Gubernur Provinsi Banten Rano Karno saat acara #ngopidikantor "Arabica Malabar Fully Wash" di Gedung Tempo Media Grup Jalan Pal Merah, Jakarta, 24 Januari 2017. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta -Sebagai pimpinan daerah menggunakan pakaian khas adat jadi sebuah cara untuk mengenalkan tradisi. Hal tersebut coba ditunjukkan Gubernur Banten Rano Karno saat mengunjungi kantor Tempo di kawasan Palmerah Barat, Selasa 24 Januari 2017. "Ini karena kunjungan jadi pakai pakaian ini," ujar Rano.
Rano datang menggunakan baju kampret berwarna hitam. Yaitu atasan dan celana bahan dengan model disain baju terbelah, lengkap dengan kantong di bagian depan. Baju yang ia gunakan ini merupakan pakaian khas masyarakat Baduy luar.
Rano Karno menyebutkan bahwa biasanya pakaian itu digunakan saat ada seba Baduy, yaitu ritual berjalan kaki yang ditempuh masyarakat Baduy ke luar kawasan tinggal mereka.
"Biasanya kami juga menggunakan saat ada seba Baduy. Kunjungan masyarakat Baduy ke pemerintahan kota atau Gubernur. Kami juga pakai saat menyambut kedatangan mereka," tuturnya lagi.
Rano juga menyebutkan tak ada keharusan bagi para pegawai pemerintahan Banten untuk menggunakan pakaian khas semacam itu. Menurutnya para pegawai cukup menggenakan batik di hari tertentu saja. Hal ini memang cukup berbeda dengan kebiasaan di beberapa daerah seperti misalnya Bandung.
Pemerintahan dibawah Ridwan Kamil ini menerapkan program Rebo Nyunda. Ini jadi kegiatan mingguan di Kota Bandung yang bertujuan melestarikan salah satu budaya lokal yang berkembang di Jawa Barat. Pada Rabu seluruh warga Kota Bandung, secara khusus Pegawai Negeri Sipil, diwajibkan memakai pakaian daerah khas Sunda juga dihimbau menggunakan Bahasa Sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain.