Overdosis Olahraga Bikin Sperma Tak Gesit Lagi

Reporter

Editor

Susandijani

Selasa, 21 Maret 2017 14:50 WIB

Ilustrasi Pria bermain Tenis. hhswim.com

TEMPO.CO, Jakarta -Perkara berkurangnya kesuburan pada perempuan pernah diteliti oleh peneliti asal Amerika Serikat dan Denmark. Mereka mengikuti aktivitas fisik dan kesuburan ribuan perempuan Denmark. ”Penelitian menyimpulkan olahraga keras dan berlebihan sangat berkaitan dengan penurunan tingkat kesuburan perempuan yang berat badannya normal,” kata Lauren Wise, profesor epidemiologi di Boston University School of Public Health, seperti dikutip WebMD. (Baca :Olahraga Berlebih Ganggu Kesuburan, Begini Penjelasannya)

Menurut Wise, hasil penelitiannya mengindikasikan, aktivitas fisik apa pun bisa membantu meningkatkan kesuburan perempuan dengan berat badan berlebih. Namun, bagi perempuan dengan berat badan normal, berolahraga selama lima jam atau lebih dalam seminggu mengurangi kemungkinan hamil 42 persen setiap bulan dibanding wanita yang tak berolahraga sama sekali. Semakin berat olahraganya, kemungkinan terjadi pembuahan dan kehamilan semakin tipis.

Penelitian lain menunjukkan, atlet perempuan yang berolahraga sangat keras umumnya mengalami siklus menstruasi yang tak teratur dan ovulasinya berkurang. Siklus menstruasi juga terlambat.

Selanjutnya : Bagaimana efeknya pada pria?
<!--more-->

Efek yang sama berlaku pada kaum Adam. Dokter spesialis andrologi Johannes Soedjono mengatakan olahraga berlebihan bisa menyebabkan tiga masalah pada pria, yakni meningkatnya kortisol (hormon stres), produksi hormon pria alias testosteron menurun, dan terbentuknya radikal bebas. ”Dua hal terakhir inilah yang berkaitan dengan kesuburan,” ujarnya. (Baca :5 Racun di Tempat Kerja Ini Bisa Pengaruhi Mental dan Emosi)

Terbentuknya radikal bebas diyakini bisa menyebabkan sperma rusak sehingga bentuknya tak normal. Akibatnya, gerakan sperma tak gesit. Padahal sperma harus berenang lincah untuk menuju sel telur sehingga bisa terjadi proses pembuahan.

Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan berpendapat sama. Menurut dia, olahraga berlebihan bisa memicu stres oksidatif sehingga radikal bebas yang diproduksi semakin banyak. Dampaknya, tubuh makin membutuhkan antioksidan untuk melawan. ”Radikal bebas ini yang mempengaruhi kadar testosteron lelaki,” ucapnya.

Nugroho menuturkan, seorang pasiennya pernah mengalami hal itu. Saat datang, pasien yang berprofesi sebagai aktor itu mengeluh karena sulit memiliki anak. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar testosteronnya sangat rendah. Padahal gaya hidupnya sehat, rajin berolahraga, dan umurnya masih muda. Ternyata, setelah konsultasi, diketahui sang pasien kebanyakan berolahraga. ”Berolahraga sampai empat jam dalam satu sesi itu overtraining,” ujarnya. (baca :Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma

Untuk kaum pria, banyak penelitian sudah membuktikan kelebihan berolahraga bisa menurunkan produksi testosteron. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Medicine & Science in Sports & Exercise, Februari lalu, menyebutkan olahraga berlebihan juga bisa mengacaukan hormon sehingga membuat gairah bercinta berkurang.

Studi yang dilakukan University of South Carolina ini melibatkan 1.100 pria yang berolahraga layaknya atlet. Mereka dibagi berdasarkan frekuensi olahraga, intensitas latihan, dan tingkat gairah seksnya. Hasilnya, pria yang berolahraga ringan memiliki gairah lebih tinggi dibandingkan dengan yang berolahraga lebih lama dan berat. Sedangkan pria yang berolahraga berat terlalu lelah atau tak tertarik pada seks.

Menurut Johannes Soedjono, olahraga berlebihan dapat membuat jumlah sperma berkurang separuhnya dalam waktu tiga bulan. Pengurangan jumlah ini sebenarnya tak bermasalah jika masih memenuhi kuota. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 menyebutkan standar konsentrasi sperma pria berjumlah 15 juta. ”Enggak jadi masalah kalau berkurang separuhnya, asalkan masih berkisar 15 juta,” katanya.

ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA), NUR ALFIYAH

Baca juga :
5 Racun di Tempat Kerja Ini Bisa Pengaruhi Mental dan Emosi
Baru, Parfum Wangi Leher Kucing, Seperti Apa Baunya?



Berita terkait

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

53 hari lalu

Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.

Baca Selengkapnya

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

55 hari lalu

Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.

Baca Selengkapnya

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

21 Januari 2024

7 Sumber Konflik Pernikahan Menurut Konselor

Konselor pernikahan memaparkan tujuh sumber konflik dalam rumah tangga. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?

Baca Selengkapnya

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

20 Juni 2023

Alasan Perlunya Sosialisasi Kesehatan Reproduksi pada Orang Tua dan Anak

Pendidikan kesehatan reproduksi tak hanya diberikan di sekolah. Orang tua juga perlu memberikan edukasi tentang hal tersebut kepada anak.

Baca Selengkapnya

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

1 Mei 2023

Cegah Seks Bebas, Pentingnya Remaja Putri Pahami Kesehatan Reproduksi

Remaja putri perlu menjaga kesehatan reproduksi dan menghindari seks bebas untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, kehamilan di luar nikah.

Baca Selengkapnya

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

15 April 2023

Perlunya Peran Orang Tua Edukasi Anak Perempuan Kesehatan Reproduksi

Orang tua harus bisa menjadi sumber pengetahuan utama bagi anak perempuan tentang masalah kesehatan reproduksi, terutama jika sudah menstruasi.

Baca Selengkapnya

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

9 Januari 2023

Perlunya Pendidikan Seks sejak Dini untuk Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual

Pemerhati anak mengatakan pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari kejahatan seksual. Bagaimana caranya?

Baca Selengkapnya

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

3 Desember 2022

CISDI Kritik Pasal Pidana soal Alat Kontrasepsi di RKUHP: Beri Dampak Buruk

CISDI menyampaikan kritik atas dua pasal kesehatan di Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).

Baca Selengkapnya

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

25 Agustus 2022

Berapa Lama Terjadi Kehamilan setelah Bercinta?

Kesehatan umum dan reproduksi juga berperan dalam menentukan apakah kehamilan bisa terjadi dengan cepat atau tidak.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

28 Juni 2022

Pentingnya Persiapan Pasangan sebelum Menikah demi Kesehatan Reproduksi

Persiapan untuk berkeluarga perlu dimulai sejak memasuki usia remaja. Salah satu tujuannya menjaga kesehatan reproduksi kelak.

Baca Selengkapnya