TEMPO.CO, Jakarta – Menjadi instruktur senam tak selamanya menyehatkan badan. Ini yang dialami Ernie Pudji Rahayu, sekitar 10 tahun silam. Bukannya bugar, Ernie justru merasa amat kelelahan. ”Rasanya tiba-tiba lemas,” kata perempuan 44 tahun ini, Selasa pekan lalu, 14 Maret 2017.
Ernie juga punya problem lain. Keinginannya memiliki anak ketiga tak kunjung kesampaian sejak menjadi pelatih senam. Penyebabnya, menurut dokter yang memeriksanya, adalah olahraga yang berlebihan. Apalagi Ernie juga memiliki penyakit kista. (Baca: 5 Racun di Tempat Kerja Ini Bisa Pengaruhi Mental dan Emosi)
Dokter meminta Ernie beristirahat total (bed rest) sampai enam bulan dan mengobati kistanya. Saat kembali berlatih, perempuan asal Surabaya ini secara perlahan mengurangi porsi mengajar dan menggantinya dengan porsi yang lebih ringan. Ia kini mengajar hanya dua-tiga jam sehari dari semula lima jam.
Ernie merasakan saran dokter itu manjur. Setelah mengurangi olahraga dan menjalani pengobatan, ia hamil. ”Alhamdulillah, sekarang saya dikaruniai tiga anak,” ujarnya.
Berolahraga memang menyegarkan badan. Tapi, jika berlebihan justru akan mengurangi kesuburan. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Relly Yanuari Primariawan mengatakan aktivitas yang melelahkan tersebut dapat memicu gangguan keseimbangan hormon pada perempuan, terutama pada sistem pusat hormonal di otak. (Baca: Lebih Mahal, Vaksin Lebih Bagus? Ini Jawaban Bio Farma)
Menurut Relly, latihan berlebihan merupakan bentuk obsesi. Akibatnya, persepsi otak alias hypothalamus yang berperan memproduksi gonadotropin-releasing hormone (GnRH) terganggu. Padahal GnRH bertugas merangsang kelenjar hipofisis yang terletak di otak untuk memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). FSH berperan dalam proses pematangan sel telur di dalam indung telur, sedangkan LH bertugas merangsang pematangan sel telur dan mengatur proses pelepasannya serta pelepasan indung telur alias ovulasi.
Karena keseimbangannya terganggu, produksi FSH dan LH menjadi berkurang. Akibatnya, proses produksi sel telur yang matang oleh indung telur (ovarium) menjadi berantakan dan mengganggu siklus haid. ”Lama-lama haid tidak terjadi antara tiga bulan dan satu tahun,” tutur dokter yang berpraktek di Klinik Fertilitas Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, ini. (Baca: Gunakan 7 Jurus Ini Saat Flu Menyerang)
ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA) | NUR ALFIYAH