TEMPO Interaktif, Iklan minuman isotonik atau sering disebut cairan elektrolit semakin gencar saat memasuki bulan Ramadan. Iklan ini memanfaatkan rasa lemas saat puasa. Memang saat seperti ini tubuh akan kekurangan atau kehilangan asupan cairan. Tubuh akan berpotensi mengalami dehidrasi.
Menurut ahli penyakit lambung dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, elektrolit memang bisa berfungsi untuk menahan cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Karena itulah, cairan dan elektrolit amat penting bagi tubuh.
Pada kondisi normal, orang dewasa dengan kegiatan rutin akan mengeluarkan cairan berkisar 500-750 cc, melalui proses kencing (urine), buang air besar (feses), keringat, penguapan, dan saluran pernapasan. “Kalau pada suhu luar yang panas, jumlah yang dikeluarkan bisa menjadi dua kali lipat, apalagi kalau berolahraga, lebih banyak lagi,” ujarnya.
Nah, saat puasa, tubuh juga kehilangan cairan. Asupan dan waktu penggantian pun terbatas, yakni saat buka puasa dan sahur. Namun jumlah asupan cairan tidak cukup. Lalu apa perlu cairan elektrolit waktu sahur? Menurut dokter Ari, tidak perlu. “Anjuran minum larutan isotonik saat sahur setelah bangun tidur tidak tepat.”
Walaupun selama tidur di malam hari tubuh akan kehilangan cairan kurang lebih 350 cc dari penguapan kulit dan pernapasan, tubuh tak mengeluarkan elektrolit, khususnya unsur Na dan Cl. “Tidak banyak keringat yang keluar kecuali tidur di ruang sauna karena elektrolit akan keluar saat tubuh mengeluarkan urine, feses, dan keringat yang cukup banyak,” kata dia. Sebab, saat sahur, seseorang juga akan mengkonsumsi makanan yang mengandung Na dan Cl.
Larutan atau minuman isotonik atau elektrolit berisi air, gula, dan elektrolit. Elektrolit yang ada di dalamnya antara lain mengandung unsur natrium (Na), klorin (Cl), kalium (K), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca) yang terasa agak asam.
Menurut dokter Ari, larutan isotonik yang asam itu jika dikonsumsi tidak tepat akan menimbulkan masalah pencernaan. Apalagi, jika pasien mengidap hipertensi atau diabetes melitus, “Larutan elektrolit bisa mengganggu kondisi mereka dengan bertambahnya Na dan gula yang ada di dalamnya,” ucapnya.
Untuk menjaga tubuh tetap mendapatkan kecukupan kebutuhan cairan, Ari menganjurkan minum air putih 8-10 gelas per hari. Selain minum, anjuran lain adalah banyak makan buah-buahan. “Buah menjadi sumber cairan dan elektrolit serta mineral yang dibutuhkan tubuh,” ujarnya.
Cairan dalam tubuh berfungsi untuk alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme. Selain itu, untuk pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya. Cairan juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh agar tetap stabil dan sehat.
Sedangkan elektrolit akan memproses energi listrik di dalam tubuh agar sistem tubuh berjalan lancar, serta membuat sehat dan menciptakan vitalitas. Sekaligus juga menjaga keseimbangan cairan dan menjaga keasaman tubuh yang normal.
Dokter olahraga Phaidon L. Toruan sepakat dengan dokter Ari bahwa elektrolit sintetis seperti minuman isotonik atau sport drink lebih banyak mengandung unsur natrium ketimbang kaliumnya. Rasanya juga akan menjadi asin, yang berpotensi menaikkan tekanan darah. Apalagi elektrolit sintetis ini juga mempunyai tambahan gula. “Elektrolit sintetis ini pilihan yang kurang baik untuk sahur,” ujarnya.
Dia menganjurkan memperbanyak asupan unsur elektrolit yang berasal dari materi alam dan tidak diberi gula, seperti air kelapa, air jeruk segar, semangka, pepaya, dan pisang. “Elektrolit alami ini bersifat basa dan lebih banyak mengandung unsur kalium. Fungsinya membuat tubuh sehat dan optimal,” kata Phaidon.
DIAN YULIASTUTI
Berita terkait
Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem
21 jam lalu
Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.
Baca SelengkapnyaRutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?
5 hari lalu
Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot
Baca SelengkapnyaJokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis
12 hari lalu
Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.
Baca SelengkapnyaMengapa Bayi Harus Diimunisasi?
13 hari lalu
Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.
Baca Selengkapnya6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi
14 hari lalu
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Baca SelengkapnyaKonimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda
21 hari lalu
PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaAliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik
22 hari lalu
Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
22 hari lalu
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
Baca Selengkapnya5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes
23 hari lalu
Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.
Baca SelengkapnyaPenelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi
23 hari lalu
Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang
Baca Selengkapnya