Perlunya Guru dan Orang Tua Bangun Kemampuan Literasi Numerasi Anak

Reporter

Antara

Jumat, 14 Juni 2024 12:10 WIB

Ilustrasi anak mengerjakan soal/matematika. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil Asesmen Nasional 2023, 39 persen siswa SD/sederajat belum memiliki kemampuan minimum dalam literasi dan 54 persen lainnya belum memiliki kemampuan minimal dalam numerasi. Praktisi pendidikan Galih Sulistyaningra menyarankan para guru dan orang tua membangun kemampuan literasi dan numerasi anak.

“Literasi dan numerasi tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia dan matematika tapi semua guru, termasuk orang tua dan pemangku kebijakan,” kata Galih.

Peraih gelar Master di bidang Educational Planning dari University College London (UCL) itu menyayangkan kondisi tersebut karena kemampuan literasi dan numerasi jauh lebih luas dari sekedar baca, tulis, dan hitung (calistung) karena melibatkan kemampuan untuk memahami pelajaran. Kedua kemampuan itu bahkan seharusnya menjadi fondasi sebelum anak bisa menghitung. Ia berpendapat orang tua perlu memupuk sejak dini kemampuan literasi anak melalui kemampuan memahami.

“Ada yang namanya kesadaran cetak, sebenarnya bisa mulai dari simbol atau gambar. Tipsnya memulai dengan membaca gambar. Walaupun ada tulisannya, membaca gambar, kita bisa mulai dari gambar. Untuk buku anak usia dini gambar lebih besar dan perlu bercerita,” ujarnya.

Tingkatkan kemampuan matematis
Sementara di sisi kemampuan numerasi, Galih menilai orang tua masih diasosiasikan dengan kemampuan matematis yang kompleks. Padahal, numerasi bisa didorong dengan teknik one to one correspondence.

Advertising
Advertising

“Jangan hanya mengajarkan simbol angka. Kita harus ajarkan dengan benda konkret. Satu itu satu benda, dua itu dua benda sehingga anak terbiasa. Jika angka semakin besar maka jumlah semakin banyak,” paparnya.

Sambil mempelajari hal tersebut, orang tua dan guru dapat menopang kemampuan anak melalui keterampilan melihat, mendengar, berbicara, dan menulis. Semua ini dibangun melalui interaksiyang intens dengan guru maupun orang tua di rumah. Para guru juga harus lebih kreatif agar anak memiliki ketertarikan untuk membaca. Salah satu caranya memanfaatkan keberadaan Pojok Baca di sekolah.

“Kalau mau berkelanjutan harus memanfaatkan buku fisik dan digital yang lebih banyak pilihan. Sekarang banyak platform yang menyediakan buku-buku gratis,” jelasnya.

Misalnya, Kemendikbudristek menyediakan berbagai buku digital di platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang bisa diakses gratis oleh murid maupun guru.

Pilihan Editor: 5 Manfaat Membaca Buku Bacaan Literasi untuk Perkembangan Anak

Berita terkait

Sering Berfungsi Berlebihan, Kesalahan Umum Orang Tua Terkait Tumbuh Kembang Anak

2 hari lalu

Sering Berfungsi Berlebihan, Kesalahan Umum Orang Tua Terkait Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak jadi tidak optimal secara psikologis dan kedewasaan emosional karena kesalahan yang biasa dilakukan orang tua.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Jenis Metode Khitan pada Anak Laki-laki

4 hari lalu

Inilah 4 Jenis Metode Khitan pada Anak Laki-laki

Khitan pada anak laki-laki bisa ilakukan dengan menggunakan empat jenis metode, yakni laser, manual, klem, dan metode elektrik cauter.

Baca Selengkapnya

10 Contoh Puisi untuk Guru yang Menyentuh Hati

7 hari lalu

10 Contoh Puisi untuk Guru yang Menyentuh Hati

Berikut ini beberapa contoh puisi untuk guru yang menyentuh hati. Lewat puisi, murid memberikan apresiasi dan rasa terima kasihnya.

Baca Selengkapnya

Bos OJK Beberkan Tiga Anak Haram Keuangan: Pinjol Ilegal, Investasi Bodong, Judi Online

8 hari lalu

Bos OJK Beberkan Tiga Anak Haram Keuangan: Pinjol Ilegal, Investasi Bodong, Judi Online

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebut ada sejumlah kerugian yang diakibatkan dari adanya digitalisasi keuangan

Baca Selengkapnya

Ditetapkan sebagai Bahasa Resmi Sidang UNESCO, Begini Sejarah Kongres Bahasa Indonesia

8 hari lalu

Ditetapkan sebagai Bahasa Resmi Sidang UNESCO, Begini Sejarah Kongres Bahasa Indonesia

Sejarah Kongres Bahasa Indonesia diprakarsai dari isi Sumpah Pemuda pada 1928 yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pertama kali dilaksanakan pada 1938 untuk mengukuhkan kedudukan bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa serta bernegara.

Baca Selengkapnya

Orang Tua Dianjurkan Buat MPASI Sendiri daripada Beli di Pinggir Jalan

10 hari lalu

Orang Tua Dianjurkan Buat MPASI Sendiri daripada Beli di Pinggir Jalan

MPASI yang dibuat sendiri di rumah diklaim memiliki kandungan dan takaran yang jauh lebih baik dibanding yang dijual di pinggir jalan.

Baca Selengkapnya

Tips buat Orang Tua untuk Atasi Anak Kecanduan Gawai

11 hari lalu

Tips buat Orang Tua untuk Atasi Anak Kecanduan Gawai

Anak kecanduan gawai sering menunjukkan gejala seperti mudah tersinggung, prestasi akademik buruk, dan malas pergaulan. Berikut saran buat orang tua.

Baca Selengkapnya

Guru P1 Belum Dapat Formasi dan Gaji, Komisi X DPR: Ini Zalim

13 hari lalu

Guru P1 Belum Dapat Formasi dan Gaji, Komisi X DPR: Ini Zalim

Ada guru-guru dari sekolah swasta yang telah menyandang status P1 dan sudah tidak bekerja di tempat lamanya. Namun, mereka belum juga mendapatkan penempatan kerja hingga saat ini meski sudah tidak memiliki penghasilan tetap.

Baca Selengkapnya

Guru dan Masa Depan Pendidikan: Temu Pendidik Nusantara XI (TPN XI) Dimulai di 50 Daerah

17 hari lalu

Guru dan Masa Depan Pendidikan: Temu Pendidik Nusantara XI (TPN XI) Dimulai di 50 Daerah

TPN XI menjadi ajang pembelajaran tahunan bagi guru-guru di seluruh nusantara.

Baca Selengkapnya

Iskandar Poltak Simandjuntak Tokoh Pendidikan Indonesia, Ini Profil Pendiri Yayasan Bopkri

18 hari lalu

Iskandar Poltak Simandjuntak Tokoh Pendidikan Indonesia, Ini Profil Pendiri Yayasan Bopkri

Salah seorang tokoh pendidikan Iskandar Poltak Simandjuntak. Ia merupakan pendiri Yayasan Bopkri, ini profilnya.

Baca Selengkapnya