TEMPO Interaktif, Jakarta:Sajian kolak durian terhidang di atas meja. Kuahnya terbuat dari santan kelapa. Sebiji buah durian dan beras ketan menjadi campurannya. Ketika sampai di lidah, cita rasa ketan yang gurih langsung terasa.
Apalagi ditambah dengan cocolan buah durian dan kuah santan, sajian yang ditawarkan Resto Durian Harum ini lumayan menggugah selera. “Lumayan enak. Ketannya juga gurih,” kata Lina Meliana, 25 tahun, salah satu pelanggan.
Lina termasuk penggemar berat buah durian. Setiap pekan warga Srengseng, Jakarta Barat, ini hampir dapat dipastikan mampir di resto yang terletak di Jalan Raya Panjang Nomor 29, perempatan Pos Pengumben, Jakarta Barat, itu. Dia datang bersama suami dan putrinya, yang juga penggemar durian. Selain kolak durian, yang paling sering dinikmati keluarga kecil ini tentu saja beragam jenis durian.
Resto yang telah beroperasi sejak 2007 ini memang menjadi resto serba durian. Ada durian jenis monthong Thailand, monthong lokal, durian Medan, bibit Malaysia, kanyao, nokyb, pongmanee, dan chanee. “Kami tidak mengenal musim. Buah durian kami sediakan sepanjang tahun,” kata pengelola resto, Alan, Rabu lalu.
Kemampuan menyediakan durian sepanjang tahun itu dilakukan dengan menyimpan durian di dalam freezer. Selain buah durian, beragam jenis penganan dengan bahan dasar durian juga tersedia. Ada dodol, keripik, es krim, dan juga jus durian.
Letak resto ini sangat strategis sehingga ramai dikunjungi pelanggan, terutama pada hari libur dan jam pulang kantor. Seperti halnya Andrian Pratomo. Pria yang berprofesi sebagai dokter ini dengan lahap menghabiskan sebuah durian monthong lokal. “Ini beratnya 3,5 kilogram. Saya memang doyan durian,” kata pria 27 tahun ini sembari tersenyum.
Menikmati durian di sini, kata Andrian, sangat nyaman. Berbeda dengan di tempat lain, yang hanya menggunakan tenda, penampilan Resto Durian Harum memang dikemas dengan serius. Tempatnya ber-AC, bersih, dan nyaman. Penampilan resto pun cukup mencolok bagi siapa pun yang melewatinya. “Ini benar-benar jadi rumah makan durian yang asyik,” ujar Andrian.
Daya tarik resto durian ini juga ada pada konsep pelayanan dalam memilih durian. Di resto ini setiap pelanggan bisa mengetes rasa durian sampai benar-benar cocok dengan seleranya. “Mencicipi tester bisa dilakukan berkali-kali sampai mereka menemukan rasa durian yang cocok dengan dengan selera,” ujar Alan.
Pelayanan seperti inilah yang membuat banyak pelanggan puas bersantap. Salah satunya adalah Rezki Ferdinan, 30 tahun. Warga Kebon Jeruk ini pernah juga membeli durian di tempat lain. Namun, oleh pedagang, dia paling-paling boleh mengetes rasa durian dua-tiga kali. “Jadi lebih puas dengan duriannya,” ujar Rezki, yang telah tiga tahun jadi pelanggan resto ini.
Harga yang ditawarkan mulai Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram. Harga ini bergantung pada jenis durian dan harga pasar. “Kalau harga di pasar naik, harga di sini naik. Begitu juga sebaliknya. Jadi, sifatnya fluktuatif,” kata Alan.
Untuk saat ini, sebagai contoh, harga durian monthong lokal adalah Rp 30 ribu per kilogram. Adapun monthong Thailand Rp 27.500 per kilogram, dan durian Medan Rp 29.500 per kilogram. Dalam sehari, Resto Durian Harum bisa menjual 200 buah durian. Jumlah ini bisa naik pada saat Sabtu, Minggu, serta hari libur.
Penganan lain, seperti jus durian, dibanderol Rp 13 ribu. Es krim
dibanderol Rp 8.500 untuk cup kecil, Rp 16 ribu untuk cup sedang, dan Rp 42 ribu untuk es krim berukuran dua liter. Untuk dodol, harga bervariasi, tergantung ukuran, dari Rp 13.500 hingga Rp 19.500.
AMIRULLAH
SELERA
Resto Durian Harum
Jalan Raya Panjang Nomor 29, Telepon (021)53651249
Buka setiap hari, pukul 10.00-22.00 WIB
HARGA MENU:
- Kolak durian Rp 15 ribu
- Monthong Thailand Rp 27.500 per kilogram
- Monthong lokal Rp 30 ribu per kilogram
- Durian Medan Rp 29.500 per kilogram
- Jus durian Rp 13 ribu
Berita terkait
Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner
7 hari lalu
Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.
Baca SelengkapnyaChef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai
8 hari lalu
Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai
Baca SelengkapnyaMembawa Kuliner Sichuan ke Jakarta
10 hari lalu
Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor
11 hari lalu
PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.
Baca SelengkapnyaIkan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
17 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
21 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
30 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
31 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
32 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
33 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca Selengkapnya