Pembuatan Vaksin Demam Berdarah Masih Terkendala  

Reporter

Rabu, 3 April 2013 18:50 WIB

TEMPO/Dimas Aryo

TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin untuk virus dengue penyebab penyakit demam berdarah sudah mulai diujikan secara klinis dengan jumlah sampel yang terbatas. Meski begitu, vaksin dengue ini dinilai belum siap diluncurkan ke masyarakat karena memiliki banyak hambatan serta kekurangan. Salah satunya, masih terjadi reaksi silang antar jenis virus dengue. Yaitu, virus dengue 1, virus dengue 2, virus dengue 3, dan virus dengue 4.

"Reaksi silang ini maksudnya, tubuh manusia sudah membentuk antibodi virus dengue 1, tapi tetap tidak bisa kebal terhadap virus dengue 2, 3 atau 4," ujar pengamat epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono, di ruang utama Rumah Sakit Fatmawati, Rabu, 3 Maret 2013.

Reaksi silang ini memberikan dampak seseorang tidak dapat kebal secara keseluruhan dari virus dengue penyebab demam berdarah. Oleh karena itu, penelitian vaksin dengue ini masih terus diteliti, di beberapa negara tropis seperti Thailand dan Indonesia. Di Indonesia, perkembangan vaksin dengue ini masih terus dilakukan di Bali dan Jakarta.

Bila vaksin dengue ini nantinya sudah siap diluncurkan, menurut Tri Yunis, kekebalan dapat melindungi seseorang dari virus dengue penyebab demam berdarah selama kurang lebih 1 tahun. Sehingga tahun berikutnya, orang tersebut tetap harus disuntik kembali. "Inilah yang menurut saya masih kurang efektif untuk diluncurkan kepada masyarakat," kata Tri Yunis. "Tambah lagi harganya yang mahal. Sekali suntik bisa mencapai seratus hingga dua ratus lima puluh ribu," ujarnya.

Karena itu, mencegah demam berdarah harus dilakukan secara personal dengan memberantas sarang nyamuk atau pemberian insektisida, seperti fogging fokus (pengasapan di daerah pembawa virus dengue), penggunaan obat nyamuk semprot, bakar atau elektrik, dan penggunaan lotion anti nyamuk. "Semua ini lebih murah dan tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak," kata Tri Yunis.

Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Fatmawati, Gustan Sayhri A.M., menyatakan hingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue penyebab demam berdarah. "Karena sifat virus itu kan memang menjadi parasit dalam tubuh manusia dan akan menjadi kambuh lagi bila sudah ketemu pemicunya dari luar," kata Gustan pada kesempatan yang sama. Karena itu, pencegahan sangat penting. "Jangan sampai kena lagi karena akan makin memperparah," ujarnya.

Menurut Gustan, dari seluruh tipe virus dengue yang ada (1,2,3 dan 4), yang paling berbahaya adalah virus dengue 3. Namun, Gustan menegaskan, virus dengue tidak mematikan. "Yang mematikan apabila terjadi komplikasi dengan penyakit lain, pendarahan masif misalnya," kata Gustan. Satu-satunya cara untuk melawan penyakit ini adalah melewati masa kritis, biasanya 3-4 hari setelah digigit dengan cara banyak minum air putih dan mengkonsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan trombosit.

CHETA NILAWATY

Baca Berita Tempo Lainnya
Makian Eza ke Ardina Rasti Dibacakan di Sidang

Eza Gionino Jalani Sidang Perdana

BCL Terharu Mengingat Raffi Ahmad

Diego Michiels Disunat

Adi Bing Slamet Diminta Fokus Soal Eyang Subur


Topik terhangat:

Partai Demokrat
| Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

4 jam lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

4 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

11 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

13 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

13 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

20 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

22 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

22 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

22 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

23 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya