Antibodi Meningkat, Bukan Jaminan Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

Reporter

Antara

Selasa, 19 April 2022 21:10 WIB

KRI Tawau bekerjasama dengan Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM) Tawau pada 21 Maret 2022, menyelenggarakan kegiatan vaksinasi Covid-19 bagi pelajar Community Learning Center (CLC) yang berada di kotaTawau dan sekitarnya. Sumber: dokumen KRI Tawau

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan kekebalan tubuh terhadap COVID-19 tidak bersifat permanen. Jadi, peningkatan kadar antibodi warga tidak 100 persen menjamin lonjakan penularan penyakit itu tidak terjadi lagi.

"Artinya tidak bisa menjamin 100 persen tidak terjadi lonjakan. Kita tahu bahwa imunitas terhadap COVID-19 tidak bersifat permanen," kata Dicky.

Saat menyampaikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 18 Arpil2022, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan menurut hasil sero survei antibodi warga Indonesia sudah meningkat signifikan.

"Desember kita lakukan sero survei ordenya masih di angka ratusan, titer antibodinya sekitar 500 sampai 600, di bulan Maret ini ordenya sudah di angka ribuan, sekitar 7.000 sampai 8.000. Ini menunjukkan bukan hanya banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi, tetapi kadar antibodinya juga tinggi," katanya.

Dicky menjelaskan hasil sero survei yang menunjukkan lanskap imunitas jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi imunitas warga di suatu wilayah atau negara dan gambaran kondisi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk melonggarkan pembatasan. Namun, ia melanjutkan, hasil sero survei yang dilakukan dengan teknik sampling tidak memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi kelompok warga yang tergolong rentan, seperti lanjut usia, penderita komorbid, dan anak-anak.

Advertising
Advertising

"Ingat, ada kelompok masyarakat yang belum eligible (layak) terhadap vaksin COVID ini, yaitu anak di bawah 5 tahun yang belum bisa divaksin dan lansia yang menurun imunitasnya," jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan imunitas tubuh terhadap COVID-19 hanya akan bertahan setidaknya sampai lima bulan setelah vaksinasi. Kondisi yang demikian, ditambah menurunnya intensitas pemeriksaan untuk melacak kasus COVID-19, membuat risiko penularan virus corona tetap ada dalam masyarakat. Oleh karena itu Dicky menekankan pentingnya kehati-hatian untuk mencegah potensi peningkatan kasus COVID-19 dalam jumlah moderat sekali pun.

"Kalau bicara Indonesia, 1 persen itu sudah jutaan," katanya.

Dicky menyarankan pemerintah tetap menggencarkan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 penguat pada warga guna menekan risiko peningkatan kasus pada masa libur Lebaran.

"Saya memilih sikap sebagai epidemiolog ya konservatif. Saya lebih confident meletakkan dasar imunitas ini pada kelompok atau upaya yang berbasis vaksinasi, bukan terinfeksi. Oleh karena itu, akselerasi booster, akselerasi pada dosis kedua harus dijaga, jangan sampai terjadi euforia akibat rilis data seperti ini," imbaunya.

Baca juga: Kaitan Antibodi Pasien dan Keparahan Gejala Omicron

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

14 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

16 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

9 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

13 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

15 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya