TEMPO Interaktif, “Untuk ibu hamil, gratis selamanya,” begitu bunyi spanduk seukuran satu meter itu. Soto Kudus Kauman di Karang Tengah, Cinere, seolah memanggil ibu-ibu hamil untuk berkumpul makan gratis di situ. “Bagus buat strategi marketing. Jadi, bisa menarik pembeli,” ujar seorang penikmat soto itu, Astrid Fintayanti, 25 tahun.
Tapi, jangan salah, tak banyak ibu-ibu berbadan dua berkumpul di situ. Yang banyak justru para pelahap yang mengisi perut. Sepasang muda-mudi turun dari sebuah mobil sedan warna abu-abu, masuk ke warung sederhana dengan pikulan khasnya itu. Mereka tampak lahap menikmati soto tersebut yang mereka pesan. “Rasanya enak. Kualitasnya tidak kalah dengan soto-soto di restoran gede,” kata Dwi Nandya Ibrahim, 29 tahun.
Soto ini disajikan dalam mangkuk kecil. Seperti soto Kudus umumnya, bahan soto terdiri atas potongan daging ayam kampung dan campuran tauge. Kuahnya bening dengan cita rasa rempah yang pas di lidah. Nah, inilah yang berbeda. Ludi Priyantono, 32 tahun, sang pemilik kedai, meracik sendiri bumbu-bumbu soto. “Rempah-rempahnya saya kombinasikan dengan bahan lain dan semua dilakukan dengan takaran yang sangat terukur,” ujarnya.
Ludi tidak hanya berpromosi. Astrid, penikmat soto, menilai Soto Kudus Kauman punya rasa yang pas. “Semuanya pas. Asinnya pas, pedasnya pas. Ya, bumbu-bumbunya pas semua,” ujar karyawati swasta ini. Semakin siang, warung itu semakin sesak dipenuhi pembeli. Semangkuk soto campur nasi cuma Rp 7.000. Selain soto dengan nasi campur atau dipisah, konsumen bisa menambah kerupuk udang, telur asin, sate ati ampela, sate kerang, maupun sate usus.
Selain di Karang Tengah, masih ada lima gerai soto di tempat lain, salah satunya di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Usaha Ludi ini dimulai sejak 2005. “Sudah banyak yang ingin franchise, tapi saya masih harus cari lokasinya,” katanya.
Majunya usaha dagang soto ini, diakui Ludi, berkah dari makan gratis untuk ibu hamil, orang-orang tertentu, dan pada waktu tertentu. Makan gratis buat ibu hamil di Soto Kudus Kauman bukan strategi pemasaran agar orang banyak datang. “Itu bukan promosi. Makan gratis itu ada kisah antara saya dan ibu saya supaya bisa dikenang selamanya,” ujarnya.
Saat itu, Tuminah, ibu Ludi, pada 1979, sedang mengandung Ludi dan ngidam pepes. Sebagai buruh pengumpul garam dan bersuamikan pemanggul garam di Pati, Jawa Tengah, kondisi ekonomi Tuminah tak memungkinkan untuk membeli pepes. Dia meminta pepes yang diidamkan itu ke salah satu kerabatnya. Tapi, ia ditampik dan malah disambut dengan muka masam dan cibiran. Barulah pada sore harinya, kerabatnya itu memberi pepes tersebut. Tapi kepalang, saat hendak makan, Tuminah malah mual. “Setiap mau dimakan, muntah dan muntah lagi. Tidak bisa masuk ke perut,” tutur Ludi.
Seusai magrib, pepes baru bisa dimakan, itu pun harus didorong dengan singkong. Istri Warsono itu tidak bisa melanjutkan makan. Ia baru bisa menikmatinya waktu fajar menjelang azan subuh. Karena cuma bisa makan di dua waktu itu, Tuminah akhirnya berpuasa terus-menerus sepanjang enam bulan sampai Ludi lahir. “Sampai-sampai kepala Ibu botak karena rambut beliau banyak yang rontok,” kata Ludi.
Cerita itu bertahun-tahun didengar Ludi dari para tetangganya. Sang ibu tak pernah menceritakan kisah tragis itu kepada Ludi. Sampai akhirnya, karena Ludi terus mempertanyakannya, sang ibu kemudian menceritakannya. Mendengar itu, Ludi dendam. “Kok tega-teganya ibu diperlakukan seperti itu,” kata batinnya. Namun, dendamnya berbuah manis. Di depan ibunya, Ludi berikrar akan memberikan makan gratis kepada setiap ibu hamil di kedai soto miliknya, “Ibu hamil boleh makan apa pun di resto ini.” Meski gratis, pelayanan untuk ibu hamil tak ada yang berbeda dengan pengunjung yang membayar.
Makan gratis ala Soto Kudus Kauman juga berlaku untuk orang yang berbuka puasa sunah atau puasa Ramadan. Bahkan di cabang-cabang tertentu, pada setiap Jumat dari pukul 15.00 sampai 16.00 WIB, orang bisa makan gratis. “Buat memberi kesempatan kalangan menengah ke bawah untuk juga bisa menikmati Soto Kudus ini,” katanya.
Ludi kini sudah bisa mempekerjakan belasan karyawan. Nama Kauman di belakang nama kedainya adalah nama daerah yang merupakan tempat tinggal tak jauh dari masjid agung di sebuah kota. “Memang, bagi banyak orang, Kauman itu nama daerah. Tapi, Kauman di sini berarti Soto Kudus untuk kaum beriman,” ujar Ludi seraya tertawa.
AMIRULLAH
Berita terkait
Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner
7 hari lalu
Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.
Baca SelengkapnyaChef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai
8 hari lalu
Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai
Baca SelengkapnyaMembawa Kuliner Sichuan ke Jakarta
10 hari lalu
Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor
11 hari lalu
PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.
Baca SelengkapnyaIkan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
17 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
20 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
30 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
31 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
32 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
33 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca Selengkapnya