Mengatasi Hipotermia Saat Mendaki Gunung  

Reporter

Rabu, 25 Januari 2017 17:13 WIB

Pendaki bersantai di puncak Gunung Arjuno, Pasuruan, Jawa Timur, 24 April 2016. Gunung Arjuno memiliki ketinggian 3.339 m dpl. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi yang menewaskan tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) setelah mengikuti pendidikan dasar Mapala UII masih terus diusut. Apa pun hasilnya, kegiatan alam bebas tampaknya masih akan terus berdenyut. Juga kegiatan pendakian gunung yang kian hari makin banyak peminatnya.

Baca juga:
Ini yang Harus Anda Siapkan Sebelum Mendaki Gunung
Trekking Asyik Curug Bidadari-Gunung Pancar
Aktivitas Meningkat, Jalur Pendakian Gunung Dukono

Salah satu yang perlu menjadi perhatian dalam kegiatan pendakian gunung, adalah kemungkinan terjadinya serangan hipotermia. Merujuk ke berbagai artikel, hipotermia adalah kondisi darurat medis saat tubuh gagal mengembalikan suhu panas tubuh karena rendahnya suhu lingkungan. Ini menyebabkan suhu tubuh seseorang turun drastis.

Dokter spesialis kedokteran olahraga, Michael Triangto, mengatakan hipotermia adalah suatu keadaan yang harus dihadapi saat mendaki gunung. "Tidak bisa dicegah, tapi bisa dilawan dengan baju dingin beberapa lapis dan tidak memberatkan," kata Michael kepada Tempo, Rabu, 25 Januari 2017.

Michael menjelaskan, untuk melawan hipotermia setiap pendaki disarankan melakukan aklimatisasi atau penyesuaian tubuh terhadap sesuatu yang ada di ketinggian. "Mulai mendaki dari gunung yang lebih rendah, berlatih, baru kemudian di gunung yang tinggi," ujarnya.

Pendaki sebaiknya juga dapat mengatur metabolisme tubuh dengan meminum air yang cukup. "Jangan sampai dehidrasi, karena tanpa disadari buang air kecil yang banyak atau sering dapat membuat dehidrasi," kata dia.

Sebab, Michael melanjutkan, saat dehidrasi di ketinggian akan mengalami penipisan oksigen. Hal ini akan membuat seseorang kesulitan bernapas. "Gejala yang dialaminya seperti pusing dan sakit kepala."

Cara lain menghadapi hipotermia adalah dengan berlatih di tempat yang tinggi, misalnya joging atau berlari. Hal itu akan menghasilkan sel darah merah yang lebih banyak. Sel darah merah ini nantinya yang akan mengikat oksigen. "Karena saat di ketinggian, oksigen yang tipis pasti terjadi," ujarnya.

Menurut Michael, orang yang tinggal di ketinggian akan memiliki hemoglobin tinggi. "Mereka sudah terbiasa,” kata dia. Sedangkan orang yang hidup di dataran rendah sel darah merahnya lebih sedikit, sehingga mereka perlu aklimatisasi setiap akan naik gunung.

Udara atau oksigen yang tipis, Michael menjelaskan akan membuat denyut jantung lebih cepat. Hal ini akan berbahaya jika ditambah hipotermia. "Ujung jari akan menjadi sangat beku dan bisa diamputasi."

Jika sudah berada di puncak gunung, sebaiknya pendaki tidak berlama-lama berada di sana. “Oksigennya tipis,” kata dia. Jadi, "Setelah selesai (sampai di atas) sebaiknya langsung turun lagi. Umumnya begitu, tidak lama-lama," ujarnya.

AFRILIA SURYANIS

Berita terkait

5 Syarat Naik Gunung Rinjani dan Cara Daftar Pendakiannya

23 hari lalu

5 Syarat Naik Gunung Rinjani dan Cara Daftar Pendakiannya

Untuk mendaki Gunung Rinjani ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Berikut ini beberapa syarat naik gunung Rinjani.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

2 Maret 2024

6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong.

Baca Selengkapnya

4 Dampak Erupsi Gunung Marapi, Termasuk Menewaskan 23 Pendaki Gunung

18 Desember 2023

4 Dampak Erupsi Gunung Marapi, Termasuk Menewaskan 23 Pendaki Gunung

Erupsi Gunung Marapi bawa dampak buruk bagi masyarakat. Ditemukan 23 jenazah pendaki gunung, banjir di beberapa titik sungai, dan lainnya

Baca Selengkapnya

29 Pendaki Korban Gunung Marapi Asal Riau, 3 Tewas, Mahasiswa Unri dan UIR

6 Desember 2023

29 Pendaki Korban Gunung Marapi Asal Riau, 3 Tewas, Mahasiswa Unri dan UIR

Sebanyak tiga dari 29 orang pendaki asal Provinsi Riau meninggal dunia akibat terdampak erupsi Gunung Marapi (2.982 mdpl) yang terjadi pada Minggu.

Baca Selengkapnya

Update Korban Erupsi Gunung Marapi, 18 Meninggal Dunia

6 Desember 2023

Update Korban Erupsi Gunung Marapi, 18 Meninggal Dunia

Informasi terbaru tentang erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat yang menyebabkan sejumlah pendaki terjebak dan mengakibatkan korban jiwa.

Baca Selengkapnya

10 Pendaki Terjebak Erupsi Marapi Masih Dalam Proses Pencarian

5 Desember 2023

10 Pendaki Terjebak Erupsi Marapi Masih Dalam Proses Pencarian

Erupsi Marapi yang masih terus berlangsung jadi kendala bagi tim SAR gabungan.

Baca Selengkapnya

Tim SAR Gabungan Belum Temukan 12 Pendaki yang Terjebak Erupsi Gunung Marapi

4 Desember 2023

Tim SAR Gabungan Belum Temukan 12 Pendaki yang Terjebak Erupsi Gunung Marapi

Masih ada 8 orang para pendaki lagi yang masih dalam tahap evakuasi. Delapan orang tersebut berada di kawasan Puncak Gunung Marapi.

Baca Selengkapnya

26 Pendaki Gunung Marapi yang Meletus Masih dalam Proses Evakuasi

4 Desember 2023

26 Pendaki Gunung Marapi yang Meletus Masih dalam Proses Evakuasi

Puluhan pendaki gunung yang terjebak erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat masih dalam proses pencarian.

Baca Selengkapnya

Media Asing Beritakan Meletusnya Gunung Marapi, 11 Pendaki Tewas 12 Hilang

4 Desember 2023

Media Asing Beritakan Meletusnya Gunung Marapi, 11 Pendaki Tewas 12 Hilang

Tim penyelamat Indonesia telah menemukan mayat 11 pendaki setelah letusan Gunung Marapi di Sumatera Barat.

Baca Selengkapnya

7 Fakta Menarik Gunung Lawu, Ada Warung Paling Tinggi

17 November 2023

7 Fakta Menarik Gunung Lawu, Ada Warung Paling Tinggi

Gunung Lawu bisa dibilang menjadi destinasi favorit bagi pendaki dengan ketinggian 3.265 meter. Ketahui beberapa fakta menarik Gunung Lawu berikut.

Baca Selengkapnya