TEMPO.CO, Jakarta -Perkara berkurangnya kesuburan pada perempuan pernah diteliti oleh peneliti asal Amerika Serikat dan Denmark. Mereka mengikuti aktivitas fisik dan kesuburan ribuan perempuan Denmark. ”Penelitian menyimpulkan olahraga keras dan berlebihan sangat berkaitan dengan penurunan tingkat kesuburan perempuan yang berat badannya normal,” kata Lauren Wise, profesor epidemiologi di Boston University School of Public Health, seperti dikutip WebMD. (Baca :Olahraga Berlebih Ganggu Kesuburan, Begini Penjelasannya)
Menurut Wise, hasil penelitiannya mengindikasikan, aktivitas fisik apa pun bisa membantu meningkatkan kesuburan perempuan dengan berat badan berlebih. Namun, bagi perempuan dengan berat badan normal, berolahraga selama lima jam atau lebih dalam seminggu mengurangi kemungkinan hamil 42 persen setiap bulan dibanding wanita yang tak berolahraga sama sekali. Semakin berat olahraganya, kemungkinan terjadi pembuahan dan kehamilan semakin tipis.
Penelitian lain menunjukkan, atlet perempuan yang berolahraga sangat keras umumnya mengalami siklus menstruasi yang tak teratur dan ovulasinya berkurang. Siklus menstruasi juga terlambat.
Selanjutnya : Bagaimana efeknya pada pria?
<!--more-->
Efek yang sama berlaku pada kaum Adam. Dokter spesialis andrologi Johannes Soedjono mengatakan olahraga berlebihan bisa menyebabkan tiga masalah pada pria, yakni meningkatnya kortisol (hormon stres), produksi hormon pria alias testosteron menurun, dan terbentuknya radikal bebas. ”Dua hal terakhir inilah yang berkaitan dengan kesuburan,” ujarnya. (Baca :5 Racun di Tempat Kerja Ini Bisa Pengaruhi Mental dan Emosi)
Terbentuknya radikal bebas diyakini bisa menyebabkan sperma rusak sehingga bentuknya tak normal. Akibatnya, gerakan sperma tak gesit. Padahal sperma harus berenang lincah untuk menuju sel telur sehingga bisa terjadi proses pembuahan.
Dokter spesialis andrologi Nugroho Setiawan berpendapat sama. Menurut dia, olahraga berlebihan bisa memicu stres oksidatif sehingga radikal bebas yang diproduksi semakin banyak. Dampaknya, tubuh makin membutuhkan antioksidan untuk melawan. ”Radikal bebas ini yang mempengaruhi kadar testosteron lelaki,” ucapnya.
Nugroho menuturkan, seorang pasiennya pernah mengalami hal itu. Saat datang, pasien yang berprofesi sebagai aktor itu mengeluh karena sulit memiliki anak. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar testosteronnya sangat rendah. Padahal gaya hidupnya sehat, rajin berolahraga, dan umurnya masih muda. Ternyata, setelah konsultasi, diketahui sang pasien kebanyakan berolahraga. ”Berolahraga sampai empat jam dalam satu sesi itu overtraining,” ujarnya. (baca :Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma
Untuk kaum pria, banyak penelitian sudah membuktikan kelebihan berolahraga bisa menurunkan produksi testosteron. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Medicine & Science in Sports & Exercise, Februari lalu, menyebutkan olahraga berlebihan juga bisa mengacaukan hormon sehingga membuat gairah bercinta berkurang.
Studi yang dilakukan University of South Carolina ini melibatkan 1.100 pria yang berolahraga layaknya atlet. Mereka dibagi berdasarkan frekuensi olahraga, intensitas latihan, dan tingkat gairah seksnya. Hasilnya, pria yang berolahraga ringan memiliki gairah lebih tinggi dibandingkan dengan yang berolahraga lebih lama dan berat. Sedangkan pria yang berolahraga berat terlalu lelah atau tak tertarik pada seks.
Menurut Johannes Soedjono, olahraga berlebihan dapat membuat jumlah sperma berkurang separuhnya dalam waktu tiga bulan. Pengurangan jumlah ini sebenarnya tak bermasalah jika masih memenuhi kuota. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 menyebutkan standar konsentrasi sperma pria berjumlah 15 juta. ”Enggak jadi masalah kalau berkurang separuhnya, asalkan masih berkisar 15 juta,” katanya.
ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA), NUR ALFIYAH
Baca juga :
5 Racun di Tempat Kerja Ini Bisa Pengaruhi Mental dan Emosi
Baru, Parfum Wangi Leher Kucing, Seperti Apa Baunya?