Mengintai Wanita Seperti Kanker Payudara, Waspadai Kanker Serviks

Reporter

Rabu, 12 April 2017 09:00 WIB

Julia Perez sakit kanker serviks stadium 4 (Tabloidbintang.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Ongkologi Ginekologi Andrijono mengatakan kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. "Melalui skrining, kanker serviks ditemukan pada 1 dari 1.000 perempuan," kata Andrijono dalam diskusi media di Jakarta, 11 April 2017.

Ketua Himpunan Ongkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini menjelaskan penyebab utama kanker serviks yakni infeksi HPV (Human Papilloma Virus). "Tidak hanya kanker serviks, HPV juga bisa menyebabkan kanker lain, seperti kanker mulut, nasofarink, vagina, penis dan anus," ujarnya.

Baca: Fakta Kanker Payudara yang Mengakhiri Hidup Renita Sukardi

Menurut Andrijono, pencegahan kanker serviks ada yang primer dan sekunder. "Pencegahan primer dengan vaksin, dan sekunder dengan skrining," katanya.

Namun, dia melanjutkan, cakupan skrining di Indonesia masih sangat rendah, yakni dengan IVA (inspeksi asam visual asetat) 3,5 persen dan pap smear 7,7 persen. "Karenanya kita perlu meloncat ke program vaksinasi. Kalau infeksi HPV bisa dicegah, kanker serviks bisa dicegah," tuturnya.

Andrijono menjelaskan, vaksin HPV berasal dari cangkang virus, bukan virus yang dilemahkan, sehingga tidak mungkin menyebabkan viremia (infeksi virus). "Jadi, vaksin ini melindungi dari kanker serviks sampai 70 persen. Karena 30 persennya lagi adalah antibodi," kata dia.

Menurut Andrijono, kabar yang menyebutkan bahwa vaksin HPV kuadrivalen atau mengandung 4 serotipe virus sudah tidak dipakai lagi di Amerika Serikat, itu bukan karena vaksin tersebut berbahaya. "Tapi, di Amerika itu sudah memakai vaksin yang baru yang mengandung 9 serotipe. Program vaksinasi (di Indonesia) masih menggunakan vaksin kuadrivalen (empat serotipe)".

Andrijono menegaskan, keamanan vaksin HPV telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Pada program vaksinasi di Jakarta tahun lalu, tidak ada keluhan efek samping, kecuali bengkak atau nyeri di lokasi suntikan. "Di seluruh dunia pun tidak ditemukan efek samping yang serius," ujarnya.

Menurutnya, dibandingkan skrining, vaksin jauh lebih efektif. Sebab, bila ditemukan lesi prakanker saat skrining, perlu dilakukan terapi, dan akan ada morbiditas yang terjadi.

Selain itu, bila lesi pra kanker sudah grade 3, rahim harus diangkat, sehingga perempuan tersebut tidak bisa punya anak lagi. "Sedangkan dengan vaksin, dengan 2-3 suntikan, sudah mendapat proteksi hingga 15 tahun," kata Andrijono.

Kepala Subdirektorat Imunisasi Kementerian Kesehatan Dr. Prima Yosephine mengatakan efektivitas skrining berbeda dengan vaksinasi HPV. "Skrining dilakukan pada perempuan yang sudah menikah, di mana sudah ada risiko, sehingga agak terlambat. Sedangkan vaksinasi kita berikan sedini mungkin sebelum ada paparan virus, jadi kita sudah menang selangkah," kata Prima.

AFRILIA SURYANIS

Berita terkait

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

5 jam lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

2 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

3 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

9 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

10 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

13 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

15 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

16 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya