Kemenkes Wanti-wanti Penyakit HFMD dan Demam Berdarah di Libur Lebaran 2024

Sabtu, 13 April 2024 08:10 WIB

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi penularan penyakit hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan kaki mulut adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Enterovirus, selama arus mudik dan balik Lebaran 2024 atau 1445 Hijriah.

Penyakit ini mempunyai kecepatan penularan yang tinggi. Salah satu penyakit HFMD adalah demam berdarah. Meskipun jarang menyebabkan sakit berat, tetapi penyakit HFMD dapat menyerang siapa saja.

“Pergerakan manusia selama perjalanan mudik berpotensi mempercepat penyebaran, terutama di kalangan bayi dan balita,” kata Juru Bicara Kemenkes, M Syahril, pada 8 April 2024, sebagaimana tertulis dalam laman kemkes.go.id.

Sepanjang 2024 sampai minggu ke-13, tercatat sebanyak 6.500 kasus mengalami HFMD. Sebagian besar dari ribuan kasus tersebut terjadi pada kelompok usia anak. Sebagian kecil lain penyakit HFMD menyerang kelompok usia dewasa. Penyebaran kasus HFMD paling banyak terjadi di Pulau Jawa. Adapun, rincian kasus HFMD di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat dengan 2.119 kasus, Banten memiliki 1.171 kasus, Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat 561 kasus, dan Jawa Tengah sebanyak 464 kasus.

“Ada tren peningkatan, ditambah mudik dan libur panjang itu berpotensi terjadi peningkatan kasus flu Singapura,” ujar Syahril.

Advertising
Advertising

Syahril mengimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan selama perjalanan mudik Lebaran. Masyarakat dapat mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan menerapkan etika batuk atau bersin untuk menjaga kesehatan satu sama lain.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi HFMD. Bahkan, Syahril juga mengimbau pemudik untuk tetap menjaga kebersihan di kampung halaman agar mengurangi risiko demam berdarah dengue.

“Sekalian lakukan pemberantasan sarang nyamuk di kampung halaman, mengerjakan kebiasaan baik supaya tidak tertular demam berdarah,” katanya.

Lebih lanjut, Syahril mengungkapkan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan, terutama di wilayah dengan angka kasus demam berdarah yang tinggi. Sampai pekan ke-14 2024 (April 2024), pemerintah mencatat sebanyak 60.296 kasus demam berdarah terjadi di Indonesia dengan angka kematian sejumlah 455. Jumlah kasus dan angka kematian demam berdarah ini terus bertambah dari pekan-pekan sebelumnya.

Berikut adalah lima kabupaten atau kota dengan kasus demam berdarah tertinggi pada 2024, yaitu:

  • Tangerang memiliki sebanyak 2.540 kasus,
  • Kota Bandung memiliki sebanyak 1.741 kasus,
  • Kabupaten Bandung Barat memiliki 1,422 kasus,
  • Kabupaten Lebak sebanyak 1.326 kasus, dan
  • Kota Depok memiliki sejumlah 1.252 kasus.

Di sisi lain, tercatat lima kabupaten atau kota dengan kasus kematian HFMD, khususnya demam berdarah tertinggi pada 2024, yaitu:

  • Kabupaten Bandung dengan 25 kasus kematian demam berdarah,
  • Kabupaten Jepara 21 kasus kematian demam berdarah,
  • Kabupaten Subang 18 kasus kematian demam berdarah,
  • Kabupaten Kendal 16 kasus kematian demam berdarah, dan
  • Kabupaten Bogor 13 kasus kematian demam berdarah.

Pilihan Editor: Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Berita terkait

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

1 hari lalu

Segini Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Terdapat penyesuaian iuran peserta JKN setelah kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan berganti menjadi KRIS. Ini iuran BPJS Kesehatan terbaru.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

2 hari lalu

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklarifikasi soal kebijakan penghapusan sistem kelas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

3 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

6 hari lalu

Menkes Jelaskan Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Soroti Pembatalan Kelulusan PPPK 532 Bidan Pendidik oleh Kemenkes

6 hari lalu

Anggota DPR Soroti Pembatalan Kelulusan PPPK 532 Bidan Pendidik oleh Kemenkes

Edy mendesak Kemenkes agar segera turun tangan menangani ratusan bidan pendidik yang kelulusannya dibatalkan.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

8 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

9 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

10 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

10 hari lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Atasi Ketimpangan Dokter Spesialis, Kemenkes Kembangkan Program Pendidikan Gratis

10 hari lalu

Atasi Ketimpangan Dokter Spesialis, Kemenkes Kembangkan Program Pendidikan Gratis

Kemenkes bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit mengembangkan program pendidikan gratis bagi dokter spesialis.

Baca Selengkapnya