Sulitnya Edukasi Keluarga untuk Cegah Stunting

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 25 Juli 2022 17:14 WIB

Ilustrasi keluarga. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Muda di Direktorat Bina Keluarga, Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Muslicha mengatakan salah satu tantangan terbesar dalam pencegahan stunting di Indonesia adalah keterbatasan untuk edukasi kepada masyarakat, terutama keluarga muda.

"Masih ada beberapa kendala dalam mencapai target pemerintah untuk penurunan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024. Terbatasnya sumber daya untuk advokasi kepada masyarakat adalah salah satunya," kata Muslicha dalam jumpa pers daring, Senin 25 Juli 2022.

Lebih lanjut, ia mengatakan edukasi menjadi pilar penting dalam pencegahan stunting di Indonesia. Untuk itu, Muslicha mengatakan, pemerintah serta BKKBN terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman kepada keluarga terkait stunting melalui sosialisasi dan edukasi dengan langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan sehari-hari.

"Harapannya, dapat mengubah perilaku yang akhirnya akan berkontribusi pada penurunan angka stunting di Indonesia. Tingkat pemahaman stunting keluarga masih kurang, sehingga penting untuk dibenahi, demi pemberdayaan manusia yang berkualitas," kata Muslicha.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024. Hal ini juga telah diamanatkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. "Langkah-langkah kami dan pihak terkait pun berpedoman pada Perpres Nomor 72 Tahun 2021, dimana sudah ada lima strategi nasional dalam percepatan pencegahan stunting," ujar Muslicha.

Advertising
Advertising

Kelima pilar berikut adalah komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah; komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat; konvergensi intervensi spesifik dan sensitif di pusat dan daerah; ketahanan pangan dan gizi; serta penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Selain itu, Muslicha menuturkan BKKBN juga menetapkan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024.

Ruang lingkup Peraturan Badan ini meliputi tiga hal yaitu rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting; mekanisme tata kerja pelaksanaan percepatan penurunan stunting; dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Strategi Percepatan Penurunan Stunting dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan prioritas rencana aksi nasional Percepatan Penurunan Stunting.

Kegiatan prioritas rencana aksi meliputi penyediaan data keluarga berisiko stunting; pendampingan keluarga berisiko stunting; pendampingan semua calon pengantin/calon pasangan usia subur; surveilans keluarga berisiko stunting; dan audit kasus stunting.

Selain itu juga meliputi perencanaan dan penganggaran; pengawasan dan pembinaan akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan percepatan penurunan stunting; serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan. "Peraturan-peraturan inilah sebagai pedoman yang digunakan untuk kebijakan agar selaras bagi seluruh pihak yang membantu dalam upaya penurunan stunting tersebut," ujar Muslicha.

Baca: Jangan Remehkan Peran Perempuan Dalam Cegah Anak Stunting

Berita terkait

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

6 hari lalu

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Indonesia Akan Perkenalkan Program Pamsimas di World Water Forum ke-10

6 hari lalu

Indonesia Akan Perkenalkan Program Pamsimas di World Water Forum ke-10

Pamsimas dinyatakan sebagai salah satu bentuk praktik baik pada World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Orang Stunting Berpotensi Berpenghasilan 22 Persen Lebih Rendah Menurut Kepala BKKBN

7 hari lalu

Alasan Orang Stunting Berpotensi Berpenghasilan 22 Persen Lebih Rendah Menurut Kepala BKKBN

Kepala BKKBN mengatakan orang stunting berpotensi memiliki pendapatan 22 persen lebih rendah dari yang sehat, berikut alasannya.

Baca Selengkapnya

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

7 hari lalu

Menteri Budi Gunadi Cari Model Penyaluran Anggaran Cegah Stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin masih mencari model penyaluran dana pencegahan stunting.

Baca Selengkapnya

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis Bukan untuk Atasi Stunting

8 hari lalu

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis Bukan untuk Atasi Stunting

Menurut Bappenas indikator keberhasilan program makan siang gratis adalah peningkatan prestasi belajar

Baca Selengkapnya

Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

9 hari lalu

Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

Pemerintah menurunkan target penyelesaian masalah stunting dari 14 Persen menjadi 17 persen pada 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

18 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

20 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

22 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Anak Terdeteksi Stunting, Segera Tangani agar Tak Ganggu Kecerdasan

46 hari lalu

Anak Terdeteksi Stunting, Segera Tangani agar Tak Ganggu Kecerdasan

Anak stunting adalah penanda makanan ke otak tidak cukup sehingga berdampak pada kecerdasan. Berikut saran dokter anak.

Baca Selengkapnya