9 Tanda Deprivasi Emosional, Merasa Tidak Pemting dan Tak Memiliki Siapapun

Minggu, 31 Juli 2022 09:09 WIB

Ilustrasi orang yang menutup diri/murung/pendiam. nwarrah.com

TEMPO.CO, Jakarta - Emotional Deprivation atau deprivasi emosional merupakan gangguan yang menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa tidak penting atau tidak terhubung dengan orang lain di sekitarnya sebab kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi.

Gangguan emosional ini adalah skema paling umum terjadi, meskipun gejala-gejalanya sulit dideteksi. Umumnya, orang yang mengalami gangguan ini cenderung merasa kosong secara emosional dan tidak memiliki orang yang benar-benar mengisi kebutuhan emosionalnya meskipun kebutuhan materilnya telah terpenuhi.

Melansi baarsinstitute.com, gangguan deprivasi emosional pertama kali ditemukan pada 1950-an oleh seorang psikiater asal Belanda, Anna A. Terruwe. Gangguan ini juga memiliki nama lain yaitu neurosis frustrasi yang berhubungan dengan rasa frustasi karena kebutuhan sensitif alami akan rasa cinta tanpa syarat. Anna menemukan bahwa seseorang dengan kelainan deprivasi emosional ini dapat menimbulkan gejala gangguan kecemasan.

Dikutip dari theinternationalpsychologyclinic.com, berikut adalah tanda-tanda akan deprivasi emosional:

1. Merasa tidak memiliki siapa pun yang dapat bisa diandalkan untuk membimbing.

Advertising
Advertising

2. Adanya rasa ingin kebutuhan emosional dipenuhi oleh siapa pun.

3. Merasa tidak pernah didukung secara emosional.

4. Memiliki trauma di masa kecil berupa emosi dan perasaan tidak pernah divalidasi.

5. Merasa kosong dalam hidup tetapi tidak tahu apa faktor penyebabnya.

6. Merasa belum pernah dekat secara emosional dengan siapa pun.

7. Merasa gagal memahami emosi dan kebutuhan pribadi

8. Sepanjang hidup merasa tidak dihibur secara emosional oleh siapa pun.

9. Jarang berbagi ketika berada di posisi sulit dengan siapa pun.

Trauma di masa kecil turut berkontribusi seseorang mengalami emosional deprivasi. Sebab orang tua, keluarga, atau kerabat tidak memperhatikan kebutuhan emosional di masa kecil. Meskipun secara kebutuhan materil, seperti kebutuhan mainan, makanan, dan lainnya terpenuhi tetapi kebutuhan emosional diabaikan.

Kondisi ini membuat menimbulkan perasaan tidak penting di benak anak-anak sehingga terdapat anggapan bahwa keberadaannya tidak berarti. Dalam situasi seperti itulah anak-anak merasa stres dan mengembangkan cara untuk memahami reaksi mereka yang terbawa sampai dewasa. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengembangkan koneksi dengan banyak orang di sekitarnya.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: Kenali Gejala Kelelahan Emosional yang Sering Diabadikan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

21 jam lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Insomnia yang Kerap Dihubungkan dengan Kecemasan

1 hari lalu

Serba-serbi Insomnia yang Kerap Dihubungkan dengan Kecemasan

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki gejala kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur atau bahkan tetap merasa kelelahan setelah bangun dari tidur.

Baca Selengkapnya

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

1 hari lalu

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sejalan dengan proses penuaan sistem saraf di otak ketika zat dopamin mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

2 hari lalu

7 Cara Alami Meredakan Hipertensi Tanpa Obat

Mengatasi hipertensi tidak selalu dengan obat. Masalah kesehatan ini juga bisa diatasi dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

3 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Gejala ADHD pada Wanita, Tak Selalu Sama dengan Pria

4 hari lalu

Gejala ADHD pada Wanita, Tak Selalu Sama dengan Pria

Sejumlah faktor berperan dalam perbedaan ciri ADHD pada perempuan. Karena itulah gejalanya bisa berbeda dari laki-laki.

Baca Selengkapnya

Psikolog Bagi Saran Atasi Trauma setelah Kecelakaan

4 hari lalu

Psikolog Bagi Saran Atasi Trauma setelah Kecelakaan

Setelah mengalami kecelakaan tidak jarang orang mengalami trauma yang berkaitan dengan proses kecelakaan. Simak saran psikolog berikut.

Baca Selengkapnya

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

5 hari lalu

Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

Seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari tempat, situasi, benda, dan orang yang mengingatkannya akan peristiwa trauma tersebut.

Baca Selengkapnya

Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

5 hari lalu

Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

Bagi yang mereka yang sebelumnya pernah mengalami trauma seperti kehilangan atau hadir saat kekerasan terjadi, tentu akan menghasilkan reaksi intens.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo

5 hari lalu

Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo

Selama 4 hari lebih, kerusuhan Mei 1998 menghantam berbagai kota di Indonesia termasuk Jakarta dan Solo, mengguncang masyarakat, bahkan memicu trauma

Baca Selengkapnya