Pap Smear Gratis Dapat Cegah Kanker Serviks  

Reporter

Rabu, 17 September 2014 03:56 WIB

Sebuah alat Pap Smear (kanan bawah), alat untuk memeriksa leher rahim model konvensional dan model cair berada di ruang pajang di Museum Kanker Indonesia di Surabaya, (31/10). TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Senyum terkembang di wajah Ratih Nur Cahyani saat dia keluar dari ruang poli kulit dan kelamin di Rumah Sakit Yasmin, Banyuwangi, dua pekan lalu. "Ternyata kamu benar, tidak sakit," kata dia, kepada sahabatnya, Rudia Hartiningsih. "Prosesnya juga cepat."

Ini merupakan pertama kalinya Ratih, 46 tahun, menjalani Pap smear, (Baca: Sepertiga Wanita Usia 20-an Lewatkan Pap Smear) pemeriksaan potensi kanker di leher rahim atau serviks. Dia diajak Rudia karena sama-sama berada di usia rawan kanker serviks. Rudia pertama kali melakoni pemeriksaan tersebut sepuluh tahun lalu. Namun dia enggan mengulanginya karena masalah biaya. Padahal, dokter menyarankannya agar diperiksa setahun sekali.

Rudia baru kembali memeriksakan leher rahimnya pada bulan lalu, saat membaca brosur Pap smear gratis bagi pemegang kartu Jaminan Kesehatan Nasional. Dia lalu mengajak teman-temannya, termasuk Ratih.

RS Yasmin dipadati pasien yang berniat sama. Agus Rianto, manajer pemasaran di rumah sakit swasta tersebut, mengatakan terjadi kenaikan jumlah pasien dua kali lipat setelah adanya peniadaan biaya bagi pemilik kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Juli lalu. “Tadinya hanya satu-dua, jadi dua-lima pasien per hari. Dalam satu bulan bisa seratus pasien," ujarnya.

Menurut Agus, layanan Pap smear gratis mengubah pola pikir perempuan. Sebelumnya, dia melanjutkan, pasien hanya memeriksakan diri bila muncul gejala seperti keputihan dan perdarahan. Hal itu berbahaya karena rata-rata pasien sudah mengidap kanker leher rahim (Baca: Setiap Jam Perempuan Indonesia Meninggal Karena Kanker Serviks) stadium lanjut. "Sekarang lebih baik karena mereka datang murni sebagai bentuk pencegahan," katanya. Dia mengklaim pemeriksaan itu tidak menyakitkan dan hanya butuh dua menit. Untuk sekali periksa, mereka dikutip biaya Rp 89 ribu.

Tempo pun menjajal tes ini. Di kamar poli, saya berbaring dengan posisi kedua kaki tertopang sandaran besi, serupa posisi bersalin. Perawat kemudian mengoleskan gel, lalu membuka vagina dengan alat yang disebut speculum alias cocor bebek. Ketika leher rahim terlihat, dimasukkan lagi semacam sikat halus untuk mengambil lendirnya. Lendir kemudian dioleskan pada kaca obyek untuk dianalisis di laboratorium. Benar, proses itu kelar dalam dua menit.

Chohari, Kepala Unit Manajemen Kesehatan Primer BPJS Banyuwangi, mengatakan baru ada 141 hasil Pap smear dari pemeriksaan pada Juli dan Agustus lalu di wilayahnya. Menurut dia, butuh waktu dua pekan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan dari laboratorium yang berada di Surabaya. Kabar baiknya, "Tidak ditemukan perempuan yang positif mengidap kanker leher rahim," kata dia, akhir pekan lalu. "Sebagian kecil, sekitar 5 persen, ditemukan kasus inflamasi atau iritasi sel akibat infeksi."

Di Yogyakarta, penyelenggara BPJS bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk memeriksa leher rahim 5.000 perempuan sampai akhir 2014. Target tersebut tergolong tinggi lantaran Yogyakarta merupakan daerah dengan prevalensi kanker tertinggi secara nasional, yaitu 4,1 persen; diikuti Jawa Tengah 2,1 persen; dan Bali 2 persen. "Paling banyak kanker serviks dan payudara," (Baca: Tidak Perlu Malu Periksa Serviks) kata Andayani Budi Lestari, Kepala BPJS Kesehatan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

BPJS dan YKI menjemput bola dan mulai menghubungi Dharma Wanita serta menemui perempuan pedagang di pasar-pasar tradisional. Label gratis tidak serta-merta membuat perempuan memeriksakan diri. "Karena ada mitos, kalau kena kanker pasti mati," kata Sunarsih Sutaryo, Wakil Ketua YKI Yogyakarta. "Makanya mereka takut."

REZA MAULANA | IKA NINGTYAS | PITO AGUSTIN RUDIANA

Terpopuler

Tetap Konsisten Berbagi Nasi Bungkus

Komunitas Andalkan Kerendahan Nurani

Sosok Penting Si Ahli Kreativitas Louis Vuitton

Dihina Gemuk, Bobot Penderita Obesitas Bertambah






Berita terkait

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

18 jam lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

3 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

3 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

6 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

9 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

11 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

13 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

16 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

17 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya