Kaitan Zat Besi dan Pengobatan Kanker

Reporter

Bisnis.com

Senin, 11 April 2022 08:20 WIB

Ilustrasi sel kanker. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu bagian rumit dari pengobatan kanker adalah sel kanker yang perlu dihancurkan sangat mirip dengan sel sehat yang perlu disentuh. Selain itu, kebanyakan obat kanker menyebabkan kerusakan dan mengganggu fungsi sel-sel sehat. Artinya, obat yang membunuh sel kanker biasanya juga membahayakan sel sehat.

Sel kanker menimbun zat besi dalam jumlah yang luar biasa tinggi. Dilansir dari Big Think, para ilmuwan di UC San Fransisco telah menemukan cara memanfaatkan ini untuk menciptakan obat kanker yang lebih aman. Mereka memanfaatkan profil metabolisme unik kanker untuk memastikan obat hanya menargetkan sel kanker.

Pengobatan kanker tradisional menerapkan pendekatan scorched-earth. Misalnya, terapi radiasi paling merusak sel-sel yang tumbuh dan membelah. Sel-sel kanker adalah yang paling sensitif karena banyak bereplikasi, tetapi sel-sel yang sehat juga rusak. Pengobatan kanker yang ditargetkan, di sisi lain, membidik molekul yang berperan dalam bagaimana sel kanker tumbuh dan bertahan hidup, seperti reseptor dan enzim spesifik.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah bekerja untuk mengidentifikasi molekul dan obat khusus kanker yang menghalangi mereka. Misalnya, MEK adalah enzim yang sangat diekspresikan pada kanker pankreas, darah, dan paru-paru yang paling agresif. Kelebihan enzim ini menyebabkan sel membelah tak terkendali.

Cobimetinib, obat kanker yang disetujui BPOM Amerika Serikat (FDA), memperlambat replikasi sel kanker dengan menghambat MEK. Sayangnya, MEK juga diekspresikan dalam jaringan sehat, terutama kulit, di mana pergantian sel berlangsung cepat, dan retina, di mana akson saraf secara teratur diregenerasi. Ergo, cobimetinib juga merusak sel-sel sehat.

Advertising
Advertising

Lebih buruk lagi, membunuh sel kanker seringkali membutuhkan dosis obat yang lebih tinggi karena metabolisme kanker seringkali lebih besar di sel kanker daripada di sel normal. Misalnya, beberapa sel kanker memiliki lebih banyak enzim MEK dan dengan demikian lebih banyak cobimetinib diperlukan untuk menghentikan replikasi sel-sel ini.

Sayangnya, dosis yang diterima pasien kanker seringkali mendekati atau bahkan melebihi tingkat di mana obat kanker tersebut menyebabkan keracunan pada jaringan sehat. Sel kanker menimbun zat besi pada tingkat yang jauh lebih besar daripada sel sehat, menurut penelitian sebelumnya. Ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan spesivisitas obat kanker.

Jika pengobatan kanker seperti cobimetinib hanya diaktifkan di lingkungan sel kanker yang kaya zat besi, obat tersebut akan menjadi kurang efektif ketika berinteraksi dengan sel sehat. Ini seperti sistem otentikasi dua faktor untuk obat kanker.

Untuk menguji ini, ilmuwan mensintesis cobimetinib yang diaktifkan zat besi (IA), yang hanya memblokir MEK di lingkungan yang kaya zat besi. Obat eksperimental menghambat pertumbuhan tumor seefisien cobimetinib standar tetapi menyelamatkan sel-sel sehat.

Menggunakan model kanker paru-paru pada tikus, hewan yang menerima baik IA-cobimetinib atau cobimetinib standar memiliki lebih sedikit lesi paru-paru dan menunjukkan kelangsungan hidup keseluruhan yang lebih lama dibandingkan dengan tikus yang diobati dengan alat. Ketika para ilmuwan mengevaluasi efek IA-cobimetinib pada sel retina dan kulit manusia yang sehat, mereka menemukan jaringan sehat sekitar 10 kali lipat kurang sensitif dibandingkan sel kanker terhadap IA-cobimetinib.

Hasil positif tim telah menyebabkan perusahaan komersial melisensikan teknologi aktivasi zat besi mereka, menurut Eric Collisson, ahli onkologi medis di UCSF dan penulis utama studi tersebut. Perusahaan akan melakukan studi manusia dalam waktu 2-3 tahun.

Baca juga: Radikal Bebas, Penyebab dan Risikonya terhadap Kesehatan

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

2 hari lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

6 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Inilah Tanda-tanda Anak Kekurangan Vitamin

7 hari lalu

Inilah Tanda-tanda Anak Kekurangan Vitamin

Dokter anak dan ahli neonatologi Richa Panchal menjabarkan tanda-tanda utama kekurangan vitamin pada anak.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

7 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

10 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

10 hari lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

17 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

18 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

19 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

21 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya