hingga Meirinda harus berobat ke Bangkok. Di Indonesia, saat itu, belum tersedia Streptomycin, obat TBC.

Advertising
Advertising

Selain mengkonsumsi obat selama tiga hingga lima bulan, dia juga harus menjalani suntikan setiap dua hari sekali. Injeksi itu membawa efek samping hingga sekarang. "Saya mengalami gangguan pendengaran dan di sekujur tubuh muncul garis-garis seperti zebra," katanya.

Dampak lainnya adalah depresi dan dia terbayang-barang rasa takut menularkan penyakit ke orang di sekitarnya. Meirinda bangkit dari keterpurukan atas dukungan keluarga. Keinginan untuk cepat sembuh mendorong dia keluar dari depresi. Meirinda bertekad melawan TBC. Kini, dia aktif sebagai advokat TBC dan kerap diminta menyebarkan inspirasi dalam forum-forum nasional maupun internasional.

Ketua Yayasan Stop TB Partnership, Nurul H.W. Luntungan mengatakan, obat TBC membawa efek samping yang lebih berat sehingga perlu penanganan yang serius terhadap pasien penyakit ini. Dia menyebutkan, sebagian pasien TBC bahkan resisten terhadap obat. Pengobatan yang tidak tuntas menjadi penyebab terjadinya resistensi terhadap obat.

Di G20, Nurul mendorong penggunaan dana penanganan TBC secara efektif dan efisien untuk mencegah penularan tuberkulosis. Hingga kini, dana yang terserap untuk mengatasi penyakit itu di Indonesia baru USD 160 juta dari kebutuhan USD 500 juta. Sementara pendanaan global mencapai USD 6 miliar.

Baca juga:
Ada Pengecekan TBC Lewat Skrining X-ray Mobile, Masuk Mobil Langsung Difoto

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

2 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

3 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

4 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

8 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

13 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

13 hari lalu

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

13 hari lalu

Sri Mulyani Bicara Transisi Energi: Butuh Investasi Sangat Besar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, investasi untuk mewujudkan transisi energi sangatlah besar.

Baca Selengkapnya

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

20 hari lalu

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

Aurelie Moeremans mengungkapkan dirinya saat ini tengah menepi dari media sosial untuk penyembuhan dari depresi yang dirasakannya.

Baca Selengkapnya

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

22 hari lalu

Gejala Depresi, dari Fisik, Psikologis, sampai Sosial

Selain pada mental, depresi juga bisa berdampak pada fisik dan sosial. Berikut gejala depresi pada fisik, mental, dan sosial.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Kim Jonghyun, Personel Grup SHINee yang Kariernya Berakhir Tragis

26 hari lalu

Perjalanan Kim Jonghyun, Personel Grup SHINee yang Kariernya Berakhir Tragis

Kematian tragis Jonghyun SHINee telah memunculkan perbincangan baru di Korea Selatan tentang tekanan yang berat yang diberikan oleh industri hiburan.

Baca Selengkapnya