Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

Reporter

Winda Oktavia

Editor

Dwi Arjanto

Jumat, 26 April 2024 15:18 WIB

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekitar 500 ahli dari berbagai disiplin ilmu sepakat untuk pertama kalinya mengenai definisi yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan penyakit menyebar melalui udara alias penularan wabah.

Langkah ini diambil untuk menghindari kebingungan yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Dokumen teknis yang dirilis oleh badan kesehatan PBB tersebut menandai langkah awal dalam upaya mencari cara yang lebih baik untuk mencegah penularan penyakit melalui udara, baik untuk penyakit yang sudah ada seperti campak maupun sebagai persiapan menghadapi ancaman pandemi di masa depan.

Definisi yang disepakati menyimpulkan bahwa istilah "melalui udara" dapat digunakan untuk penyakit menular yang penyebarannya utamanya melibatkan patogen yang berpindah melalui udara atau tersuspensi di udara. Hal ini sejalan dengan terminologi lain seperti penyakit "yang ditularkan melalui air", yang telah dipahami secara lintas disiplin ilmu dan oleh masyarakat umum.

Kontribusi dari hampir 500 ahli, termasuk fisikawan, ahli kesehatan masyarakat, dan insinyur, menandai kerjasama lintas disiplin yang penting dalam menyusun definisi tersebut. Terdapat ketidaksepakatan di masa lalu mengenai topik ini, dengan beberapa lembaga kesehatan mensyaratkan bukti yang sangat kuat sebelum menyatakan bahwa suatu penyakit menyebar melalui udara. Definisi baru menekankan bahwa selain bukti, risiko paparan dan tingkat keparahan penyakit juga harus dipertimbangkan.

Pertentangan sebelumnya sering kali berkaitan dengan perbedaan antara partikel "tetesan" dan "aerosol" berdasarkan ukurannya. Namun, definisi baru tersebut tidak lagi mempertimbangkan perbedaan ini.

Advertising
Advertising

Pada awal munculnya pandemi COVID-19 pada 2020, sekitar 200 ilmuwan aerosol secara terbuka mengkritik WHO karena gagal memperingatkan masyarakat tentang risiko penyebaran virus melalui udara. Mereka berpendapat bahwa fokus terlalu banyak pada langkah-langkah seperti mencuci tangan, sementara pentingnya ventilasi diabaikan.

Meskipun pada Juli 2020, WHO mengakui adanya "bukti yang muncul" mengenai penularan melalui udara, kepala ilmuwan WHO saat itu, Soumya Swaminathan, mengakui bahwa langkah-langkah yang diambil seharusnya lebih tegas sejak awal.

Jeremy Farrar, yang menggantikan Swaminathan, menekankan bahwa definisi baru ini tidak hanya relevan untuk COVID-19, tetapi juga untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi-pandemi yang mungkin terjadi di masa depan. Ia mengatakan bahwa kesepakatan para ahli dari berbagai disiplin ilmu akan memungkinkan dimulainya diskusi yang lebih mendalam mengenai isu-isu seperti ventilasi di berbagai lingkungan, termasuk rumah sakit dan sekolah.

Farrar menyoroti analogi dengan kesadaran yang berkembang bahwa virus yang ditularkan melalui darah seperti HIV atau hepatitis B dapat disebarkan oleh petugas medis yang tidak menggunakan sarung tangan. Dia menegaskan bahwa perubahan dalam praktik kesehatan sering kali terjadi setelah adanya kesepakatan mengenai terminologi dan pemahaman akan permasalahan yang ada.

REUTERS
Pilihan editor: WHO Sebut Wabah Penyakit di Gaza Bisa Lebih Mematikan Daripada Bom

Berita terkait

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

58 menit lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

17 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

20 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

4 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

4 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

4 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

4 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

4 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya