Musim Pancaroba Mulai Datang, Waspadai Munculnya DBD: Apa Saja Gejala DBD?

Minggu, 29 Oktober 2023 19:59 WIB

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan terakhir ini, beberapa wilayah di Jabodetabek mulai turun hujan deras. Peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan ini disebut sebagai musim pancaroba.

Perubahan cuaca selama musim pancaroba berdampak pada kesehatan manusia dan meningkatkan risiko penyakit tertentu. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dilansir dari WHO, demam berdarah adalah infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke manusia. Penyakit ini lebih sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Kebanyakan orang yang terkena demam berdarah tidak akan mengalami gejala.

Namun bagi mereka yang mengalaminya, gejala yang paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri tubuh, mual, dan ruam. Sebagian besar juga akan membaik dalam 1 hingga 2 minggu. Beberapa orang mengalami demam berdarah yang parah dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Pada kasus yang parah, demam berdarah dapat berakibat fatal. Anda dapat menurunkan risiko demam berdarah dengan menghindari gigitan nyamuk, terutama di siang hari. Demam berdarah diobati dengan obat pereda nyeri karena saat ini belum ada pengobatan khusus. Berikut adalah gejala DBD.

Gejala Ringan

Dilansir dari Medical News Today, jika gejala muncul, mungkin akan terjadi demam mendadak sekitar 40 derajat celcius dengan satu atau beberapa gejala lain. Beberapa gejala lain tersebut meliputi nyeri otot dan persendian, ruam, nyeri di belakang mata, mual dan muntah, wajah memerah, sakit tenggorokan, sakit kepala, serta mata merah

Advertising
Advertising

Gejala biasanya berlangsung antara 2 hingga 7 hari, dan kebanyakan orang merasa lebih baik setelah satu minggu. Demam dapat meningkat, hilang selama 24 jam, lalu meningkat lagi.

Gejala Parah

Antara 0,5 persen dan 5 persen kasus demam berdarah menjadi parah. Jika ini terjadi, hal ini dapat mengancam nyawa. Pertama, demam biasanya turun menjadi 37,5 hingga 38 derajat celcius. Gejala yang parah kemudian dapat muncul 24 hingga 48 jam kemudian, atau sekitar 3 hingga 7 hari setelah orang tersebut mulai merasa tidak enak badan.

Gejala-gejala tersebut meliputi sakit atau nyeri perut, muntah setidaknya tiga kali dalam 24 jam, pendarahan dari hidung atau gusi, muntah darah, darah dalam tinja, kelelahan, merasa gelisah atau mudah tersinggung, perubahan suhu dari sangat panas menjadi sangat dingin, kulit dingin dan berkeringat, denyut nadi yang lemah dan cepat, serta berkurangnya perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik.

Jika mengalami gejala parah ini, Anda disarankan untuk segera mendapatkan pertolongan medis. Hal itu karena gejala-gejala tersebut berpotensi fatal bagi penderita. Jadi tingkatkan kewaspadaan menjelang musim pancaroba seperti hari-hari belakangan ini.

WHO | KAKAK INDRA
Pilihan editor : Cuaca Panas Melanda Sepanjang Oktober, BMKG Prediksi November Mulai Pancaroba

Berita terkait

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

3 hari lalu

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

Sirkulasi siklonik membentuk daerah konvergensi yang mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

8 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

13 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

15 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

17 hari lalu

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

Ada berbagai cerita di tengah pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ, diantaranya ada peserta yang sakit DBD.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

21 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

22 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

Usai Temukan 3 Korban Tewas Tanah Longsor, Basarnas Imbau Sebagian Warga Garut Mengungsi

25 hari lalu

Usai Temukan 3 Korban Tewas Tanah Longsor, Basarnas Imbau Sebagian Warga Garut Mengungsi

Warga yang tinggal di perbukitan dan lereng diminta mengungsi untuk meminimalisir korban bencana tanah longsor sepanjang musim pancaroba saat ini.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

26 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya