5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

Reporter

Tiara Juwita

Minggu, 12 Mei 2024 12:27 WIB

Sampel purwarupa air susu ibu (ASI) dalam bentuk bubuk rintisan mahasiswa dan dosen ITB. Dok.Tim

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan sedang trend metode pengawetan ASI menjadi berbentuk bubuk. Pengolahan tersebut dilakukan dengan metode pembekuaan dan mengolahnya menjadi ASI bubuk atau disebut juga dengan istilah Freezerdrayd. Metode yang dikenal juga sebagai teknik lyophilization dikatakan dapat memperpanjang usia simpan ASI di dalam freezer.

Berikut Fakta-Fakta Tentang Asi Bubuk

1. Pertama Dirintis oleh Mahasiswa ITB

Pembuatan ASI bubuk perta kali dirintis oleh 4 orang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Atas inovasi tersebut mereka memenangkan ajang Inovasi Digital dan Teknologi Astranauts 2023 pada Juni lalu di kategori Out of the Box yang melombakan ide baru dan unik.

Pembuatan susu bubuk ASI itu tidak seperti susu sapi bubuk yang yang bisa diproduksi dan dikonsumsi secara massal. Peminat nantinya membawa simpanan ASI miliknya untuk diolah menjadi susu bubuk setelah dibekukan.

Advertising
Advertising

Dalam pengolahannya, ASI yang diserahkan tidak lantas dicampur dengan ASI konsumen lain melainkan masing-masing. “Untuk menghindari terjadinya saudara sepersusuan,” kata Desya.

2. Tahan Hingga 3 Tahun

Pengolahan asi menjadi berbentuk bubuk diklaim dapat memperpanjang usianya dari yang semula hanya 6 bulan menjadi tahan hingga 3 tahun.Hal tersebut akan memberi kemudahan tersendiri bagi ibu yang ingin memberikanASI di luar masa cuti.

3. Diduga Dapat Mengubah Kandungan Zat Gizi

Ketua Satgas Asi Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) mengatakan proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr Naomi seperti dilansir dari Antara.

Pembekuan ASI yang dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.

4. Memiliki Resiko Kontaminasi

Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI. Dengan demikian maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.

5. Tidak Direkomendasikan untuk Bayi dengan Kondisi Medis Tertentu

Metode pembekuan asi dan menjadikannya ASI bubuk merupakan hal baru serta belum dibuktikan melalui penelitiaan secara ilmiah, sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), AAP, atau FDA.

Dilansir dari Antara, Satgas Asi Ikatan Dokter Anak Indonesia juga tidak merekomendasikan pemberian ASI bubuk untuk bayi dengan kondisi medis tertentu seperti bayi prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Pada akhirnya Naomi tetap merekomendasikan metode menyusui langsung sebagai metode pemberian ASI dari ibu kepada bayi dibanding ASI bubuk karna tidak hanya memberikan sejumlah manfaat yang baik untuk kesehatan bayi, namun, juga meningkatkan rasa nyaman bayi dan kedekatan antara ibu dan anak. “Menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” ujar Dr Naomi.

TIARA JUWITA | ANWAR SISWADI

Pilihan Editor: Alasan IDAI Tak Sarankan ASI Dijadikan Susu Bubuk

Berita terkait

104 Tahun ITB: Kini Punya 12 Fakultas dan Sekolah, Apa Saja?

3 hari lalu

104 Tahun ITB: Kini Punya 12 Fakultas dan Sekolah, Apa Saja?

ITB merupakan sekolah tinggi teknik tertua di Indonesia. Saat ini telah memiliki 12 fakultas dan sekolah dengan berbagai program studi.

Baca Selengkapnya

Segini Kisaran Biaya UKT ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

4 hari lalu

Segini Kisaran Biaya UKT ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Kisaran UKT ITB 2024 untuk mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri.

Baca Selengkapnya

Berusia 104 Tahun, ITB Bangun Fasilitas Baru di Bandung, Jatinangor, dan Observatorium Bosscha

4 hari lalu

Berusia 104 Tahun, ITB Bangun Fasilitas Baru di Bandung, Jatinangor, dan Observatorium Bosscha

Keberadaan fasilitas tersebut menjadi bagian dari proses modernisasi dan penguatan ITB dalam paruh kedua 100 tahun ke depan

Baca Selengkapnya

104 Tahun ITB, Ini Sejarah Perguruan Teknik Pertama di Indonesia

4 hari lalu

104 Tahun ITB, Ini Sejarah Perguruan Teknik Pertama di Indonesia

Kampus ITB telah mengarungi perjalanan panjang sejak kolonial Belanda hingga kini.

Baca Selengkapnya

25 Kampus Terbaik di Bandung 2024 Versi EduRank, ITB Urutan Pertama

5 hari lalu

25 Kampus Terbaik di Bandung 2024 Versi EduRank, ITB Urutan Pertama

Daftar kampus terbaik di Bandung pada 2024 versi EduRank. ITB berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Cerita Fathan Azzahran Dapat Raih Nilai Sempurna Tes Kuantitatif UTBK SNBT

5 hari lalu

Cerita Fathan Azzahran Dapat Raih Nilai Sempurna Tes Kuantitatif UTBK SNBT

Fathan Azzahran mendapatkan nilai sempurna yaitu 1000 di subtes kemampuan kuantitatifUTBK SNBT.

Baca Selengkapnya

Pengumuman Seleksi Mandiri ITB Diumumkan Hari Ini, Peserta Lolos Lakukan Hal Ini

8 hari lalu

Pengumuman Seleksi Mandiri ITB Diumumkan Hari Ini, Peserta Lolos Lakukan Hal Ini

Pengumuman seleksi mandiri ITB digelar pukul 15.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Alasan ITB Undur Pengumuman Hasil Seleksi Mandiri 2024

8 hari lalu

Alasan ITB Undur Pengumuman Hasil Seleksi Mandiri 2024

ITB sebelumnya menggelar ujian saringan masuk lewat Seleksi Mandiri pada Sabtu dan Minggu, 22-23 Juni 2024 secara daring atau online.

Baca Selengkapnya

Tim Mahasiswa ITB dan Purdue University Rancang Pesawat Listrik, Bisa Tempuh Rute Jakarta-Singapura

10 hari lalu

Tim Mahasiswa ITB dan Purdue University Rancang Pesawat Listrik, Bisa Tempuh Rute Jakarta-Singapura

Tim mahasiswa ITB dan Purdue University merancang pesawat udara komersial bertenaga listrik yang mampu mengangkut hingga 40 penumpang.

Baca Selengkapnya

Cerita Hafvid Fachrizza Lulus Beasiswa LPDP di Jerman Jurusan Astrofisika

11 hari lalu

Cerita Hafvid Fachrizza Lulus Beasiswa LPDP di Jerman Jurusan Astrofisika

Beragam seleksi dijalani Hafvid Fachrizza, penerima beasiswa LPDP 2024 yang kini berkuliah di Munchen, Jerman.

Baca Selengkapnya