Aplikasi Poligami, Pertarungan dalam Hukum dan Godaan  

Reporter

Editor

Susandijani

Selasa, 5 September 2017 15:30 WIB

Aplikasi secondwife.com

TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan berpoligami muncul pada bocah berusia 12 tahun saat melihat seorang pria berjalan dengan dua istrinya.

Peristiwa yang terjadi 22 tahun lalu itu dialami Azad Chaiwala, yang kini dikenal sebagai pendiri aplikasi poligami, SecondWife.com. Alasannya membuat aplikasi tersebut, karena diusianya 33 tahun dengan 2 anak dan tinggal di kota Sunderland, Inggris, keinginan memiliki istri kedua masih menganggunya. Begitu disebutkan dalam sebuah artikel dari laman Motherboard.

Dengan jadwal yang sibuk dan sedikit keberuntungan sendiri, Chaiwala memutuskan untuk membuat situs web untuk dirinya sendiri, dan pria lain seperti dia, mencari istri berikutnya. Baca:ReplyASAP, Solusi Komunikasi yang Jadi Mimpi Buruk Para Remaja

SecondWife.com, yang melayani secara eksklusif untuk umat Islam, diluncurkan pada November 2014. Situs ini memperoleh banyak respon, sehingga Chaiwala kemudian membuat lagi situs sejenis yaitu Polygamy.com pada Februari 2016. Polygamy.com dirancang untuk orang-orang non-Muslim yang ingin memasuki pernikahan poligami. Dengan lebih dari 100k pengguna gabungan di negara-negara di seluruh dunia (termasuk 2.000 pengguna aktif di Kanada), langkah terakhir Chaiwala adalah meluncurkan aplikasi Google Play untuk SecondWife.com, untuk membawa hak poligami ke ujung jari penggunanya.

Kedua situs tersebut memungkinkan pria untuk mencari banyak istri, tapi tidak sebaliknya.

Tentu saja, perkawinan ini tidak diakui secara hukum di Kanada, atau di banyak negara lain. Bagian 293 KUHP Kanada secara eksplisit melarang poligami, dan pelaku dapat menghadapi hukuman lima tahun penjara. Inggris dan AS memiliki undang-undang serupa.

Di Kanada, praktik ini ditolak secara luas: survei tahun 2005 menunjukkan hanya 4 persen orang Kanada yang menyetujui poligami. Dewan Wanita Muslim Kanada juga secara resmi mengambil posisi melawan poligami, yang menganggapnya "sangat berbahaya bagi perempuan dan anak-anak, karena struktur keluarga didasarkan pada nilai-nilai patriarki kesukuan." Baca:Keracunan Makanan, Satu Sebabnya Tangan Kotor, Simak Gejalanya

Tujuan SecondWife.com, menurut Chaiwala, adalah untuk membantu pria "baik" menyalurkan nafsu dan keinginan mereka kepada wanita dengan cara yang sehat dan jujur. "Masalah yang dimiliki manusia saat ini adalah ada terlalu banyak godaan," katanya kepada motherboardvice.

Kata Chaiwala, SecondWife.com bukan situs kencan. “Ini khusus untuk mereka yang berpikiran pernikahan dan mencari komitmen jangka panjang."

Chaiwala mengatakan bahwa 75 persen pengguna SecondWife adalah laki-laki, sementara 25 persen adalah wanita. Para wanita mencari perkawinan dengan seorang pria, menurut dia, dan bersedia untuk bertindak sebagai saudara atau rekannya kepada istri lainnya.

"Beberapa wanita menganggap poligami juga menarik karena mereka tidak ingin menjadi istri penuh waktu," Chaiwala mengklaim. "Mereka sibuk dengan karir atau anak-anak mereka."

Alliyah Brown, yang tinggal di London Inggris, adalah salah satu wanita tersebut. Chaiwala mengajaknya melakukan kontak dengan pekerja komunitas berusia 56 tahun dan pengguna SecondWife.com. Dia berpendapat bahwa poligami adalah pilihan yang baik bagi wanita independen. "Pria membutuhkan banyak perhatian dan banyak orang bisa sangat menuntut waktumu," katanya.

Pada tahun 2009, poligami legal atau berlaku umum di 33 negara: 25 di antaranya di Afrika, termasuk Mesir, Kenya dan Mali, dan tujuh di Asia, seperti Arab Saudi, Pakistan dan Bangladesh, begitu laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Survei lain, yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2010, menunjukkan bahwa di 26 dari 35 negara dengan data tentang poligami, antara 10 dan 53 persen wanita berusia antara 15 dan 49 tahun melakukan poligami.

Menurut Chaiwala, sejak diluncurkan, aplikasi SecondWife.Com tersebut telah menghasilkan lebih dari 100 perkawinan di seluruh dunia. Informasi ini diketahui Chaiwala dari surat yang dia terima dari pengguna berbagi cerita mereka. Baca:Gila Kerja Bukan Kebanggaan, Fisik Terancam Kenali 6 Tandanya

Lanskap hukum yang melarang poligami di banyak negara bukanlah halangan bagi SecondWife.com, menurut Chaiwala. "Pernikahan kedua, ketiga atau keempat harus menjadi upacara berbasis masyarakat Lakukan di depan teman dan keluarga,” katanya.

Bagaimana dengan poligami karena godaan? Ally mengatakan bahwa wanita berhak membuat klaim yang sama. "Semua orang dibombardir dengan gambar oleh media dan semua orang bisa tergoda. Jika seseorang akan menggunakan godaan sebagai alasan untuk mengejar banyak pernikahan, lalu apakah istri keempat akan menjadi solusinya?"

Saat tulisan ini ditulis tahun lalu, Chaiwala, masih mencari istri kedua itu.

MOTHERBOARD | SUSAN

Berita terkait

Undang-undang anti-Poligami Disahkan di India, Pro-Kontra di Kalangan Wanita Muslim

12 Februari 2024

Undang-undang anti-Poligami Disahkan di India, Pro-Kontra di Kalangan Wanita Muslim

Negara bagian Uttarakhand, India, mengesahkan undang-undang yang melarang poligami. Wanita Muslim ada yang setuju dan menentang.

Baca Selengkapnya

Viral PNS Pria Boleh Poligami, PNS Perempuan Boleh Poliandri?

10 Juni 2023

Viral PNS Pria Boleh Poligami, PNS Perempuan Boleh Poliandri?

PNS pria boleh poligami sudah diatur di UU Perkawinan. Bagaimana PNS Perempuan? Boleh poliandri?

Baca Selengkapnya

Begini Aturan soal ASN Pria Boleh Poligami dan Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua

10 Juni 2023

Begini Aturan soal ASN Pria Boleh Poligami dan Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua

Bagaimana sebenarnya aturan soal poligami bagi ASN yang viral di sosial media?

Baca Selengkapnya

Soal ASN Boleh Poligami, Plt Kepala BKN: Yang Masalah Kenapa Kalau Perempuan PNS Jadi Istri Kedua Diberhentikan

9 Juni 2023

Soal ASN Boleh Poligami, Plt Kepala BKN: Yang Masalah Kenapa Kalau Perempuan PNS Jadi Istri Kedua Diberhentikan

Soal ASN pria boleh poligami menurut Plt Kepala BKN Bima Haria Wibisana sudah diatur di UU Perkawinan. Yang ramai aturan untuk ASN wanita.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Bikin Ulah KAI Bisa Turunkan Penumpang, PNS Pria Boleh Poligami PNS Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua

4 Juni 2023

Terpopuler: Bikin Ulah KAI Bisa Turunkan Penumpang, PNS Pria Boleh Poligami PNS Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI bisa menurunkan penumpang kereta api yang berbuat ulah, seperti tidak turun di stasiun tujuan.

Baca Selengkapnya

Kasus Istri TNI AU Korban Poligami, Komnas Perempuan: Jauh dari Keadilan & Melanggengkan Impunitas

3 Juni 2023

Kasus Istri TNI AU Korban Poligami, Komnas Perempuan: Jauh dari Keadilan & Melanggengkan Impunitas

Komnas Perempuan menilai putusan kedaluwarsa oleh hakim pada kasus poligami istri TNI AU menjauhkan korban dari keadilan.

Baca Selengkapnya

Viral PNS Pria Boleh Poligami dan PNS Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua, BKN: Aturan Terbit Sejak 40 Tahun Lalu

3 Juni 2023

Viral PNS Pria Boleh Poligami dan PNS Perempuan Tak Boleh Jadi Istri Kedua, BKN: Aturan Terbit Sejak 40 Tahun Lalu

BKN menanggapi viral PNS pria boleh poligami dan PNS perempuan tak boleh jadi istri kedua.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Militer Putuskan Kasus Poligami Anggota TNI AU Sudah Kedaluwarsa, Sanksi Disiplin Diserahkan ke Satuannya

31 Mei 2023

Pengadilan Militer Putuskan Kasus Poligami Anggota TNI AU Sudah Kedaluwarsa, Sanksi Disiplin Diserahkan ke Satuannya

Istri sah anggota TNI itu baru tahu suaminya melakukan poligami selama 15 tahun pada 2021.

Baca Selengkapnya

Adegan Tolak Poligami di Film Buya Hamka Jadi Paling Menarik Bagi Najwa Shihab

19 April 2023

Adegan Tolak Poligami di Film Buya Hamka Jadi Paling Menarik Bagi Najwa Shihab

Saat menonton film Buya Hamka dalam gala premier, Najwa Shihab mengaku terkesan dengan kesetiaan Buya Hamka kepada istrinya, Siti Raham.

Baca Selengkapnya

Stigma Masih Warnai Layanan Kesehatan Orang dengan HIV di Bandung

25 Oktober 2022

Stigma Masih Warnai Layanan Kesehatan Orang dengan HIV di Bandung

Arul sendiri pernah mengalami stigma serupa ketika melakukan tes HIV di sebuah Puskesmas di Kota Bandung pada 2015 dan 2016.

Baca Selengkapnya