Ternyata, Sindrom Baby Blues Juga Menimpa pada Si Ayah

Reporter

Rabu, 1 Februari 2017 23:03 WIB

Ilustrasi pria baby blues. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta -Kata siapa pria tidak pernah menangis? Ya seorang ayah atau laki-laki, setelah kelahiran anak sangat mungkin juga merasakan stres. Pada ibu baru, baby blues biasanya terdeteksi dalam rentang waktu satu tahun kelahiran anak. Sementara pada ayah, sebanyak 1 dari 4 orang merasakan hal serupa. Beberapa tanda si ayah mengalami baby blues adalah depresi yaitu menurunnya minat pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak berharga, dan seperti kehilangan energi.

Dalam sebuah studi di Inggris yang dilakukan Jane Iles, Pauline Slade, dan Helen Spiby dari Universitas Sheffield mengungkap sebuah fakta menarik. Gejala stres nyatanya serupa antara pihak wanita dan laki-laki setelah kelahiran anak. Gejala akut pada laki-laki sering diikuti pasangan mereka atau malah terjadi secara bersamaan. Lalu, baik wanita maupun laki-laki merasakan stres lebih tinggi saat tidak mendapat dukungan memadai dari pasangan.

Berbeda dengan wanita, laki-laki tidak terlalu terbiasa memperlihatkan perasaannya. Terlebih ketika mereka merasa punya masalah. Seorang wanita yang baru melahirkan dan lalu merasa stres, akan mudah saja untuk merajuk, mengeluh, atau bahkan menangis. Sedangkan laki-laki, saat mengalami hal yang sama, paling bagus hanya bisa terdiam.

“Laki-laki biasanya merespons depresi dengan cara mengisolasi diri atau malah bersikap agresif,” ungkap Sherri Melrose, asisten profesor dari Pusat Studi Perawatan dan Kesehatan di Universitas Athabasca, Kanada.

Sherri menjelaskan kecemasan dan kemarahan berlebih meliputi pikiran para suami. Dalam catatan Melrose, beberapa orang mungkin beralih menjadi pelaku kekerasan, menghindari tanggung jawab keluarga, hingga berselingkuh atas nama mengatasi depresi.

Laki-laki tidak menginginkan bantuan psikolog, karena bagi kebanyakan kaum Adam mengakui memiliki masalah adalah sesuatu yang terasa hina, memalukan, tidak boleh dilakukan. Seorang istri yang mengetahui suaminya depresi pun tidak perlu repot-repot meminta bantuan ahli atau psikolog untuk membantunya mengatasi masalah. Tidak perlu, karena mereka tidak menginginkannya.

Akan tetapi, pengalaman Kevin Shafer, seorang asisten profesor bidang social work di Universitas Brigham Young, Amerika Serikat, yang pernah mengalami baby blues, bisa menjadi bahan referensi. Seperti mengutip dalam artikel U.S. News yang berjudul “When Men Get the Baby Blues”. Shafer memaparkan.

"Banyak-banyaklah mengobrol dengan sesama laki-laki, namun yang sudah lebih dulu menjadi ayah sebaiknya belajar satu hal. Seperti yang saya lakukan, bahwa aneh memang bagi laki-laki untuk curhat, tapi setelah melakukannya, sungguh sangat membantu,” ungkap Shafer panjang lebar.

Kemudian Shafer juga menyarankan supaya ambil cuti kerja saat si kecil lahir. Menurut Shafer usahakan mengambil libur satu minggu penuh dan selalu berusaha untuk datang lebih siang ke kantor atau pulang lebih cepat selama enam bulan pertama kelahiran.

“Banyak ayah ingin bisa dan punya waktu untuk bonding dengan anaknya, sama seperti ibu. Dan ternyata ini bisa membantu mengatasi depresi dan stres,” kata Shafer.

Terakhir ujar Shafer, si ibu harus percaya dan memberi waktu agar ayah dan anak bisa berduaan saja.

“Laki-laki bisa membangun hubungan lebih baik dengan anak dan bisa lebih terlibat dengan urusan keluarga saat ibu tidak ada di rumah,” ujar Shafer.

TABLOIDBINTANG.COM


Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

6 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

12 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

14 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

14 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

22 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

23 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

23 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

24 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

24 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya