Faktor Psikologis Mengapa Orang Cenderung Mudah Marah dan Mudah Tersinggung

Reporter

Haris Setyawan

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 23 November 2022 23:02 WIB

Viral video kericuhan acara Musyawarah Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Solo.

TEMPO.CO, Solo -Insiden adu jotos, entah karena marah atau jengkel, antar peserta Musyawarah Nasional XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2022 mendapat sorotan publik dan viral.

Berlangsung di Hotel Alila Solo, pada Senin, 21 November 2022, video perkelahian antar peserta munas beredar luas di media sosial. Para peserta yang berkelahi tampak menunjukkan ekspresi marah yang meledak-ledak.

Muasal Adu Jotos

Ketua Panitia Ali Affandi menyatakan insiden itu terjadi karena kesalahpahaman personel antar peserta di luar rapat pleno. “Kejadian semalam disebabkan kesalahpahaman personel antar peserta Munas HIPMI yang terjadi di luar rapat pleno. Kami meminta maaf kepada masyarakat dan peserta atas kejadian tersebut,” kata Ali dikutip dari Antara.

Dalam sebuah forum diskusi, memang tidak bisa terhindarkan dari perbedaan pandangan hingga memicu gesekan. Meski sudah mengutamakan forum yang berbasis kekeluargaan sekali pun, suasana panas cenderung memantik seseorang untuk mudah marah dan atau mudah tersinggung. Selain itu, faktor psikologis juga turut berpengaruh.

Melansir Healthline, kondisi seseorang dengan perasaan gelisah, mudah marah, maupun gampang tersinggung dalam kajian ilmu psikologi disebut dengan istilah “Iritabilitas”. Disebutkan, ada banyak hal yang dapat menyebabkan iritabilitas. Secara umum, penyebabnya dibagi menjadi dua kategori utama yaitu faktor fisik dan psikologis.

Baca juga : Alasan Mengapa Tidak Boleh Tertidur dalam Kondisi Marah

Beberapa faktor psikologis penyebab umum dari lekas marah dan tersinggung, antara lain adanya tekanan batin, kecemasan, dan autisme. Lebih lanjut, penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh beberapa gangguan kesehatan juga dikaitkan dengan potensi penderita mengalami kondisi iritabilitas. Gangguan mental yang dimaksud, yakni depresi, gangguan bipolar, sampai skizofrenia.

Leon F. Seltzer dalam artikelnya “Why People Get Offended So Easily” (2021)yang diterbitkan di Psychology Today menuliskan adanya keterkaitan antara faktor psikologis trauma masa lalu dengan reaksi mudah marah. Sifat alami dari trauma, menurut Seltzer, memicu kepekaan secara negatif terhadap apa pun di masa sekarang. Itu terjadi secara tidak sadar yang mengingatkan seseorang pada sesuatu hal buruk di masa lalu.

Advertising
Advertising

“Jadi, mengingat situasi hari ini yang secara internal terasa serupa dengan yang membuat trauma, seseorang pasti akan lebih merasa tersinggung daripada yang lain. Karena, tanpa sadar, keadaan seperti itu membuat lebih waspada. Dan lambat laun, itu bisa jadi bermasalah,” tulis Seltzer ihwal situasi yang mendorong marah atau tersinggung.

HARIS SETYAWAN
Baca juga : 10 Manajemen Marah, Tips Melunakkan Emosi

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

1 hari lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

3 hari lalu

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

Anandira Puspita, akan menjalani sidang praperadilan perdana di Pengadilan Negeri atau PN Denpasar, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

3 hari lalu

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

Ini yang harus diperhatikan dan dipantau saat ikut rekrutmen bersama BUMN.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan usai Viral Sepatu Harga Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31,8 Juta, Begini Penjelasan DHL

3 hari lalu

Jadi Sorotan usai Viral Sepatu Harga Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31,8 Juta, Begini Penjelasan DHL

DHL buka suara perihal viralnya kasus bea masuk jumbo yang dikenakan untuk sepasang sepatu impor.

Baca Selengkapnya

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

4 hari lalu

Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

Ditjen Bea Cukai menanggapi pemberitaan penetapan bea masuk untuk produk sepatu impor yang dibeli oleh konsumen sebesar Rp 31,8 juta.

Baca Selengkapnya

Unpad Buka Suara Soal Mahasiwa Penerima Beasiswa KIP-K Bergaya Hidup Mewah

4 hari lalu

Unpad Buka Suara Soal Mahasiwa Penerima Beasiswa KIP-K Bergaya Hidup Mewah

Pihak Unpad buka suara soal kabar viral tentang mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah yang diduga pamer kemewahan di akun medsos.

Baca Selengkapnya

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

4 hari lalu

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.

Baca Selengkapnya

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

6 hari lalu

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.

Baca Selengkapnya

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

7 hari lalu

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

Hari Bumi atau Earth Day pada 22 April dapat dirayakan dengan berbagai aktivitas termasuk meramaikan di media sosial lewat unggahan twibbon.

Baca Selengkapnya

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

7 hari lalu

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah

Baca Selengkapnya