Macam Penyakit Terkait Pembesaran Kelenjar Getah Bening

Reporter

Antara

Jumat, 5 Juli 2024 11:43 WIB

Ilustrasi Kelenjar Getah Bening. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis bedah subspesialis bedah pediatrik konsultan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Hardian Gunadi, mengatakan pembesaran kelenjar getah bening dapat berkaitan dengan penyakit lain yang diderita seseorang.

“Kalau pembesaran kelenjar getah beningnya dengan ukuran normal kebanyakan dikarenakan reaksi radang,” kata Hardian.

Mengenai penyakit yang gejalanya disertai pembesaran kelenjar getah bening, Hardian menuturkan pada ukuran normal kondisi tersebut dapat terjadi sebagai bentuk reaksi tubuh terhadap organ-organ yang sedang mengalami masalah.

Ia menganalogikan kelenjar getah bening sebagai pos polisi, di mana ketika ada virus atau kuman dari luar sebagai penjahat berusaha menyerang tubuh, kelenjar akan bekerja lebih keras sehingga ukurannya membesar. Biasanya kelenjar membesar apabila orang mengalami sariawan di bawah mulut, membesar di bagian leher akibat munculnya rasa sakit di telinga atau sakit gigi. Berbeda dengan kondisi di mana pembesaran kelenjar terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan kelenjar menjadi keras, tidak dapat digoyangkanm dan ukurannya lebih besar dari batas yang ditentukan.

“Kalau di Indonesia, 70 persen populasi di Indonesia itu terkena Tuberkulosis, mau aktif maupun infeksi laten yang kumannya tidur, mereka terinfeksi itu sebetulnya banyak. Salah satu gejalanya bisa pembesaran kelenjar getah bening,” ujar Hardian.

Advertising
Advertising

Soal keganasan dapat dipengaruhi adanya sel kanker di sekitar area kelenjar getah bening atau sel yang menyebar ke tempat lain. “Misal kalau ada tumor di mulut atau menyebar di kelenjar getah bening di leher atau di tiroid, itu adalah limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Infeksi juga bisa disebabkan virus kalau HIV atau adanya infeksi mononukleosis atau virus lain yang kadang membesar tapi tidak mengecil lagi, itu contoh penyakit yang menyebabkan pembesaran,” paparnya.

Tak harus dibedah
Hardian juga menjelaskan pembedahan bukanlah tindakan utama untuk memberikan terapi pada penderita pembesaran kelenjar getah bening. Pembedahan dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya pembesaran.

“Kalau dia dari organ lain yang belum menyebar luas, kita angkat organnya beserta kelenjar getah bening di sekitarnya. Tapi di luar itu rasanya obatnya bukan bedah,” ucapnya.

Hardian menekankan pemberian tindakan yang pasti untuk pengobatan baru dapat diberikan usai tenaga medis mengobservasi lebih lanjut sampel kelenjar getah bening yang membesar di bawah mikroskop.

“Jadi kita angkat satu buat sampel kalau dia terlalu besar dan berisiko kita ambil sebagian untuk cari tahu itu apa dan kita sesuaikan terapinya, tergantung dari penyebabnya kalau sudah diketahui di bawah mikroskop,” jelasnya.

Pilihan Editor: Jangan Abaikan Kelenjar Getah Bening Membesar, Bisa Jadi Gejala Ganker Nasofaring

Berita terkait

Operasi Tumor di Kepala dengan Metode Endoskopi Invasif Minim Risiko

6 hari lalu

Operasi Tumor di Kepala dengan Metode Endoskopi Invasif Minim Risiko

Metode endoskopi minimal invasif adalah pembedahan yang dilakukan dengan sayatan kecil sehingga mengurangi risiko komplikasi pada operasi tumor.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Diminta Rajin Periksa Kesehatan Cegah Kanker

8 hari lalu

Masyarakat Diminta Rajin Periksa Kesehatan Cegah Kanker

Kemenkes masyarakat rajin memeriksakan kesehatan seiring pergeseran penyakit tidak menular, termasuk kanker, yang semakin besar.

Baca Selengkapnya

Dokter Paparkan Gejala dan Faktor Risiko Kanker Limfoma Hodgkin

9 hari lalu

Dokter Paparkan Gejala dan Faktor Risiko Kanker Limfoma Hodgkin

Kanker limfoma hodgkin terjadi karena limfosit pada kelenjar getah bening bergerak jadi ganas jika ada pencetus yang mulai tak sesuai. Cek gejalanya.

Baca Selengkapnya

Selain Jinak dan Ganas, Ini 2 Jenis Tumor Otak dan Penyebabnya

13 hari lalu

Selain Jinak dan Ganas, Ini 2 Jenis Tumor Otak dan Penyebabnya

Selain tumor jinak dan ganas, tumor otak juga terdiri dari dua jenis, yakni primer dan sekunder. Cek bedanya.

Baca Selengkapnya

Belajar dari Kasus Mpox, Ini yang Diperlukan untuk Hadapi Perubahan Pola Penyakit

13 hari lalu

Belajar dari Kasus Mpox, Ini yang Diperlukan untuk Hadapi Perubahan Pola Penyakit

Pakar menyebut virus Mpox adalah salah satu contoh perubahan pola penyakit akibat dinamika kehidupan yang bergerak di antara patofisiologi interaksi.

Baca Selengkapnya

Gejala dan Pengobatan Kanker Limfoma

15 hari lalu

Gejala dan Pengobatan Kanker Limfoma

Limfoma adalah jenis kanker yang berawal di sistem limfatik. Berikut beberapa gejala kanker limfoma yang paling umum.

Baca Selengkapnya

Awas, Makanan Mentah dan Lingkungan Kotor Bisa Sebabkan Hepatitis A

26 hari lalu

Awas, Makanan Mentah dan Lingkungan Kotor Bisa Sebabkan Hepatitis A

Makanan dan minuman yang tidak matang atau jajan di lingkungan yang kotor dapat menyebabkan hepatitis A, jadi waspadalah.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Ungkap Bahaya Makanan Cepat Saji pada Anak, Berisiko Kanker

32 hari lalu

Guru Besar FKUI Ungkap Bahaya Makanan Cepat Saji pada Anak, Berisiko Kanker

Pakar mengatakan makanan cepat saji sebaiknya tidak dimakan secara berlebihan karena berefek tidak baik pada kesehatan secara umum.

Baca Selengkapnya

Sebab Tumor Tulang Bisa Sebabkan Kematian bila Didiamkan

33 hari lalu

Sebab Tumor Tulang Bisa Sebabkan Kematian bila Didiamkan

Kasus tumor tulang sering terjadi pada umur 10-30 tahun. Namun pada banyak kasus ternyata cenderung dibiarkan sehingga kondisinya menjadi parah.

Baca Selengkapnya

Daftar Negara dengan Kasus Cacar Monyet yang Telah Dikonfirmasi

42 hari lalu

Daftar Negara dengan Kasus Cacar Monyet yang Telah Dikonfirmasi

WHO menyatakan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global menyusul wabah infeksi virus di Republik Demokratik Kongo.

Baca Selengkapnya