Menangkal Kanker dengan Teh Hijau Lokal

Reporter

Editor

Isma Savitri

Senin, 5 Januari 2015 14:50 WIB

Ilustrasi teh hijau. TEMPO/Charisma Adristy

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2007, Andriani Primardiana divonis menderita kanker paru-paru stadium metastatis. Artinya, sel-sel kanker telah menjalar ke jaringan atau organ tubuh di sekitarnya. Harapan untuk mengobatinya juga pupus. "Sudah enggak bisa diapa-apakan. Saya juga alergi kemoterapi, jadi suami saya tidak memperbolehkan saya menjalaninya," ujar perempuan 48 tahun ini, pekan lalu.

Suaminya, Prof Dr Djoko Purwanto Apt MSi, saat itu berada di Jepang untuk menjalani penelitian teh hijau untuk mencegah dan mengobati kanker. Djoko menjadikan istrinya sebagai obyek penelitian pribadi. Djoko sebenarnya telah meneliti teh sejak 1996, sehingga ia dijuluki "Profesor Teh" di lingkungan kampusnya, Universitas Airlangga, Surabaya. (baca juga: Terapi Target, Metode Baru Obati Kanker)

"Teh itu memiliki komponen aktif bernama Epigallocatechin gallate (EGCG) yang bersifat antioksidan, bisa menyembuhkan kanker," ujarnya, Rabu lalu. EGCG terbukti secara ilmiah memiliki kemampuan aktif memerangi penyakit. Sifat antioksidan teh bahkan 100 kali lebih tinggi dibanding vitamin C atau 25 kali lipat dibanding vitamin E.

Ia menyebutkan ada empat jenis teh yang dikenal, yakni teh hijau, pu-erh, oolong, dan teh hitam. “Di antara keempat ini, yang paling tinggi kadar EGCG-nya adalah green tea,” katanya. Karena itu, kosenstrasi penelitian Djoko ada pada jenis ini, khususnya yang asli Indonesia. Keunggulan teh lokal ialah kadar EGCG-nya yang lebih besar sekitar 7 persen dibanding teh hijau varietas unggulan Jepang.

Oleh Djoko, Andriani diwajibkan meminum seduhan teh hijau tiga kali dalam sehari. "Aturannya, satu sendok teh hijau diseduh ke dalam 200 cc air putih," katanya. Ia juga diminta mengkonsumsi kapsul ekstrak teh hijau penelitian suaminya. Ekstrak dalam dosis tinggi itu diberikan dengan pertimbangan sel-sel kanker dalam tubuh Andriani telah menjalar. "Saya diberi dosis kelipatan dari tikus uji coba penelitian suami saya."

Kesabaran keduanya lantas membuahkan hasil. Perlahan-lahan, sel kanker Andriani mengecil. Hingga kini Andriani dinyatakan telah terbebas dari sel-sel kanker jahat di tubuhnya. Saat pemeriksaan rutin pada Oktober lalu, dalam tes carcinoembryonic antigen, sel-selnya dinyatakan telah normal. Keberhasilan ini diakui oleh Djoko.

Bersama rekan-rekannya di Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, Djoko berupaya membuat ekstrak teh hijau dalam bentuk obat tradisional. "Nanti produk khusus teh hijau ini berupa serbuk untuk diminum dan dilarutkan seperti teh," ujarnya. Bedanya dengan teh hijau di pasaran, teh itu kandungan EGCG-nya akan diperkaya. (baca juga: Kekuatan Nutrisi Atasi Kanker)

ARTIKA RACHMI FARMITA

Terpopuler:
Empat Gejala Kanker pada Perempuan
Kenali Gangguan Ruam Bayi Anda
Sepanjang 2014, Kejahatan Terhadap Anak Meningkat
Obat Tulang, Tekan Risiko Kanker
Masakan Rumahan di Galeri Seni Kolonial











Advertising
Advertising

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 jam lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

2 hari lalu

Alasan Sosiolog Unair Sebut Penarikan Vaksin AstraZeneca Bisa Memicu Kecemasan Publik

Peneliti Unair menilai penarikan vaksin AstraZeneca dari pasar akan memicu pro dan kontra. Masyarakat bisa ragu terhadap program vaksinasi nasional.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

4 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

11 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

13 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

13 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Sebanyak 14.516 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK 2024 di Unair, Simak Sistem Baru Penilaiannya

16 hari lalu

Sebanyak 14.516 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK 2024 di Unair, Simak Sistem Baru Penilaiannya

Universitas Airlangga mulai menggelar gelombang pertama UTBK 2024. Penyelenggara tes mengingatkan sistem baru pembobotan dalam nilai UTBK.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

20 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

21 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

22 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya