6 Fakta Kembang Api, Diciptakan Orang Tiongkok Hingga Berpotensi Sebabkan Kanker Paru-paru

Rabu, 20 Desember 2023 14:00 WIB

Kembang Api ditampilkan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu, 6 September 2023. Kembang api tersebut ditampilkan pada penutupan acara Gala Dinner KTT ASEAN 2023 . TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Tak lama lagi, seluruh dunia akan merayakan pergantian tahun. Momen ini kerap dimaknai sebagai harapan baru untuk tahun yang akan datang. Perayaan tahun baru identik dengan kembang api hingga petasan. Bahkan kembang api dijadikan penanda pergantian tahun.

Selain menjadi simbol perayaan tahun baru, kembang api juga memiliki fakta menarik lainnya. Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa fakta kembang api:

1. Berawal orang Tiongkok

Kembang api berawal dari orang Tiongkok kuno, tepatnya di Liuyang yang sudah menciptakan petasan pada abad kedua sebelum masehi. Dikutip dari americanpyro.com, masyarakat Tiongkok saat itu membuat petasan dari bambu yang telah dipanaskan. Bambu itu akan meledak dengan keras karena kantong udara pada bambu terlalu panas. Ledakan ini dipercaya mampu mengusir roh jahat.

2. Diciptakan pada 800 M

Advertising
Advertising

Kembang api diciptakan oleh ahli kimia Tiongkok pada 800 Masehi. Mereka mencampurkan kalium nitrat, sulfur, dan arang untuk menghasilkan bubuk hitam kasar, bentuk bubuk mesiu pertama. Bubuk ini kemudian dimasukkan ke tabung kertas serta dilengkapi sumbu yang terbuat dari kertas tisu, ayalnya membuat petasan. Orang Tiongkok menggunakan kembang api untuk merayakan peristiwa tertentu, seperti kelahiran, pernikahan, kematian, hari raya, dan penobatan.

3. Digunakan untuk festival di Eropa

Pada abad ke-13 kembang api masuk ke Eropa melalui diplomat, penjelajah dan misionaris Fransiskan. Setelahnya, kembang api digunakan secara luas untuk festival keagamaan dan hiburan umum. Bahkan para penguasa Eropa sangat menyukai penggunaan kembang api untuk menghibur rakyatnya dan menerangi istana pada acara kerajaan. Begitu juga Amerika yang menggunakan kembang api sepanjang tahun untuk hari libur nasional, acara olahraga, dan acara multikultural lainnya.

4. Dijadikan pertunjukkan kerajaan

Pada abad pertengahan, para penguasa Inggris menggunakan pertunjukan kembang api untuk menghibur pengikutnya. Pertunjukan kembang api kerajaan pertama diperkirakan terjadi pada hari pernikahan raja Inggris, Henry VII pada 1486. Selain itu, Kaisar Rusia pertama yang dijuluki Czar Peter the Great of Russia mengadakan pertunjukan kembang api selama 5 jam untuk menandai kelahiran putranya.

5. Kembang api sebanyak 8 ton di Sydney, Australia

Pada malam tahun baru 2018, Australia menggunakan delapan ton kembang api di Sydeney untuk merayakan pergantian tahun. Langit di kota Sydney dihujani sekitar 13 ribu kembang api jenis shell dan 30 ribu tembakan kembang api jenis komet. Puluhan ribu kembang api itu ditembakkan ke udara dari 175 lokasi di kawasan Sydney Harbour.

6. Menyebabkan penyakit paru-paru

Meskipun ditembakkan ke atas langit, kembang api juga dapat berdampak pada manusia. World Health Organization (WHO) menyebutkan, partikel halus berdiameter kurang 2,5 mikrometer atau disebut "PM2.5" dari letupan kembang api dapat menembus lapisan pelindung paru-paru dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Paparan kronis pada PM2.5 mampu menimbulkan penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernapasan hingga kanker paru-paru.

KHUMAR MAHENDRA | MOH KHORY ALFARIZI

Pilihan Editor: 5 Jenis Kembang Api yang Direkomendasikan untuk Perayaan Tahun Baru

Berita terkait

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

1 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

1 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

1 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

4 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

7 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

9 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

9 hari lalu

Mengenal Metode TEVAR EVAR untuk Atasi Gangguan Pembuluh Darah Aorta

Tak perlu operasi, berikut tindakan yang bisa diterapkan untuk mengatasi pembesaran aorta atau pembuluh darah utama.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

11 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

12 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

12 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya