5 Alasan Membanding-bandingkan Anak Menjadi Dosa Parenting
Reporter
Rachel Farahdiba Regar
Editor
Dwi Arjanto
Senin, 10 April 2023 10:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain menjadi pola pengasuhan anak atau parenting yang salah.
Bahkan, tindakan tersebut digolongkan menjadi dosa dalam pengasuhan anak. Sebab, orang tua yang membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain dapat menimbulkan dampak-dampak buruk sehingga wajar saja disebut sebagai dosa.
Merujuk Timesofindia, edisi pekan lalu, berikut adalah alasan lebih jelas mengapa membandingkan anak dengan orang lain disebut sebagai dosa pola pengasuhan, yaitu:
1. Membandingkan anak sendiri membuat anak menjadi lebih buruk daripada lebih baik
Alih-alih ingin membuat anak berubah menjadi lebih baik, membandingkan anak dengan orang lain menjadi sebuah pola pengasuhan anak yang lebih buruk. Manusia hidup dalam lingkungan yang kompetitif dan sifat kompetitif dibangun dalam sebuah sistem turun-temurun sejak kecil. Anak-anak muda membandingkan popularitas mereka dengan berbagai cara, seperti media sosial, ruang ujian, citra tubuh, status keluarga, dan lain-lain.
Orang tua pun mulai memperhatikan bagaimana anak-anak lain menonjol dan membandingkan kelemahan atau kekuatan anak-anak mereka sendiri dengan anak-anak lain. Banyak orang tua berpikir bahwa melakukan hal ini akan mendorong anak-anak mereka untuk menjadi orang yang lebih baik, tetapi terkadang hal itu dapat berdampak negatif pada anak mereka.
2. Anak menjadi merasa rendah diri
Seorang orang tua, penyair, dan juga pengusaha bernama Megha Chopra menyatakan sebuah fakta bahwa membandingkan anak dengan orang lain sangat merusak harga diri anak sendiri. Sebab, pola pengasuhan tersebut menjadi salah satu argumen paling mendasar yang menentang perbandingan dengan anak lain. Akibatnya, jangan biarkan anak sendiri merasa lebih rendah dari orang lain karena setiap perbandingan adalah serangan kekerasan diam-diam terhadap harga diri seorang anak.
3. Harga diri anak menjadi lebih rendah
Anak-anak menerima kritik dari keluarga mereka dengan sangat pribadi. Mereka mungkin mengembangkan keyakinan bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri mereka. Jika mereka terus-menerus diasuhkan dengan pola ini, maka mereka tidak cukup baik dibandingkan dengan anak-anak lain. Perasaan "Saya tidak cukup" pun perlahan masuk ke diri anak. Perasaan tersebut cenderung pasif, seperti sel pembatalan sampai suatu hari ada pemicu mengaktifkan rasa sakit yang terpendam itu dan mengirimkan pada pikiran serta tubuh dalam sebuah kekacauan.
4. Menyebabkan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah manifestasi sangat jelas pada anak-anak yang mengalami perbandingan dengan orang lain. Motivasi anak sendiri akan dirusak dan tingkat stres serta kecemasan mereka akan meningkat, jika orang tua membandingkannya dengan anak lain. Alih-alih membandingkan anak sendiri, duduklah bersama mereka, bicarakan alasan dan kesulitan yang mereka hadapi. Orang tua selalu menjadi panutan bagi anaknya sehingga berhati-hatilah dan jangan menciptakan pola asuh yang buruk.
5. Anak merasa ditolak
Tragedi terbesar bagi seorang anak adalah ditolak karena keaslian dari dirinya dan mengadaptasi versi yang menyenangkan hanya bagi orang tuanya. Penolakan pada usia muda tersebut menabur benih masalah kesehatan mental yang sangat pasti. Bahkan, kesehatan mental seorang anak itu ada yang membutuhkan waktu lama untuk bisa mengobatinya secara perlahan.
6. Menambah kompleks superioritas
Menurut Chopra, terkadang membandingkan anak sendiri dengan orang lain juga dapat membuat seorang anak percaya bahwa ia lebih unggul daripada yang lain. Merampas kerendahan hatinya, dan secara halus menanamkan kesombongan ke dalam kepribadiannya. Akibatnya, jangan membandingkan anak sendiri dengan orang lain dalam sebuah parenting.
Pilihan editor : Kiat Parenting Anak Agar Tidak Hobi Berlaku Kasar
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.