Sindrom Patah Hati Berpotensi Sebabkan Kematian, Ini Pentingnya Mengelola Stres

Selasa, 7 Februari 2023 12:15 WIB

Ilustrasi patah hati/putus. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Broken heart syndrome atau dikenal sebagai sindrom patah hati sekilas terdengar remeh. Namun sejatinya sindrom ini memiliki komplikasi yang fatal, bahkan bisa berpotensi pada sakit jantung dan kematian. Apakah penyebabnya?

Apa Itu Broken Heart Syndrome?

Sindrom patah hati atau dikenal sebagai sindrom takotsubo adalah bentuk gagal jantung yang tiba-tiba. Sindrom ini diperkirakan dipicu oleh peristiwa kehidupan yang negatif, seperti ketakutan, kesedihan, atau konflik.

Selain itu, sindrom yang di barat disebut sebagai broken heart syndrome ini juga identik dengan kondisi melemahnya ventrikel sebelah kiri, ruang pemompaan utama jantung. Mengutip Harvard Health Publishing, kondisi ini biasanya terjadi akibat dari stres emosional atau fisik yang parah, seperti penyakit mendadak, kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan serius, atau bencana alam seperti gempa bumi.

Kondisi Sindrom patah hati biasanya terjadi sementara. Tapi beberapa orang mungkin terus merasa tak enak badan setelah jantungnya sembuh. Mengutip Cleveland Clinic, orang dengan sindrom patah hati mungkin mengalami nyeri dada mendadak atau mengira mereka mengalami serangan jantung. Sindrom patah hati hanya mempengaruhi sebagian dari jantung. Ini secara singkat mengganggu cara jantung memompa darah. Ha itu memicu sejumlah komplikasi, yaitu:

Advertising
Advertising

a. Ruptur ventrikel kiri (dinding bebas) jantung.

b. Penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri.

c. Gagal jantung (jantung Anda tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda).

d. Bekuan darah di dinding ventrikel kiri.

e. Obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.

f. Syok kardiogenik.

g. Blok atrioventrikular lengkap.

h. Kematian.

Penyebab Sindrom Patah Hati

Baca: Sindrom Patah Hati: Gangguan Fungsi Jantung Dipengaruhi Stres Emosional

Melansir dari mayoclinic.com, penyebab pasti sindrom patah hati masih tidak jelas. Diperkirakan bahwa lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, dapat merusak jantung beberapa orang untuk sementara. Bagaimana hormon-hormon ini bisa melukai jantung atau apakah ada hal lain yang bertanggung jawab tidak sepenuhnya jelas.

Pemerasan sementara arteri besar atau kecil di jantung mungkin berperan. Orang yang mengalami sindrom patah hati juga mungkin mengalami perubahan struktur otot jantung.

Umumnya, sindrom patah hati sering didahului dengan peristiwa fisik atau emosional yang intens. Apa pun yang menyebabkan respons emosional yang kuat dapat memicu kondisi tersebut. Contohnya termasuk:

a. Penyakit mendadak seperti serangan asma atau infeksi COVID-19.

b. Operasi besar.

c. Patah tulang tiba-tiba.

d. Kematian orang yang dicintai atau kehilangan lainnya.

Meskipun jarang, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan sindrom patah hati. Mereka termasuk:

a) Obat darurat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi parah atau serangan asma parah.

b) Beberapa obat digunakan untuk mengobati kecemasan.

c) Dekongestan hidung digunakan untuk mengobati hidung tersumbat.

d) Obat perangsang ilegal, seperti methamphetamine dan kokain.

Selalu beri tahu penyedia layanan kesehatan Anda tentang obat-obatan yang Anda minum, termasuk yang dibeli tanpa resep. Saat memulai pengobatan baru, bicarakan dengan penyedia Anda tentang potensi risiko dan efek sampingnya.

Ragam bahaya Sindrom Patah Hati

Masih menurut laman Mayo Clinic, sindrom patah hati memiliki beragam faktor risiko. Antara lain:

a. Gender, sindrom patah hati lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

b. Usia, kebanyakan orang yang mengalami sindrom patah hati berusia lebih dari 50 tahun.

c. Kondisi kesehatan jiwa, orang yang memiliki atau mengalami kecemasan atau depresi mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom patah hati.

Kebanyakan orang yang mengalami sindrom patah hati umumnya cepat pulih dan tidak memiliki efek jangka panjang. Namun terkadang kondisi tersebut terjadi lagi. Ini disebut kardiomiopati takotsubo berulang.

Adapun komplikasi yang bisa terjadi akibat sindrom pata hati, meliputi:

a. Ruptur ventrikel kiri (dinding bebas) jantung.

b. Penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri.

c. Gagal jantung (jantung Anda tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda).

d. Bekuan darah di dinding ventrikel kiri.

e. Obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.

f. Syok kardiogenik.

g. Blok atrioventrikular lengkap.

h. Kematian.

Pencegahan Sindrom Patah Hati

Untuk mencegah episode lain dari sindrom patah hati, banyak penyedia layanan kesehatan merekomendasikan pengobatan jangka panjang dengan beta blocker atau obat serupa. Obat-obatan ini memblokir efek berbahaya dari hormon stres pada jantung.

Karena stres kronis dapat meningkatkan risiko sindrom patah hati, Anda dapat mengambil sejumlah cara untuk mengelola stres emosional dapat meningkatkan kesehatan jantung dan dapat membantu mencegah sindrom patah hati.

DANAR TRIVASYA FIKRI

Baca: Penjelasan Sains tentang Rasa Sakit Akibat Patah Hati

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

19 jam lalu

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.

Baca Selengkapnya

Bahaya Konsumsi Paracetamol Sembarangan, Perlu Perhatikan Dosis yang Tepat

1 hari lalu

Bahaya Konsumsi Paracetamol Sembarangan, Perlu Perhatikan Dosis yang Tepat

Paracetamol tidak dapat dikonsumsi sembarangan karena memiliki efek dan bahaya bagi kesehatan. Perhatikan dosis yang disarankan.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

1 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

4 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

4 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

4 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

4 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

7 hari lalu

Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

Setelah minum air dingin memunculkan fibrilasi atrium (AFib). Apa bahayanya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

7 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

8 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya