Kematian RA Kartini dan Preeklamsia, Berikut Penjelasan Medis Tentang Komplikasi Kehamilan Berbahaya
Reporter
Myesha Fatina Rachman
Editor
S. Dian Andryanto
Senin, 16 September 2024 12:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang percaya bahwa kematian RA Kartini pada 17 September 1904 yang lalu, disebabkan oleh preeklamsia setelah melahirkan, yaitu komplikasi kehamilan yang sangat berbahaya, terutama pada masa itu ketika penanganan medis belum secanggih sekarang. Berikut adalah penjelasan mengenai preeklamsia.
Dilansir dari Mayo Clinic, preeklamsia adalah salah satu komplikasi serius dalam kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Kondisi ini biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urin, yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjal. Gejala ini sering kali tidak begitu jelas dan bisa sangat bervariasi, mulai dari sakit kepala parah dan gangguan penglihatan hingga nyeri perut bagian atas dan sesak napas.
Sementara kenaikan berat badan dan pembengkakan adalah hal yang umum selama kehamilan, preeklamsia bisa menyebabkan pembengkakan yang tiba-tiba, terutama di wajah dan tangan, serta penambahan berat badan yang tidak biasa. Jika tidak ditangani dengan tepat, preeklamsia dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius, bahkan mengancam nyawa bagi ibu dan bayi.
Penanganan preeklamsia sering kali melibatkan pemantauan ketat dan pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah serta mengelola komplikasi. Dalam kasus yang lebih parah, persalinan dini mungkin dianjurkan untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi. Kadang-kadang, preeklamsia dapat muncul bahkan setelah melahirkan, yang dikenal sebagai preeklamsia pascapersalinan.
Meskipun penyebab pasti preeklamsia belum sepenuhnya dipahami, masalah pada plasenta, organ yang menyediakan nutrisi untuk janin, diyakini memainkan peran penting. Pembuluh darah yang tidak berkembang dengan baik di plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah dan menyebabkan tekanan darah yang tidak teratur pada ibu.
Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklamsia. Wanita yang pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, hamil dengan lebih dari satu bayi, atau memiliki kondisi medis seperti tekanan darah tinggi kronis atau diabetes, memiliki risiko yang lebih tinggi. Risiko ini juga dapat meningkat pada wanita kulit hitam atau wanita berpenghasilan rendah, kemungkinan terkait dengan akses yang tidak merata ke perawatan kesehatan dan ketidakadilan sosial.
Preeklamsia dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan serius. Misalnya, keterbatasan pertumbuhan janin dapat terjadi jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah. Ini bisa mengakibatkan kelahiran prematur, yang meningkatkan risiko masalah kesehatan untuk bayi seperti kesulitan bernapas dan keterlambatan perkembangan.
Seperti yang dilansir dari Cleveland Clinic, komplikasi lain termasuk solusio plasenta, yang merupakan pemisahan plasenta dari dinding rahim yang dapat menyebabkan pendarahan hebat, serta sindrom HELLP, yang merupakan bentuk preeklamsia berat yang memengaruhi beberapa sistem organ.
Dalam kasus yang ekstrem, preeklamsia dapat berkembang menjadi eklampsia, yang ditandai dengan kejang atau koma dan dapat terjadi tanpa peringatan sebelumnya. Kerusakan organ, seperti pada ginjal, hati, atau jantung, juga dapat terjadi, dan wanita yang mengalami preeklamsia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular di masa depan.
Karena preeklamsia adalah kondisi yang memerlukan perhatian medis segera, penting bagi wanita hamil untuk rutin memeriksakan tekanan darah mereka dan melaporkan gejala-gejala yang tidak biasa kepada penyedia layanan kesehatan. Pengelolaan yang tepat dapat membantu mengurangi risiko komplikasi serius dan memastikan kesehatan ibu serta bayi.
Kematian RA Kartini empat hari setelah melahirkan putranya menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang. Pasalnya, saat Kartini mengandung hingga melahirkan, ia tampak amat sehat. Kematian Kartini yang tiba-tiba ini menimbulkan perdebatan dan spekulasi serta kecurigaan negatif bagi sebagian pihak.
Pilihan Editor: Jejak Akhir RA Kartini, Wafat di Rembang dan Tempat Peristirahatan Terakhirnya