Musim Kemarau Segera Tiba, Waspada Potensi Penyakit Demam Berdarah Meningkat

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 18 Juni 2024 19:21 WIB

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Musim kemarau segera tiba. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Pada Juli 2024, kemarau diprediksikan terjadi di sebagian pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara. Sedangkan pada Agustus 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyampaikan, musim kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Sebab, nyamuk akan sering menggigit ketika suhu meningkat. “Jadi, kita dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata Imran Pambudi dalam laman resmi Kementerian Kesehatan.

Imran Pambudi melanjutkan, kasus demam berdarah di Indonesia mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR). “Terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi 3 tahun bahkan kurang, yang disebabkan oleh fenomena El Nino,” kata dr. Imran.

Kasus DBD berhasil diturunkan sekitar 35 persen pada 2023 dan awal 2024. Kendati demikian, pada minggu ke-22 2024, kasus DBD kembali mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus. “Jumlah kasus DBD saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus di tahun 2023,” kata Imran.

Meskipun kasus DBD meningkat, jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan. Pada 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus, sedangkan pada 2024 minggu ke-22 terdapat 777 kasus kematian. “Kunci penangananya yang saya lihat di DKI ini, begitu terdeteksi demam berdarah langsung masuk rumah sakit untuk diopname karena kalau pulang akan susah dilakukan monitoring, yah, monitoring kebocoran cairannya itu susah. Itulah kunci untuk menurunkan case facility rate seminimal mungkin,” kata Imran.

Advertising
Advertising

Hingga pekan ke-17 tahun 2024, tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian di Indonesia. Berdasarkan laporan, dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi.

Imran menjelaskan, berdasarkan data distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15 hingga 44 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terkena DBD dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan, untuk kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan. “Kalau kita melihat dari kasusnya kita bisa lihat anak-anak memang lebih rentan untuk menjadi lebih buruk kondisinya,” lanjut Imran.

Pada 2024, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus dengan IR tertinggi, yaitu Kendari, Gianyar, Kutai Barat, Klongkong, dan Tomohon.

Kasus kematian DBD terbanyak pada 2024 terjadi di lima kabupaten/kota, yaitu Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara. Sedangkan CFR tertinggi terdapat di lima kabupaten/kota yaitu Tidore Kepulauan, Purworejo, Mandailing, Barru, dan Surakarta.

Imran menyampaikan, Kemenkes melakukan enam strategi nasional penanggulangan dengue sebagai respons kenaikan kasus DBD. Pertama, penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan. Kedua, peningkatan akses dan mutu tata laksana dengue.

Ketiga, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif. Keempat, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan. Kelima, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan. Keenam, pengembangan kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.

“Yang sangat penting adalah poin kelima dan keenam ini, karena bagaimanapun juga daerah yang mempunyai kendali, dan kepala daerah yang memimpin langsung pemberantasan DBD akan memberikan dampak yang sangat positif,” kata Imran.

Selain enam strategi nasional, Kemenkes juga mengeluarkan inovasi kebijakan penanggulangan dengue, yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN), revitalisasi kelompok kerja operasional (pokjanal) DBD, penguatan surveilans dan sistem kewaspadaan dini dan respons, teknologi vektor nyamuk ber-Wolbachia, dan imunisasi dengue.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erni J. Nelwan menyampaikan cara mengenal gejala dan tanda DBD, serta upaya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus.

Beberapa tanda dan gejala DBD yaitu, mendadak demam tinggi, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, timbul bercak kemerahan, hidung berdarah, sakit di belakang mata, mual dan muntah, serta kelelahan. “Namun, gejala nggak khas, yah, tapi dominannya demam,” kata Erni.

Pencegahan dan pemberantasan dengue sangat penting dilakukan dengan vaksinasi dan tanpa mengenyampingkan upaya 3M plus yaitu, Menguras (membersihkan) bak mandi, vas bunga atau wadah lain yang berisiko, Menutup rapat tempat penampungan air, Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas, dan Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk. “Saat ini, kita juga sudah ada vaksin dan punya upaya teknologi nyamuk ber-Wolbachia agar virus nggak survive,” kata Erni.

Selain teknologi wolbachia untuk tindakan preventif dengue, salah satu inovasi yang juga dilakukan Kemenkes adalah vaksin DBD yang mampu mengurangi risiko komplikasi serius demam berdarah dengue. Vaksin DBD tersebut belum masuk program, tetapi sudah dapat diakses dan BPOM sudah memberikan persetujuan untuk vaksin itu.

ASEAN Dengue Day (ADD) diperingati pada 15 Juni setiap tahunnya. ADD resmi diperingati sejak 15 Juni 2010 berdasarkan gagasan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 ASEAN di Hanoi, Vietnam, pada 30 Oktober 2010. Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011. Deklarasi Jakarta melawan DBD disepakati oleh 11 negara ASEAN untuk memperkuat kerja sama dan komitmen regional dalam upaya pengendalian DBD.

Pilihan Editor: Mengenali Nyamuk Wolbachia, Upaya Pencegahan DBD

Berita terkait

6 Fakta yang Harus Diketahui Tentang DBD

2 hari lalu

6 Fakta yang Harus Diketahui Tentang DBD

Penderita DBD akan mengalami gejala nyeri hebat, terutama pada tulang dan persendian, yang terasa seolah-olah patah.

Baca Selengkapnya

Kenali Pemicu Penyakit DBD dan Penularannya

4 hari lalu

Kenali Pemicu Penyakit DBD dan Penularannya

Kemenkes mengatakan interval puncak peningkatan kasus DBD yang awalnya setiap 10 tahun sekali kian pendek menjadi 5 tahun, bahkan 3 tahun

Baca Selengkapnya

Ketahui Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita DBD

4 hari lalu

Ketahui Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita DBD

Penularan virus demam berdarah alias DBD disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes. DBD ringan menyebabkan demam tinggi dan gejala seperti flu.

Baca Selengkapnya

5 Gejala DBD yang Sering Diabaikan

4 hari lalu

5 Gejala DBD yang Sering Diabaikan

Penyakit DBD ini sering kali menimbulkan gejala yang khas, seperti demam tinggi beberapa hari, nyeri otot, dan ruam kulit.

Baca Selengkapnya

Tips Hindari Gigitan Nyamuk saat Kasus Demam Berdarah Naik

6 hari lalu

Tips Hindari Gigitan Nyamuk saat Kasus Demam Berdarah Naik

Di tengah kenaikan kasus demam berdarah, gigitan nyamuk tentu harus diwaspadai. Pakar menjelaskan apa saja yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Interval Puncak Kasus DBD Semakin Pendek, Ini Imbauan Kemenkes

8 hari lalu

Interval Puncak Kasus DBD Semakin Pendek, Ini Imbauan Kemenkes

Kemenkes mengatakan interval puncak peningkatan kasus DBD yang awalnya setiap 10 tahun sekali kian pendek menjadi lima tahun.

Baca Selengkapnya

Apa Buah-buahan yang Lebat di Juli-September? Kandungan Nutrisinya Beragam

8 hari lalu

Apa Buah-buahan yang Lebat di Juli-September? Kandungan Nutrisinya Beragam

Memasuki bulan Juli umumnya kita akan menghadapi musim panas sampai bulan September. Ada buah-buahan akan tumbuh lebat pada kurun waktu itu.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Targetkan 230 Kabupaten dan Kota Uji Coba Nyamuk Wolbachia dalam 5 Tahun

9 hari lalu

Kemenkes Targetkan 230 Kabupaten dan Kota Uji Coba Nyamuk Wolbachia dalam 5 Tahun

Pencegahan demam berdarah dengue terus dilakukan. Saat ini terdapat lima wilayah kota yang disebar nyamuk Wolbachia.

Baca Selengkapnya

Upaya Masyarakat Balikpapan Tekan Demam Berdarah Dengue dengan Vaksinasi Massal

11 hari lalu

Upaya Masyarakat Balikpapan Tekan Demam Berdarah Dengue dengan Vaksinasi Massal

Dinkes Kalimantan Timur laksanakan pilot program imunisasi demam berdarah dengue di kota Balikpapan dengan target 9.800 anak usia 6-14 tahun.

Baca Selengkapnya

Dokter Ingatkan Penanganan Segera Pasien DBD untuk Cegah Komplikasi

11 hari lalu

Dokter Ingatkan Penanganan Segera Pasien DBD untuk Cegah Komplikasi

Praktisi kesehatan mengatakan pasien DBD harus segera ditangani demi mencegah risiko kejang dan penyakit komplikasi.

Baca Selengkapnya