Pengobatan Efektif Bell's Palsy  

Reporter

Senin, 9 Maret 2015 19:47 WIB

Ilustrasi Sakit Masuk Angin. (dream.co.id)

TEMPO.CO, Jakarta - Bell's palsy adalah kelumpuhan karena radang yang menyerang serabut saraf tepi wajah atau saraf kranial ketujuh (CN-VII). Saraf ini juga dikenal sebagai saraf ekspresi wajah. Peradangan itu menekan dan mendesak saraf, sehingga ekspresi muka menjadi sulit diatur.

Adalah Rano Karno, pelaksana tugas Gubernur Banten, yang sempat mengalami kesulitan bicara dan separuh wajahnya kaku akibat serangan Bell's palsy selama sepuluh hari. Menurut dokter Hermawan Suryadi, dokter ahli saraf dan anti penuaan, Bell's palsy muncul jika terjadi peradangan akibat infeksi virus.

Dan kelompok yang berisiko tinggi di antaranya perempuan dan perempuan hamil, berusia tua, dan penderita immuno compromise—orang yang daya tahan tubuhnya menurun—seperti pengidap AIDS, serta orang yang menjalani kemoterapi dan radioterapi.

Menurut dokter Hermawan, kunci penanganannya, adalah waktu pengobatan. “Minimal tiga hari setelah serangan, agar pengobatan lebih efektif, jangan lebih dari lima hari," katanya. Risiko serangan bertambah parah meningkat pada orang yang berpotensi mengidap stroke, seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, atau obesitas.

Hermawan menambahkan, jika tak ditangani dengan benar, serangan itu bisa menimbulkan cacat yang mengganggu kepercayaan diri. Untuk mencegah serangan dan serangan ulang, menjalankan gaya hidup sehat adalah satu-satunya jawaban.

Setengah dari pasien Bell's palsy bisa sembuh sendiri, di antaranya dengan beristirahat, mengatasi stres, dan berlatih dengan cermin. Separuh lagi tidak bisa sembuh dan membutuhkan terapi medis selama satu atau dua minggu.

Menurut spesialis rehabilitasi medik dari Winlab, dokter Sandra Sp.RM, tanda serangan Bell's palsy adalah rasa nyeri di bagian samping telinga—bisa di bagian depan, belakang, atau di bagian belakang kepala—beberapa jam sebelum otot wajah lumpuh.

Selain itu, menurut Sandra, suara penderita terdengar lebih keras pada telinga sisi yang lumpuh. Ada juga gejala ringan berupa kesemutan di sekitar bibir, mata menjadi kering, serta cepat merasa berat. Penderita juga sering merasa pusing.

Penderita Bell's palsy biasanya diberi obat-obatan berupa kortikosteroid dan antivirus. Penelitian pada pemakaian kombinasi antivirus dan kortikosteroid menunjukkan bahwa kesembuhan bisa 100 persen jika diminum segera setelah kejadian.

"Waktu penyembuhan bisa beberapa hari hingga beberapa bulan, bergantung pada sejauh mana kerusakan pada saraf ketujuh," kata Sandra. Biasanya kesembuhan sempurna memerlukan waktu 3-6 pekan.

CHETA NILAWATY| HP | PDAT | ANTARA

Berita terkait

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

2 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

8 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

10 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

11 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

18 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

19 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

19 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

20 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

20 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

20 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya