Nyamuk Jadi Hewan yang paling Banyak Bunuh Manusia, Kok Bisa?

Reporter

Tempo.co

Selasa, 16 Mei 2023 13:14 WIB

Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kingdom animalia penuh dengan “senjata” mematikan. Gigi singa dapat mengoyak daging dengan ganas, ular derik dapat menyuntikkan racun ke dalam aliran darah, dan kuda nil dapat membunuh siapa pun berkat rahangnya yang kuat.

Itu adalah segelintir contoh hewan yang terkenal memiliki fitur tubuh berbahaya. Namun nyatanya, mereka sama sekali bukan hewan yang paling banyak membunuh manusia.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), “hewan paling mematikan di dunia” adalah nyamuk. Serangga tersebut diperkirakan mampu membunuh 500 ribu hingga lebih dari 1 juta orang per tahun. Alasan utamanya adalah nyamuk merupakan vektor dari banyak penyakit zoonosis, terutama malaria. Malaria telah begitu lama menghancurkan populasi manusia, kata Shannon LaDeau selaku ahli ekologi penyakit dari Cary Institute of Ecosystem Studies.

Fatalitas Malaria

Malaria disebabkan oleh organisme parasit bersel tunggal dalam genus Plasmodium, dibawa dari orang ke orang oleh nyamuk Anopheles. Meskipun malaria jarang terjadi di Amerika Utara dan Eropa, penyakit itu umum terjadi di beberapa bagian Afrika, Asia selatan, dan Amerika Selatan. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa di seluruh dunia, malaria menyebabkan sekitar 619.000 kematian pada 2021.

Penyakit ini sejatinya dapat diobati dengan perawatan kesehatan yang memadai. Namun bagi orang yang berisiko tinggi—seperti anak kecil, wanita hamil, dan orang dengan defisiensi imun—malaria bisa menjadi sangat serius. Sekitar 80 persen dari seluruh kematian akibat malaria di Afrika terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.

Bagaimana Nyamuk Menyebarkan Penyakit?

Advertising
Advertising

Nyamuk juga menyebarkan berbagai penyakit lain, termasuk demam berdarah, cikungunya, virus West Nile dan Zika, serta infeksi parasit filariasis limfatik. Lantas, apa sebenarnya yang membuat nyamuk sangat efektif menyebarkan penyakit? LaDeau melanjutkan penjelasannya.

Mulanya, nyamuk betina menghisap darah. Itu berarti mereka dengan mudah memindahkan patogen dari aliran darah dari satu orang ke orang yang lain. Bentuk nyamuk yang kecil membuat mereka mampu terbang dan hinggap pada tubuh seseorang tanpa diketahui.

Lalu, ada fakta bahwa manusia berbagi ekosistem dan sumber daya dengan nyamuk. Sang serangga mengandalkan air untuk bereproduksi, sama seperti manusia yang mengandalkan air untuk hidup. Nyamuk dan manusia cenderung hidup di tempat yang sama dan tidak bisa dipisahkan begitu saja.

Upaya Cegah Zoonosis Nyamuk

Terdapat sejumlah cara untuk mengurangi risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Bahkan, pembaruan infrastruktur kecil pun dapat membuat perbedaan besar. Misal, penggunaan kasa ventilasi yang mencegah nyamuk masuk dari luar rumah atau instalasi pipa ledeng yang menahan air agar tidak membentuk kubangan.

Pengembangan infrastruktur yang baik adalah langkah signifikan dalam mencegah perluasan infeksi malaria, demam berdarah, dan zoonosis nyamuk lain yang membunuh puluhan ribu orang setiap tahunnya. Sedangkan di daerah tanpa akomodasi yang memadai, kelambu bisa menjadi pilihan seseorang untuk menjauhkan serangga dari tempat tidurnya.

Akan tetapi, upaya masyarakat ini menjadi semakin sulit dilakukan seiring terjadinya perubahan iklim. Saat Bumi menghangat, zoonosis nyamuk kemungkinan besar menyebar ke area baru di mana lingkungan menjadi lebih ramah terhadap patogen beserta nyamuk yang membawanya, kata Andy MacDonald, ahli ekologi penyakit dari Universitas California.

Selain Nyamuk

Nyamuk bukanlah satu-satunya hewan yang sangat mematikan di Bumi. Data WHO lainnya menunjukkan bahwa ular membunuh antara 81.000 dan 138.000 orang per tahun. Sementara itu, rabies—penyakit yang disebarkan oleh gigitan mamalia terinfeksi (biasanya anjing)—membunuh sekitar 59.000 orang per tahun.

Hewan kecil seperti siput air tawar dan serangga pembunuh (assassin bug) juga menyebarkan penyakit yang berpotensi mematikan bagi manusia seperti schistosomiasis dan penyakit Chagas. Kedua penyakit tersebut masing-masing membunuh ribuan orang setiap tahun.

Namun pada akhirnya, ada satu makhluk yang hampir menyaingi nyamuk sebagai hewan paling mematikan di muka Bumi, yakni manusia itu sendiri. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa pembunuhan dan konflik bersenjata telah menewaskan sekitar 533.000 orang pada 2017.

SYAHDI MUHARRAM

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

10 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

5 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

13 hari lalu

10 Hewan Paling Berbahaya di Dunia, Ada Lalat Tsetse hingga Ikan Batu

Berikut deretan hewan paling berbahaya di dunia yang bisa membunuh manusia dalam hitungan detik. Ada lalat tsetse hingga tawon laut.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

23 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

26 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya